oleh Marleni Sirevia 61678/2004
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Padang
A.Latar Belakang
Berbagai macam tumbuhan di dunia, sifat umum senyawa yang dijumpai, zat yang
terkandung didalam tumbuhan tersebut sangat banyak dan mempunyai manfaat yang
berbeda-beda.
Penggunaan tanaman sebagai bahan obat sangat semarak dugunakan, oleh karena
itu, dalam hal itu maka sangat diharapkan penggunaan tanaman ini dapat
dimanfaatkan sebagai mana harusnya.
Suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui kandungan yang ada pada tumbuhan ini
adalah dengan melakukan penelitian tentang senyawa organik yang terkandung
dalam lidah buaya sehingga lidah buaya dapat dimanfaatkan dalam kehidupan.
B.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa organik yang ada
pada tanaman lidah buaya.
C.Batasan Masalah
Dalam makalah ini pembahasan dibatasi pada kandungan senyawa organik pada
tanaman lidah buaya.
D.Manfaat Penulisan
Manfaat makalah ini adalah dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang
kandungan senyawa organik yang ada pada tanaman lidah buaya dan dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan.
TINJAUAN PUSTAKA
A.Botani Tumbuhan
Lidah buaya nama botaninya adalah Aloe vera, dengan famili Liliaceae kata orang
tak kenal maka tidak cinta. Jika tidak kenal maka tidak ada gunanya. Aloe vera
di tanam sebagai tanaman hias di rumah atau taman. Tumbuh di tempat yang
berhawa panas.
Ciri-ciri tanaman Aloe vera :
1.Batang
Pendek, batang tidak tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam
dalam tanah, herba ini mempunyai batang seperti pokok ubi keladi dengan
ketinggian sampai 15 cm dan berdiameter 1 cm – 2 cm. Pada batang akan muncul
anak/ tuntas. Batang Aloe vera bisa disetek untuk perbanyakan tanaman dari sisa
tunggul yang sudah di pangkaspun akan muncul tunas.
2.Daun
Daun tanaman Aloe vera berwarna hijau, berkelompok-lompok kelabu, berbentuk
pita dengan helaian yang memanjang berduri lembut di tepi daun, bersifat
sukelen (banyak mengandung air) dan banyak mengandung lendir (gel) sebagai
bahan obat sehingga daunnya tebal. Daun mencapai berat 0,5 – 1 kg, daun
melingkar rapat disekeliling batang.
3.Bunga
Bunga aloe vera berwarna kuning atau kemerahan keluar dari ketiak daun, bunga
panjangnya mencapai 1 meter.
4.Akar
Akar aloe vera berupa akar serabut yang pendek dan berada dipermukaan tanah,
panjang 50 – 100 cm. Tanaman ini tumbuh pada tanah yang subur dan gembur.
Aloe vera mengandung beberapa jenis vitamin, zat galian, enzim dan antibiotik
yang bermanfaat dalam bidang kesehatan antara :
-Mengobah sakit lemah buah pinggang
-Sakit perut/ gastrik -Tonik -Herba untuk wanita memperbaiki peranakan
-Mengandung serat dan melambatkan rasa lapar (untuk diet)-Melicinkan kulit
-Lendir kuning yang dikeringkan untuk pelawas -Obat kulit terkena air panas
-Untuk Agar vera (bidang industri)
B.Metabolit Sekunder
Dewasa ini yang dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada
senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa metabolit
sekunder adalah senyawa-senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak terdapat
secara merata dalam makhluk hidup, dan ditemukan dalam jumlah yang sangat
sedikit. Umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi).
Pada akar, kulit, batang, daun, bunga, buah, biji dan sedikit pada hewan.
Penggunaan tumbuhan sebagai obat, berkait dengan kandungan kimia yang terdapat
dalam tumbuhan tersebut terutama zat bioaktif. Tanpa adanya suatu senyawa
bioktif dalam tumbuhan, secara umum tumbuhan itu tidak dapat digunakan sebagai
obat. Senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid,
terpenoid, saponin, dll.
Alkaloid termasuk senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari
segi jumlah senyawa maupun sebarannya dalam dunia tumbuhan. Alkohol menurut
Winterstein dan trier didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa,
mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuhan dan hewan. Harborne dan Turne
(1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkoloid yang memuaskan,
tetapai umumnya, alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang bersifat basa,
yang mengandung satu atau lebih nitrogen biasanya dalam cincin heterosiklik,
dan bersifat aktif biologis menonjol.
Struktur alkaloid beraneka ragam dari yang sederhana sampai rumit dari efek
biologisnya yang mengegarkan tubuh sampai toksik. Satu contoh yang sederhana,
tetapai yang efeknya daalinya tridak sederhana adalah nikotina. Nikotoin dapat
menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah
tinggi dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.
Flavonoid adalah suatu kelompoj senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam.
Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, unggu, biru,
dan sebagaian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut
strukturnya merupakan turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis
flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat
terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula.
Sebagian besar flavonoid yang pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai
glikosida dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa
tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid
yang berbeda klas. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang berwarna merah,
hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol yang tak berwarna. Dewasa ini
diperkirakan telah berhasil diisolasi sekitar 3.000 senyawa flavonoid.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi : 1) Sebagai pigmen warna, 2)
Fungsi fislologi dan patologi, 3) Aktivitas farmakologi, dan, 4) Flavonoid
dalam makanan. Aktivitas farmakologi dianggap berasal dari rutin (glikosa flavonol)
yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, emnurunkan permeabilitas dan
fragilitas pembuluh darah, dalam Gabor, et al menyatakan bahwa flavonoid dapat
digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam-macam bioktivitas seperti
antiinflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes,
antidepresant, diuretik dan lain-lain.
Senyawa terpen pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri
dari atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 (unit
isoprena), yang bergabung secara head to tall (kepala-ekor). Oleh sebab itu
senyawa terpen lazim disebut isoprenoid Terpenoid sama halnya dengan senyawa
terpen tetapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus hidroksil, aldehid dan
ketin. Dewasa ini baik terpen maupun terpenold dikelompokkan sebagai senyawa
terpenold (isoprenois)
Contoh :
Berdasarkan jumlah unit isoprena yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi
atas : 1) Monoterpen (dua unit isoprena), 2) Seskiterpen (tiga unit isoprena),
3) Diterpena (empat unit isoprena), 4) Triterpena (enam unit isoprena), 5)
Tetraterpena (delapan unit isoprena), dan 6) politerpena (banyak unit
isoprena). Monotepen dan seskiler adalah komponen utama minyak esensial (minyak
atsiri) yang dapat diperoleh dengan diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A
adalah suatu diterpenold, skualen tergolong triterpenoid yang dijumpai dalam
mu=inyak hati ikan, karoten karoten pigmen dan kuning tergolong tetraterpen,
lateks (karet alam) adalah politerpen.
Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar
siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa-senyawa
ini mempunyai efek fisiologis tertentu.
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu sterroid hewani yang terdapat
paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih
dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Hormon-homon seks
yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung telur adalah suatu steroid.
Dan hormon kehamilan progestin.
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi
suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis
akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdiri
dari dua kelompok : saponin triteroenoid dan saponin sterroid. Saponin ini
terdiri dari dua kelompok: sapoin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin
banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dapat lerak
yang dapat digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo.
Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi.
BAB III
METOLOGI PENELITIAN
A.Waktu: 23 November 2007
B.Sampel: Daun Lidah Buaya
C.Alat-alat dan Bahan
Lumpang, pisau/ gunting, plat tetes, tabung reaksi, pipet tetes, corong,
pemanas, pasir halus bersih, kapas.
Bahan-bahan
Amoniak-kloroform 0,05N (1 mL amoniak dalam 250 ML kloroform), H2SO4 2 N,
pereaksi Mayer pereaksi Wagner dan Dragendorf, metanol, asam sulfat pekat,
anhidrida asetat, asam klorida pekat, serbuk Magnesium
D.Prosedur
Disarankan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa metabolit sekunder terhadap
tumbuhan obat.
1.Identifikasi Alkohol : Metoda Culvenor-Fitzgeraid
-Kira-kira 4 gr sampel segar dirajang halus dan digerus dalam lumpang dengan
bantuan pasir, lalu ditambahkan kloroform sedikit, digerus lagi sampai
membentuk pasta.
-Tambahkan 10 mL larutan amoniak-kloroform 0,05 N dan digerus lagi. Sering
campuran kedalam sebuah tabung reaksi kering.
-Tambahkan 5 mL larutan H2SO4 2 N dan kocok kuat. Diamlan larutan sampai
terbentuk dua lapisan
-Dengan menggunakan pipet yang telah diberi kapas pada ujungnya untuk
menyaring, ambil lapisan asam sulfat dan masukkan kedalam tabung reaksi kecil
(Lap. Kloroform disimpan untuk pengujian terpenoid).
-Filtrat di uji dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf. Terbentuknya
endapan putih atau keruh dengan pereaksi Mayer, endapan coklat dengan peraksi
Wagner atau endapan orange dengan pereaksi Dragendorf menunjukkan sampel
mengandung alkaloid.
2. Identifikasi Flavoid : Shinoda test/sianidin test
Kira-kira 0,5 gram sampel yang telah dirajang halus, diekstrak dengan 5 mL
metanol dan dipanaskan selama 5 menit dalam tabung reaksi. Ekstraknya
ditambahkan beberapa tetes asam klorida pekat dan sedikit serbuk magneslum..
Bila terjadi perubahan warna menjadi merah/pink atau kuning menunjukkan sampel
mengandung flavoid.
3. Identifikasi steroid/ terpenolf : Metode Lieberman-Burchard.
Beberapa tetes lapisan kloroform pada uji alkaloid, ditempatkan pada plat
tetes. Tambahkan 5 tetes anhidrida asetat dan biarkan mengering. Kemudian
tambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Timbulnya warna merah.
HASIL & PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel Hasil Penelitian
No. Uji Pereaksi Hasil
4.Alkoloid
Flavanoid
Steroid/ terpenoid
Saponin - Mayer
-Wagner
-Dragendorf
-HCl p . a dan serbuk Mg
-H2SO4 p . a
-Aquadest Negatif
Negatif
Negatif
Warna kuning
Negatif
Ada busa
B.Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan dengan sampel daun lidah buaya untuk identifikasi
alkaloid daun lidah buaya yang dirajang halus, ditambah kloroform dan disaring,
diperoleh filtrat ditambah H2SO4 2 N. Dikocok kemudian pisahkan lapisan H2SO4
nya lalu dibagi atas tiga bagian masing-masing ditambah pereaksi mayer. Wagner
dan dragendorf. Hasil yang diperoleh tidak ada terbentuk endapan. Berarti lidah
buaya tidak mengandung alkaloid.
Pada identifikasi flavonoid, daun lidah buaya yang dirajang halus diekstrak
dengan metanol dan dipanaskan, kemudian fitrat ditambah HCl p.a dan serbuk Mg,
maka diperoleh hasilnya terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning
berarti daun lidah buaya mengandung flavonoid.
Untuk identifikasi Saponin/ uji busa, dan lidah buaya yang dirajang halus
ditambah aquadest, lalu dipanaskan, dan didinginkan baru dikocok, diamkan ± 5
menit teryata terbentuk busa, berarti daun lidah buaya mengandung Saponin
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.Daun lidah buaya tidak mengandung alkoloid dan terpenoid/ steroid.
2.Daun lidah buaya mengan flavonoid dan Saponin
3.Daun lidah buaya merupakan metabolit sekunder dan dapat dimanfaatkan untuk
obat.
B.Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis menyarankan supaya makalah ini lebih
disempurnakan dengan menjelaskan banyak hal yang berkaitan dengan senyawa
organik bahan alam, dan manfaatnya dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden 1990. Kimia Organik, Terjemahan Hadyana Pudjaatmaja
Jilid 1. Jkarta : Erlangga.
Fessenden & Fessenden 1990. Kimia Organik, Terjemahan Hadyana Pudjaatmaja
Jilid 2. Jkarta : Erlangga.
Trevor Robinson. 1996. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Bandung ITB
http : PKUKM. Web. UKM. My/ tugasan/S2-99/a 68 681. htm.
http ://www. Toplirik. Com/baca artikel/220/Lidah Buaya%20Buayahtml,2006;
semarang.