Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis blog ini

Rabu, 02 April 2014

Cuplikan Desain Komunikasi Visual, Desain Grafis dan Desain Persuasi

Oleh  Nasbahry Couto

Pendahuluan
Ada tiga hal yang menjadi fokus  tulisan ini pertama adalah desain komunikasi, kedua adalah desain Grafis yang sering dianggap sebagai DKV dan ketiga adalah Desain Persuasi.

Kenapa kajian Desain Komunikasi Visual perlu sering di bahas dan dikaji ulang?  Dan apa hubungannya dengan grafis dan periklanan ? Penulis beranggapan bahwa masih banyak yang perlu dikaji ulang tentang Desain Komunikasi Visual  itu walaupun sudah lama bergaul dengan bidang ini. Kesalahpahaman ini mungkin muncul karena pergantian nama dari desain grafis menjadi DKV. Penulis sengaja mengutip beberapa cuplikan sejarah pendirian DKV di Indonesia, dan untuk memahami apa yang tertera pada cuplikan itu.

Seperti yang diketahui Desain Komunikasi Visual umurnya relatif singkat dibandingkan dengan Komunikasi Visual, dalam beberapa tulisan Komunikasi Visual sering disebut dengan Desain Grafis. Desain Grafis memang mirip dengan Komunikasi Visual dan memiliki sejarah yang panjang sejak awal peradaban manusia. Akan tetapi Desain Komunikasi Visual tidak sama dengan Komunikasi Visual walaupun sama-sama memakai istilah komunikasi. Untuk memahami ini perlu beberapa kesepakatan terlebih dahulu.

Desain itu ada perbedaannya dengan seni, jika seni mementingkan aspek visi dan ekspresi manusia, maka desain mementingkan aspek fungsi agar dapat dipergunakan secara efektif dan tepat. Mungkin praktik dan cara mendesain dengan seni dapat memiliki kesamaan, tetapi tidak ada orang yang setuju jika dikatakan tujuan desain untuk ekspresi, dan tujuan seni adalah untuk fungsi. Oleh karena itu jika keberhasilan seni diukur dari keluasan interpretasinya, maka karya desain diukur dari kesamaan interpretasi oleh semua orang, sebab  desain bukan untuk diinterpretasikan tetapi untuk digunakan, dipakai (useful, utility).

Permasalahan utama dari Desain Komunikasi Visual (DKV) adalah memahami apa dan bagaimana DKV itu, dan pokok soal fungsi-fungsi yang berlangsung dalam desain komunikasi dan informasi yang ada di dalamnya. Desain Web, misalnya tidak boleh seluruhnya memakai prinsip-prinsip dan konsep desain grafis, (walaupun ada perimpitan kepentingan diantara keduanya). Kesalahan dalam menentukan pokok soal dari DKV itu akan menyebabkan kesalahan desain pula.

Selanjutnya, harus dibedakan berpikir desain (design thinking) dengan berpikir riset atau penelitian. Penelitian adalah dalam rangka mencari kebenaran yang berawal dengan hipotesis-hipotesis tertentu, sedangkan berpikir desain adalah untuk menciptakan/membayangkan sesuatu yang lebih baik dengan alasan-alasan (konsep) tertentu sesuai dengan kebutuhan pemakai (user) dan penggunaannya (utilitas). Tugas desainer adalah untuk memberikan penjelasan (explanation) sejauhmana pencapaian dari tujuan yang telah ditetapkan. Seberapa luas masalah ditetapkan dan pemecahan masalah telah tercapai. Jikapun terdapat perbedaan antara harapan dan pencapaian, hal itu tidak akan mengurangi nilai pencapaian desainer.

Masalah Istilah:  seni grafis, desain grafis, dan desain komunikasi visual

Desain Komunikasi adalah penamaan yang muncul tahun 1978 (Pettersson, Rune, 2013) dan dipopulerkan  tahun 1983 oleh penulis Patrick O. Marsh, dalam bukunya: Messages that Work: A Guide to Communication Designpada waktu yang singkat sekolah-sekolah desain grafis kemudian berganti nama menjadi Desain Komunikasi Visual (DKV) sebagai penyesuaian terhadap istilah grafis yang dianggap visual juga. 

Permasalahan yang muncul adalah bahwa sekolah-sekolah desain komunikasi visual, masih menerapkan metoda dan cara berpikir seni grafis (desain grafis) yang mementingkan ungkapan, ekspresi seniman atau desainer sebagai pemecahan masalah desain (problem solving). Walaupun istilah Desain Komunikasi Visual itu sendiri adalah sebuah istilah yang masih labil. Dalam pengertian bahwa mereka tidaklah murni melaksanakan proses komunikasi seperti yang terjadi dalam komunikasi antar individu (manusia). 

Jadi istilah "komunikasi visual" adalah sambungan dari pemikiran seni yang menganggap bahwa sebuah karya visual adalah alat ekspresi (komunikasi) kepada pengamatnya (sehingga apa yang diekspresikan oleh desainer yang dinggap penting). Sebaliknya, desain Komunikasi visual (dalam pengertian desain informasi) pada dasarnya lebih memusatkan perhatiannya pada receiver. Penelitian ilmiah desain komunikasi visual bukanlah untuk menguji ketepatan dan kesempurnaan estetika, semiotika dan makna desain menurut versi desainer, tetapi penelitian bagaimana pesan dapat bekerja menurut persepsi receiver. Sebagai contoh apa yang dikemukakan oleh Wikipedia (bhs. Indonesia di bawah ini. Semua ide-ide, tanda, semiotika adalah apa yang diinginkan oleh Desainer, yang tingkat keterbacaannya sangat relatif oleh receiver (tidak dapat dijamin tertangkap oleh receiver, dalam kacamata psikologi persepsi).

DKV menurut Wikipedia Indonesia adalah Desain Grafis
Wikipedia versi Indonesiapun masih menafsirkan DKV sebagai karya grafis sebab yang diutarakannya adalah "komunikasi visual". Desain Komunikasi Visual menurut Wikipedia berbahasa Indonesia adalah seperti pernyataan di bawah ini.
Desain komunikasi visual atau lebih dikenal di kalangan civitas akademik di Indonesia dengan singkatan DKV pada dasarnya merupakan istilah penggambaran untuk proses pengolahan media dalam berkomunikasi mengenai pengungkapan ide atau penyampaian informasi yang bisa terbaca atau terlihat. Desain Komunikasi Visual erat kaitannya dengan penggunaan tanda-tanda (signs), gambar (drawing), lambang dan simbol, ilmu dalam penulisan huruf (tipografi), ilustrasi dan warna yang kesemuanya berkaitan dengan indera penglihatan. Proses komunikasi disini melalui eksplorasi ide-ide dengan penambahan gambar baik itu berupa foto, diagram dan lain-lain serta warna selain penggunaan teks sehingga akan menghasilkan efek terhadap pihak yang melihat. Efek yang dihasilkan tergantung dari tujuan yang ingin disampaikan oleh penyampai pesan dan juga kemampuan dari penerima pesan untuk menguraikannya.
Sejarah Desain Komunikasi Visual yang diuraikan Wikipedia versi Indonesia adalah sejarah desain Grafis, sekalian menceritakan tokoh-tokoh yang pada dasarnya desainer grafis. Hal ini bisa dilihat pada sumber Wikipedia berbahasa Indonesia.

Sejarah DKV di Indonesia: Universitas  Trisakti
Sebagai perbandingan terhadap apa yang diutarakan di atas tentang desain grafis, tidak ada salahnya jika melihat cuplikan di bawah ini.
Pada tahun 1969 Fakultas Teknik Universitas Trisakti membuka Departemen baru yaitu Departemen Seni Rupa, dengan kepala Departemennya Drs Soekarno. Departemen Seni Rupa memiliki tiga Spesialisasi Keahlian yaitu: Arsitektur Interior, Desain Industri, dan Seni Lukis dengan status "Terdaftar", selanjutnya pada tahun 1978 menjadi Jurusan Desain dalam lingkup Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Kelulusan pertama Departemen Seni Rupa pada tahun 1980. Program Pengutamaan Studi "Seni Murni" berubah namanya menjadi "Jurusan Desain" Universitas Trisakti. Program Studi Desain Grafis pada tahun 1983, yang sebelumnya berstatuskan "baru", statusnya meningkat menjadi "Terdaftar".
1996. Program Studi Desain Komunikasi Visual Jurusan Desain Fakultas Seni Rupa dan Desain.2006. Berdirinya PS Desain Komunikasi Visual sejak 1978 s/d 2007 genap 29 tahun, sebagai Program Studi Desain Komunikasi Visual yang merupakan PTS yang pertama di Indonesia cukup menjadi tolak ukur dalam dunia Desain Grafis di beberapa bidang pekerjaan Desain. Banyak alumninya berkiprah di dunia pekerjaan bertaraf Internasional dalam bidang Desain Komunikasi Visual dianggap berhasil. Disamping itu para lulusannya juga terbilang berhasil dalam mengelola PS Desain Komunikasi Visual di PTS lain di Jakarta dan Surabaya, sejak 1996.
Sumber: http://www.trisakti.ac.id/fsrd/komvis/?page=about&sw=sejarah
Bagi yang ingin tahu lokasi kampus Trisakti dan Fakultas Seni Rupa dan Desain (klik kanan ini)

Institut Teknologi Bandung (1967-2006)


Sekolah seni rupa yang tertua ada di ITB Bandung, namun yang membuka DKV, lebih dahulu Trisakti (1996) dari Pada ITB (2006)
Pada tahun 1967, Jurusan Seni Rupa FTSP ITB membuka Studio Grafis. Pada saat itu, kurikulum desain dengan seni masih bersatu. Kemudian pada tahun 1969-1971 A.D. Pirous belajar di Universitas Rochester Amerika Serikat untuk menjajagi kemungkinan dibukanya program studi Desain Grafis di ITB. Kemudian menjadi Program Studi Desain Komunikasi Visual, sejak 2006,    setingkat Jurusan, langsung dibawah Fakultas Seni Rupa dan Desain
Bagi yang ingin tahu lokasi kampus ITB dan Fakultas Seni Rua dan Desain ( klik kanan ini) 

ISI Yogyakarta (1984) DKV = Persuasif Desain

Jika diteliti maka pengertian DKV pada ISI Yogyakarta lebih berat berpikir kepada konsep Desain Iklan (Persuasif Design), seperti uraian di bawah ini.
Pada pertengahan tahun 1984, terjadilah perubahan besar dalam sistem penyelengggaraan pendidikan seni, sehingga setelah menjalani perencanaan panjang sejak 1973 dengan ide penggabungan 3 (tiga) lembaga STSRI “ASRI”, AMI, dan ASTI. Untuk membentuk suatu lembaga pendidikan tinggi kesenian yang lebih luas cakupan dan lebih besar kewenangannya di bidang seni dari segi ketentuan pendidikan tinggi, maka disatukanlah 3 (tiga) lembaga dengan nama Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tanggal 23 Juli 1984. ............
Inilah kelanjutan dari “Sekolah Toekang Reklame” yang dirintis para pendahulu sebagai salah satu elemen untuk mengembangkan dan memelihara “jiwa seni” yang pada akhirnya berkembang menjadi Program Studi Disain Komunikasi Visual seperti sekarang ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sesungguhnya, “Sekolah Toekang Reklame” Program Studi Disain Komunikasi Visual ISI Yogyakarta segera berusia 60 tahun pada 15 Januari 2010.
Yang ingin melihat kampus ISI Yogyakarta, (Klik kanan ini)


Dari contoh-contoh diatas ini jelas ada pengaruh perubahan nama dari disiplin desain grafis ke disiplin desain komunikasi visual. Perubahan nama selalu berpengaruh kepada perubahan konsep atau disiplin ilmu yang ada di dalamnya. Namun dalam praktiknya untuk merubah cara berpikir relatif lebih lama ketimbang merubah label. Apalagi jika konsep yang ada dibalik label itu masih samar-samar. Hal ini tidak hanya dialami oleh penulis, tetapi juga oleh banyak orang.

Masalah Istilah Desain Komunikasi Visual

Pengertian “Desain Komunikasi Visual” (Visual Commmunication Design) itu juga dapat bermasalah bukan karena tidak tepatnya istilah komunikasi atau istilah visual. Komunikasi visual dapat mengandung makna “mengkomunikasikan gagasan atau ide-ide” istilah ini dapat berbeda-beda artinya dengan mendesain informasi atau pesan (message design). Hal ini bukan pada tataran konsep, tetapi telah menjadi nama sekolah atau studi tersendiri.

Misalnya di Australia DKV bukanlah (desain grafis, desain informasi atau desain pesan) tetapi “desain benda-benda” yang dikomunikasikan secara visual. Yaitu semua karya desain benda yang terlihat (tangible cultural), seperti lukisan, patung, mobil, produk industri dan sebagainya. Selanjutnya, desain Komunikasi Visual menurut kacamata pendidikan di Australia identik dengan merancang benda-benda atau objek visual (artefact design) atau bahkan mirip dengan apa yang disebut di Indonesia dengan “Seni Rupa”. Memang perkataan seni rupa dapat diterjemahkan ke “visual arts” (dalam bahasa Inggris) tetapi pengertiannya lebih luas lagi. Dengan demikian Desain Komunikasi Visual (Visual Communication Design) memiliki pengertian mendesain dan mengkomunikasikan benda-benda visual (seni rupa).



Sekolah Desain Komunikasi Visual Victoria, Australia. Kurikulum 2013-2017

Desain Studi Komunikasi Visual bagi sekolah desain Victoria, di Australia, termasuk golongan meneliti cara bahasa visual dapat digunakan untuk menyampaikan ide, informasi dan pesan dalam bidang komunikasi, desain lingkungan dan industri. Hal ini dapat dilihat pada situs:
dan atau

Menurut mereka desainer DKV membuat dan berkomunikasi melalui sarana visual untuk membentuk kualitas benda dalam kehidupan sehari-hari bagi individu, komunitas dan masyarakat, sehingga lebih luas lagi dari sekedar Desain Komunikasi Visual (dalam pengertian bahasa Indonesia). Seperti kutipan di bawah ini.
“The Visual Communication Design study examines the way visual language can be used to convey ideas, information and messages in the fields of communication, environmental and industrial design. Designers create and communicate through visual means to shape the everyday quality of life for individuals, communities and societies. Visual communication design relies on drawing as the primary component of visual language to support the conception and visualisation of ideas. Consequently, the study emphasises the importance of developing a variety of drawing skills to visualise thinking.” (Learner, Ruth, 2012, VCD, Pendidikan Studi Desain, Victoria, Australia)
Sedangkan pengertian DKV, di Indonesia adalah kelanjutan dan perluasan dari Desain Grafis. Perbedaan-perbedaan yang disebutkan di atas, menurut penulis bisa saja terjadi, karena masalah bahasa, historis sekolah, penekanan studi, maupun kebijakan pendidikan. Namun bukannya tidak mengandung resiko, sebab pemahaman bisa berlainan. 
Konsep yang dipakai di Australia mungkin konsep lama tentang seni rupa. Sebab dunia visual atau seni rupa sejak lama dianggap sebagai alat komunikasi, dimana diasumsikan bahwa dibalik bentuk visual yang diciptakan terkandung ide-ide tertentu untuk dikomunikasikan. 
Kadang-kadang semua yang dilihat juga dapat dianggap sebagai visual. Huruf (font), tidak selalu dianggap sebagai verbal, dan berlaku sebagai modus visual. Model visual "mencakup semua jenis bahasa visual, dan" mode lisan "termasuk bahasa verbal. Karena solusi dari masalah desain pesan ditentukan oleh interaksi antara kendala instrumental dan pengguna, Flach dan Dominguez (1995) lebih suka berbicara tentang desain usecentred (berfokus kepada pemakaian). 

Dari Seni Grafis ke Desain Grafis (1922)

Desain grafis
Dahulunya belum ada istilah desain grafis, yang ada adalah istilah seni grafis. Kapan istilah ini muncul ? Menurut Nasbahry C (2009:14), pada tahun 1922, di Amerika tipografer William A. Dwiggins menyebut istilah desain grafis untuk mengidentifikasi munculnya sebuah profesi baru. Dengan demikian, istilah desain grafis modern sampai tahun 2009 terhitung 87 tahun (Meggs, 1998, Aynsley, 2001). Mengenai hal ini dijelaskan oleh Aynsley (2001) sebagai berikut:
It is believed that the American typhographer William Addison Dwiggins first coined the term”graphic design” in 1922, in order to distiguish different kinds of design for printing. Before this the mechanization of printing processes had coincided with the emerge of advertising as a mayor form of print culture to propel the market for goods. In the mid and the late nineteenth century the demand of mass market had encouraged a proliferation of specialist hand-worker to supply the printing presses.These workers were responsible for a wide range of illustration executed in a variety of figurative styles in wood engraving as well as in the more recent techniques of lithography and photogravure. At first the graphic arts were closely aligned to their technical base in craft skill. Later, however, the need to coordinate activities and to advice a client on the best aproppriate solution, led to a separation plan and execution. The intermediary was the graphic designer someone would receive instruction from a client, device drawings and plan and then instruc technician, typesetters and printers to realize the design. (Aynsley, 2001, “Graphic design defined”)
Memurut Meggs, desainer grafis adalah seorang perencana grafis yang hasil rancangannya secara teknis nantinya dikerjakan oleh percetakan atau tukang setting huruf untuk direalisir menjadi produk cetakan (cara manual). Oleh karena itu, menurut Meggs (1998), seni dan profesi memilih serta mengatur elemen-elemen seperti  huruf  (tipografi),  gambaran-gambaran  (imaji),  simbol- simbol,  dan  warna-warna  untuk  menyampaikan  suatu  pesan kepada pengamat (audiens), disebut desain grafis. [2].

Dari uraian di atas jelaslah, sementara orang mempraktikkan seni grafis, dia bisa beranggapan juga sedang mempraktikkan desain grafis, dan anggapan ini bisa terus berlanjut bahwa dia juga sedang mempraktikkan Desain Komunikasi visual (DKV), karena perubahan-perubahan label ini.

Desain
Desain adalah penyusunan rencana atau konvensi/ kesepakatan untuk pembangunan (pembuatan) suatu obyek atau sistem (seperti cetak biru arsitektur, gambar teknik, proses bisnis, diagram sirkuit dan pola jahitan baju ) Ralph, P. and Wand, Y. (2009). A proposal for a formal definition of the design concept. Desain memiliki konotasi yang berlainan dalam berbagai bidang (lihat disiplin desain). Dalam beberapa kasus pembangunan/ pembuatan langsung dari suatu objek (seperti dalam tembikar, teknik, manajemen, dan desain grafis ) juga dianggap sebagai desain. (Wikipedia,  2014).

Secara formal merancang didefinisikan sebagai mengikuti (kata benda) satu spesifikasi yang ditunjukkan dengan jelas ( kata benda ) spesifikasi dari sebuah objek, dimanifestasikan oleh agen, yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan, khusus dalam lingkungan tertentu, menggunakan satu set komponen tradisional, memenuhi satu set persyaratan, tunduk pada batasan tertentu (kriteria tertentu).(kata kerja, transitif ) = untuk membuat desain, dalam suatu lingkungan (di mana desainer beroperasi / bekerja) Ralph, P. and Wand, Y. (2009). A proposal for a formal definition of the design concept. Lebih formal desain telah didefinisikan sebagai berikut .
Desain adalah petunjuk atau pendekatan strategis  mencapai satu harapan yang unik bagi seseorang atau sekelompok orang. Definisi lain untuk desain adalah peta jalan atau pendekatan strategis bagi seseorang untuk mencapai harapan yang unik. Ini dapat didefinisikan sebagai spesifikasi, rencana, parameter, biaya, kegiatan, proses dan bagaimana dan apa yang harus dilakukan dalam batasan hukum, politik, sosial, lingkungan, keamanan dan ekonomi dalam mencapai tujuan tersebut. [Don Kumaragamage, Y. (2011). Design Manual Vol 1. Di sini,  spesifikasi  dapat diwujudkan sebagai salah satu rencana atau produk jadi, dan  ancangan adalah unsur-unsur dari mana objek desain terbuat .
Oleh karena yang dicari dalam desain itu adalah pemecahan masalah desain, pemecahan masalah desain itu ada dalam konsep desain, baik verbal maupun visual. Dalam dunia desain secara umum dikenal beberapa konsep desain (design concept), diantaranya adalah 1) proses desain (design processes), 2) area desain, 3) level desain, final desain. Keterangannya adalah berikut ini.

1. Proses Design
Proses desain meliputi dua aspek yaitu kognitif dan aspek kegiatan praktis. Pye (1964, 7) mencatat bahwa sementara seorang pelukis atau pematung dapat memilih bentuk yang bisa dibayangkan, seorang desainer dibatasi oleh fungsi dari sesuatu hal yang sedang dirancangnya. Mullet dan Sano (1995, p. 9) mencatat bahwa sementara seni berusaha untuk mengekspresikan ide-ide dasar dan perspektif tentang kondisi manusia, desain yang bersangkutan dengan menemukan representasi paling cocok untuk komunikasi beberapa informasi tertentu.

Model untuk proses desain meliputi aspek kognitif serta kegiatan praktis. Final desain merupakan hasil dari setiap proses desain tertentu, seperti proses, produk, jasa, dan sistem. Pada tingkat teoritis tujuan dari proses desain keseluruhan, termasuk kegiatan proses, mungkin sama terlepas dari bidang desain tertentu. Lexivisual (kosa kata visual), audiovisual, dan representasi multivisual tunduk pada proses desain yang berbeda. Berbagai jenis representasi sebagian dipandu oleh prinsip-prinsip dan alat-alat yang berlainan digunakan. Setiap proses desain meliputi pengembangan dari konsep atau ide menuju produk akhir. Langkah-langkah dalam proses desain dapat disebut kegiatan desain, seperti konseptual desain, perwujudan desain, detail desain, dan tinjauan desain.

2. Area Desain 

Daerah konsep desain meliputi banyak bagian dari aktivitas manusia. Contohnya adalah desain pakaian, desain arsitektur, desain keramik, desain komunikasi, desain kostum, desain kriya, desain dokumen, desain editorial, desain engineering, desain lingkungan, desain pameran, desain fashion, desain furniture, desain kaca, desain grafis, desain gambar, desain industri, desain informasi, desain instruksi, desain pesan pembelajaran, desain interaksi, desain interface, desain interior, desain lansekap, desain manufaktur, desain mekanik, desain pesan, desain molekul, desain hiasan, paket desain, pola desain, desain persuasi, desain poster, desain presentasi, desain produk, desain jasa, desain teks, desain tekstil, desain jenis dan desain perkotaan. Banyak daerah desain dipandang sebagai disiplin akademis desain.


Area desain  seperti yang diuraikan di atas oleh Petterson, disederhanakan dalam bentuk Ilmu Desain (Design Science) meliputi 6 cabang pengetahuan, yaitu : Artefact design (1), Information Design (2), performance design (3), systems design (4), environment design (5), and design philosophy (6). 

3. Level Desain
Konsep level mengenai desain meliputi bidang-bidang seperti proyek desain, proses desain, alat desain, produk desain, dan sistem desain. Perspektif desain meliputi pandangan seperti: level teori, level manual, level manufaktur (fabrikasi) atau perbanyakan, dan level pengguna desain. Wacana desain mencakup semua literatur desain dan laporan penelitian yang berkaitan dengan hal-hal desain.


 Level desain informasi (DKV) bisa saja masuk ke level sistem, misalnya way finding untuk pengguna jalan raya. Sebagai produk seperti poster, level produk DKV  berada di level komponen, sesuai dengan bagan level desain yang dibuat oleh Jones. Untuk memperbesar gambar, klik kanan gambar.

4. Final design
Desain akhir, atau hanya desain, merupakan hasil dari setiap proses desain tertentu, seperti produk, jasa, proses, dan sistem. Pada tingkat teoritis maksud dari proses desain secara keseluruhan mungkin sama lepasnya dari bidang desain tertentu.

Dalam era informasi ini kita memiliki kebutuhan yang semakin meningkat untuk belajar berbasis komputer, interface komputer, direktori, materi pendidikan, pameran, bentuk, simbol grafis, sistem hypertext, bahan ajar, bahan pembelajaran, daftar, informasi pemeliharaan, manual, peta, produk multimedia , buku nonfiksi, bantuan online untuk mengelola sistem berbasis komputer, rencana, bantuan prosedural, deskripsi produk, sistem informasi publik di rumah sakit, museum dan sistem transportasi; buku referensi, tanda-tanda lalu lintas jalan, deskripsi sistem, tabel, laporan teknis, tiket, peringatan, halaman Web , dan jenis lain dari bahan-bahan informasi.

Istilah Desain Informasi atau Desain Pesan (Massage Design)
Bidang Desain Komunikasi adalah bidang kajian yang relatif baru. Seperti yang dikemukakan di atas, istilah Desain Komunikasi mulai muncul pada tahun 1983. Menurut Joanna Choukeir dalam tulisannya Defining Communication Design (January 2011) --salah satu bidang studi yang ditelitinya-- menjelaskan bahwa :
Unlike other more established fields in science, engineering and education disciplines for example, communication design has not been as clearly charted. This does not imply that there have not been many discussions and writings around this field, but that the term communication design itself has been interchangeably used as synonymous to terms such as graphic design, visual communication, visual communication design, and graphic communication, and that its definition has not been distinguished from, or at least its overlaps identified with, the terminologies of these other fields.
Gambar  Ringkasan sejarah desain komunikasi  dan desain informasi (informational design) menurut Rune Pettersson,  2013, p.185, istilah  Desain Komunikasi (communication Design), baru muncul pada tahun 1983.
Salah satu tulisan yang paling awal menyebutkan istilah desain komunikasi - dalam konteks dimaksud dalam penelitian Joanna ini - adalah pernyataan Patrick O. Marsh pada tahun 1983 dalam bukunya ‘Messages that Work: A Guide to Communication Design’.('Pesan yang Bekerja: Sebuah Petunjuk untuk Desain Komunikasi'. Marsh menulis bahwa desain model komunikasi terdiri dari sumber (source), pesan (message) dan penerima (receiver), dan ia merancang 21-langkah sistematis sebuah proses yang hampir mekanistik untuk merancang komunikasi yang efektif. Dia mendasarkan modelnya pada:
"... Sebuah sintesis dari beberapa disiplin teori dan sudut pandang yang beragam. Yang paling berpengaruh adalah konsep disumbangkan oleh McLuhan (" media panas "dan" media dingin ", 1964), Shannon dan Weaver, tentang  (teori informasi matematis, 1949), Shroeder, Driver, dan Streufert tentang ("kompleksitas lingkungan," 1967), Neisser tentang (psikologi kognitif, 1977), dan Miller ("Bingkah Informasi," 1967), dan tradisi yang kaya dengan retorika klasik ... "(Marsh, 1983, p. xvi-xvii)

Meskipun Marsh mengakui adanya kontribusi dari berbagai disiplin ilmu untuk bidang desain komunikasi, bidang ini tidak boleh dikelirukan dengan bidang teori komunikasi, yang meliputi karya-karya cendekiawan dari bidang retorika, linguistik, jurnalistik, sosiologi, psikologi, antropologi, semiotika, dan lainnya (Goffman, 1959; McLuhan, 1964; Scudder, 1980; Griffin, 1990; Lanham, 2003). Meskipun teori komunikasi sangat luas perimpitannya dengan bidang desain komunikasi – perimpitan yang utama paling tidak adalah  semua konsep komunikasi yang terjadi antara 'sumber', 'pesan' dan 'penerima'.

Mengutip artikel penelitian Joanna Choukeir (2011), Amerika kelahiran Lebanon ini, dia berpendapat bahwa desain komunikasi secara khusus memiliki kerangka tersendiri seperti yang didefinisikan oleh Jorge Frascara, yang telah memetakan medan ini secara luas dan cermat sejak tahun 1997. Hal ini dilakukan Frascara melalui serangkaian telaah buku, artikel, konferensi dan ajaran-ajaran dikandung dalam perjalanan kehidupan akademik dan profesional yang berkelanjutan. Menurut Frascara:
"Istilah 'desain komunikasi visual' tunduk pada serangkaian interpretasi yang panjang. Definisi yang berbeda dari kata" design "dalam bahasa sehari-hari telah berkontribusi kepada  kurangnya ketepatan  dalam memahami pekerjaan  desainer komunikasi visual. Desain umumnya dipahami sebagai produk fisik yang berasal dari kegiatan, tetapi kegiatan itu sendiri sering diabaikan. "(Frascara, 2004, hal.1)
Catatan: diantara buku karangan Frascara yang dibahas J.Choukeir adalah (1) Frascara, J. (1997) User-Centred Graphic Design: Mass Communications and Social Change. London & Bristol PA: Taylor & Francis Ltd.(2) Frascara, J. (2004) Communication Design: Principles, Methods, and Practice. New York: Allworth Press.

Pettersson (2013) seorang profesor dari Austria, juga sependapat dengan Joanna, dan mengutip sumber yang sama dengan Joanna yaitu dari buku Marsh (1983) yang membahas desain komunikasi sebagai  "pesan yang bekerja". Menurut Pettersson, Marsh membuat perbedaan yang jelas antara pendekatan artistik (misalnya  karya grafis) dan pendekatan desain. Kedua pendekatan berbeda dalam tujuan mereka. Marsh berkomentar bahwa pendekatan artistik berusaha untuk kesempurnaan, sedangkan pendekatan desain berusaha untuk pengerjaan dalam konteks cost-effective (biaya hemat)
Lihat buku Marsh (Marsh, P.O. (1983) Messages that Work: A Guide to Communication Design. Englewood Cliffs, New Jersey: Educational Technology Publications.)

Seperti yang ditulis Pettersson, pendekatan desain meminimalkan kebutuhan untuk menulis ulang dan pekerjaan mengedit melalui perencanaan yang matang. Kedua pendekatan (antara seni dan desain) menghasilkan produk akhir yang berlainan. Pendekatan artistik cenderung menilai kesuksesan dengan apakah produk tersebut terasa pas dan apakah ada kritik seperti itu atau tidak. Pendekatan desain menilai keberhasilannya dengan apakah produk mencapai tujuan sebagaimana ditentukan oleh tujuan kinerja yang terukur, dalam sumber daya tertentu dan kendala situasional. 

Selain itu, School of Design di Carnegie Mellon University (1997) mendefinisikan desain komunikasi "sebagai presentasi ide dan informasi yang efektif  dalam hal tipe dan imajinya, baik melalui media cetak tradisional atau di media digital yang didukung tampilan komputer interaktif, teknologi komunikasi multimedia, dan sistem informasi baru. “ di sini fokusnya adalah kemampuan kinerja.

Menurut Bull (1999) desain komunikasi mengkaji peran desainer sebagai arsitek / penerjemah visual yang strategis dalam memproduksi sistem bahasa visual yang berfokus pada kesesuaian (kecocokan), makna, dan pengguna akhir. Wileman (1993, hal. 6) mencatat bahwa: "Komunikasi dapat dinilai sukses ketika informasi itu di setting hanya untuk menyampaikan" (bukan untuk di tafsirkan). Hal yang terpenting disini adalah berlakunya modus verbal sebagai  modus visual. Jadi kata-kata atau "teks" juga dianggap sebagai "visual". Model visual "mencakup semua jenis bahasa visual, dan" mode lisan ",termasuk bahasa verbal. 


Contoh alamat web dalam bentuk ikon-ikon, ini adalah salah satu bentuk dari beberapa website yang di desain oleh Google dan sekaligus bentuk dari bahasa visual, dimana antara gambar dan kata tidak dibedakan lagi. Jadi pembacaan pesan (decoder) oleh pengamat dan untuk bertindak, penyusunan pesan oleh desainer (encoder) berdasarkan bahasa visual dan atau literasi visual (visual literacy).
Karena solusi dari masalah desain pesan ditentukan oleh interaksi antara kendala instrumental dan pengguna, Flach dan Dominguez (1995) lebih suka berbicara tentang desain usecentred ( desain yang berfokus kepada pemakaian, sebagai lawan dari desain yang berfokus kepada pemakai = usercentered). Menurut mereka keberhasilan desain tergantung pada koordinasi dua set kendala: informasi dengan cara yang tepat untuk bertindak dan sarana untuk bertindak dengan informasi yang tepat. Jadi dapat disimpulkan bahwa desain komunikasi sebenarnya adalah desain untuk menyampaikan informasi.

Paterson, Rene (2013:11) menjelaskan, sepanjang tahun 1980-an dan 1990-an, telah terjadi perubahan besar dalam cara orang memproduksi, menyimpan, memproses, mencari dan menemukan informasi dalam masyarakat modern. Monfils (1993) mencatat bahwa terlepas dari aplikasi spesifik teknologi, konsensus telah dicapai terhadap dampak peningkatan teknologi informasi modern pada semua aspek kehidupan. Jumlah informasi yang tersedia dipandang telah  meningkat setiap hari. Penelitian dan pengembangan konten informasi lebih dari sebelumnya. Kita harus mampu mendefinisikan, membuat, memproduksi, mendistribusikan, mengurutkan, menyimpan, mencari, menemukan, mengakses, menafsirkan, memproses, memahami, mengevaluasi, menggunakan, dan merevisi informasi. Namun, hanya ada pengetahuan yang terbatas yang tersedia tentang komunikasi visual, dan gambar sebagai sarana komunikasi linguistik dan interaksi antara pesan verbal dan visual.

Komunikasi dan Media
Komunikasi dan Media adalah wilayah penelitian yang sangat luas. Di universitas-universitas pengertian studi tentang komunikasi dan media adalah minat khusus dalam penelitian tentang komunikasi yang dimediasi, yang dibedakan pengertiannya dengan penelitian tentang komunikasi pribadi yang umum. Komunikasi yang dimediasi terdiri dari studi tentang proses komunikasi, termasuk aspek teknis produksi media.

Beberapa tahun yang lalu menurut Paterson, Rene (2013) fokus utama studi tentang komunikasi yang dimediasi adalah pada pengirim (sender), yang ingin agar pesan mereka dapat menjangkau kepada kelompok-kelompok besar penerima pada komunikasi massa (masscommunication). Pesan-pesan ini terutama dimaksudkan agar dapat memberikan hiburan, informasi dan berita, dan sampai batas tertentu juga iklan dan propaganda. Pada masa kini komunikasi yang dimediasi (bermedia) lebih sering terjadi untuk media dan studi komunikasi yang memfokuskan pada receiver (penerima) yang berlainan atau perbedaan penerima, dengan dan konstruksi makna dan interpretasi masing-masing pesan yang berbeda yang dibuat untuk penerima khusus.

Ilmu Komunikasi hanya Sebagai dasar Konsep
Catatan tambahan (13 Maret 2015)
Menurut Shannon, Claude Elwood (1948) dalam Dainton (1999), teori komunikasi adalah bidang informasi dan matematika yang mempelajari proses teknis informasi dan proses manusiawi komunikasi manusia. Menurut teori komunikasi Robert T. Craig dalam esainya "Teori Komunikasi sebagai Field" (1999 ), "meskipun akar kuno dan profesi teori tentang komunikasi telah berkembang ", tidak ada bidang studi yang dapat diidentifikasi sebagai "teori komunikasi" (Crag, Robert T.1999). 

Teori komunikasi sifatnya sangat bias, sebab banyak bidang studi yang mengklaim memiliki teori Komunikasi yang khas (termasuk dalam bidang matematika). Komunikasi Visual juga bukan murni sebuah komunikasi, sebab yang dianggap komunikasi hanya digambarkan sebagai penyampaian ide-ide dan informasi (pesan) dalam bentuk verbal dan visual. Sedangkan source (sumber) pesan dengan  si penerima pesan (receiver) tidak pernah bertemu dalam pengertian komunikasi yang sebenarnya. Demikian juga hasil komunikasi bukanlah seperti komunikasi antar individu (manusia). Seseorang yang menanggapi gambar atau poster tidak dapat diharapkan menghasilkan sebuah respon seperti komunikasi manusia yang sebenarnya.

Oleh karena itu para ahli komunikasi mencoba untuk merumuskan kembali Istilah komunikasi visual seperti yang diterangkan sebelumnya, dan melihat komunikasi visual hanya sebagai sebuah ancang-ancang, rancangan (desain) informasi yang hasilnya adalah “setting informasi” (lihat gambar).



Pentingnya psikologi persepsi dalam desain informasi (Desain Komunikasi Visual)(Pettersson, 2013)
Keterangan Gambar: Gambaran tentang proses desain. Proses desain itu bukan hanya peristiwa fisik, peristiwa fisik hanya pada saat memproses desain menjadi media pesan. Selebihnya adalah peristiwa mental (PERSEPSI). Kreator bukan hanya desainer, ide-ide tentang pesan itu umumnya berdasarkan persepsi desainer terhadap pesan yang akan dirancang (didesain). Hal ini berbeda dengan pendapat selama ini yang menganggap bahwa desainer dan seniman lah yang menjadi kreator utama. Kreator bisa jadi adalah subjek yang membutuhkan pesan dibuat (pemakai). Dalam membuat lukisan, pelukis yang menjadi kreator tunggal, sebab niat/tujuan (intended) pesan-pesan ekspresi semata berasal dari dirinya. Hal ini berbeda dengan desain komunikasi visual atau desain pesan. Seniman dan desainer, juga kreator terutama dalam proses MATERIAL FISIK. Imaji mental adalah gambaran/ bayangan tentang pesan yang akan di rancang) di suatu pihak (SUMBER PESAN), dan imaji mental juga terjadi pada RECEIVER (penerima pesan) Hal ini membuktikan bahwa peristiwa perancangan pesan (massage Design) didominasi oleh PERSEPSI, PSIKOLOGI PERSEPSI, DAN KOGNISI. sumber, (Pettersson, 2013)

Perbedaan antara Setting Informasi dengan Desain Original

Contoh Set Informasi

Media ( animasi, film, poster, kampanye iklan, Enviromental Graphic, Laporan Tugas Akhir, Laporan Proyek, tampilan WEB di layar, dsb)

Contoh Desain asli (Original)

alternatif desain dan pilihan desain.

Konsep desain (verbal) bukanlah desain original, tetapi bagian dari peristiwa mental, yang mengawali proses desain.

Jadi istilah komunikasi dipakai hanya untuk memperlihatkan proses, yang menyerupai teori komunikasi antar manusia. Oleh karena itu komunikasi visual memiliki teori sendiri, terutama dalam hal bagaimana penerima pesan membaca, bertindak dan bereaksi (afordance), mempersepsi (perception), mengamati (atention), mengartikan (interpretation), memaknai (meaning), mempelajari (learning) imaji-imaji visual yang diterimanya.

Teori-teori seni, maupun teori desain grafis terdahulu masih memandang bahwa pembuatan karya grafis adalah sebuah komunikasi antara seniman ke pengamatnya, jadi yang penting pada situasi ini adalah ekspresi” (ungkapan) seniman dan desainer (source). Dalam pengertian bagaimana pesan itu dibuat sebaik-baiknya menurut  versi si desainer, khususnya tentang estetika (keindahan).  Dalam pengertian baru, source memang penting tetapi lebih penting lagi adalah receiver. Oleh karena itu perhatian para pakar ahli komunikasi visual bergeser kepada bagaimana memahami receiver, khususnya masalah persepsi.
Penting juga untuk memahami apa yang diuraikan oleh Bradley, S ( 2011), berikut ini.
“Ketika melihat jumlah pengunjung pada halaman web Anda, dan mulai melihat sekeliling,  Anda berharap pesan Anda dapat disampaikan dengan jelas dan dipahami. Tampilan web  mungkin akan kelihatan seperti transfer sebuah ide sederhana tentang desain Anda ke mata pemirsa. Kenyataannya adalah lebih kompleks. Persepsi visual adalah hasil dari interaksi kompleks antara stimulus visual eksternal dan pengetahuan sebelumnya, (termasuk) tujuan, dan harapan pengamat. Memahami bagaimana caranya orang melihat perihal visual akan membantu desainer berkomunikasi dengan lebih baik”.
Breadley, S (2011) melihat pentingnya memahami teori dan atau ilmu persepsi visual dan memori.Sebab:
“Persepsi adalah proses memperoleh kesadaran dan pemahaman data sensorik. Kita mengambil sesuatu secara visual dan kemudian perlu proses apa yang kita lihat dalam rangka untuk memperoleh makna dari itu. Otak kita perlu menemukan pola yang berarti dalam lingkungan visual kita untuk membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana menanggapi”.
Desain Persuasi: Komunikasi yang Terencana (Planned communication) sebagai Desain Iklan dan Propaganda
Desain persuasi menurut Paterson, Rene (2013) adalah Komunikasi yang Terencana (Planned communication) atau komunikasi persuasif, adalah studi tentang iklan, propaganda, dan kegiatan informasi lainnya yang direncanakan dengan sangat hati-hati. Sebab tujuannya adalah terkait dengan beberapa jenis perubahan perilaku penerima (receiver) . Misalnya penerima (receiver)  biasanya diminta untuk melakukan sesuatu. Iklan dapat meminta orang untuk memilih, pergi ke mesjid atau berhenti merokok, dan sering dimaksudkan untuk membujuk mereka untuk membeli layanan khusus atau produk khusus. Sementara iklan menyajikan citra positif, propaganda sering menciptakan citra negatif. Propaganda memperkuat prasangka kita dan perasaan tentang peristiwa, kelompok orang, atau produk. Baik iklan maupun propaganda adalah dalam rangka untuk mempengaruhi orang lain, pengirim (sender) harus saling bertukar informasi, dan harus akurat/tepat dalam mengirimkan pesan dan atau niat mereka, dan harus dapat mengidentifikasi dan memahami kebiasaan dari penerima.

Tujuan Desain Persuasi
Dalam desain persuasi tujuan utama adalah untuk membujuk interpreter atau penerima pesan untuk mengadopsi (menerima usul) sikap tertentu (misalnya bersikap memilih partai tertentu), agar menjadi yakin akan sesuatu (misalnya agar tidak merokok), agar mengubah perilakunya dan agar meniru orang tertentu (misalnya agar seorang meniru artis yang memakai sabun dengan merek tertentu), untuk berperilaku dengan cara tertentu, atau untuk membeli ide, produk atau layanan tertentu. Penafsir informasi dapat dipandang sebagai "mungkin akan membeli" atau memiliki "prospek" akan membeli. Persuator mungkin dapat mengembangkan kekhawatiran, keyakinan, emosi, prasangka baru, pendapat dan pandangan, memperkuat sikap dan kemauan untuk membeli.Persuator dapat menggunakan berbagai kata kerja yang seakan dapat menguntungkan bagi peneriman seperti kata-kata: menghargai, mempercayai, membeli, merubah (perilaku), menginginkan, mencemaskan, menakutkan, merasa santai, membenci, dan merasa senang memiliki  dalam penulisan tujuan desain persuasi. Semua verba ini memperlihatkan perilaku yang dapat diamati. Beberapa contoh tujuan kinerja dalam desain persuasi yang mungkin dapat direncanakan secara hati-hati dan memberi pengaruh sebagai berikut ( sebagai contoh yang menjadi tujuan persuasi) adalah sebagai berikut.

a) Untuk peringatan/ warning (misalnya bahaya tsunami): 90% dari pemirsa harus mengubah perilaku mereka ketika mereka telah melihat informasi tsunami  itu sekali saja.
b) Untuk promosi produk baru (misalnya cat merek baru): 75% dari pemirsa harus menginginkan contoh/sampel yang disampaikan  produk ketika mereka telah melihat sendiri informasi itu dua kali.
c)Dalam propaganda: 90% dari populasi harus membenci perilaku tertentu ketika mereka telah mendengar argumen-argumen propaganda.
d)  Dalam iklan: 50% dari pembaca harus membeli produk konsumsi baru dalam waktu dua minggu.
e)Dalam pemasaran: Pangsa pasar untuk produk tertentu harus meningkat dari sepuluh sampai 25% dalam satu tahun.

Angka-angka ini sebenarnya terkait dengan persentase yang dibatasi oleh  waktu dan harus diputuskan oleh perancang iklan dalam setiap kasus tertentu, menurut Pettersson, inilah yang membedakan desain persuasi dengan desain informasi non-persuasi, dimana target audiens ditentukan dalam desain secara hati-hati dan terencana.

Iklan

Pengertian Iklan
Kata iklan (advertising) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya “mengiringi orang pada gagasan”. Adapun pengertian iklan secara komprehensif adalah “semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara non personal yang dibayar oleh sponsor tertentu”. Secara umum, iklan berwujud penyajian informasi non personal tentang suatu produk, merek, perusahaan, atau toko yang dijalankan dengan kompensasi biaya tertentu.

Tujuan dan Maksud Periklanan
Tujuan dari iklan adalah untuk menjual produk dan jasa. Sementara propaganda sering menciptakan citra negatif iklan menyajikan citra positif. Iklan umumnya dianggap sebagai sarana untuk persuasi, meskipun kadang-kadang tujuannya juga mungkin untuk mengidentifikasi atau menginformasikan. Pada zaman sekarang iklan itu sangat berpengaruh dan lebih kuat daripada sebelumnya walaupun telah ada di setiap periode sejarah komunikasi manusia. Sebuah kampanye iklan dapat mengubah opini/pendapat publik (masyarakat). Oleh karena itu iklan umumnya menguntungkan perusahaan, dan dapat menyebabkan kelompok politisi dapat berkuasa.

Menurut Bettinghaus dan Cody (1987: 1) mencatat bahwa persuasi adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari  manusia. Apa yang kita makan, apa yang kita pakai, yang kita dengar, dan musik yang kita sukai, dan siapa yang akan kita pilih dalam pemilu berikutnya semuanya dipengaruhi oleh komunikasi persuasif. Bahkan, persuasi begitu sering digunakan dan sangat meresap dalam kehidupan kita sehari-hari dimana kita sering gagal untuk mengenali sesuatu, komunikasi persuasif dipakai dan kita sering terkena persuasi.

Media Iklan
Tampaknya bahwa semua media dapat digunakan untuk iklan. Orang-orang di bisnis periklanan cenderung berpikir tentang proses periklanan sebagai model komunikasi tradisional. Proses iklan melibatkan sumber atau pengirim/sender (pengiklan), encoding/pengkodean/bagaimana pesan dibuat (oleh kelompok profesional dalam iklan), representasi dengan pesan (iklan) dan satu atau lebih saluran (media yang dipilih), noise/pengganggu (berbagai kendala), penerima (pendengar, pembaca, pemirsa), decoding (pembacaan) dari pesan (pemahaman), dan umpan balik (tanggapan pemirsa).

Unsur-unsur dari sebuah pesan iklan adalah (1) kata-kata, (2) gambar, (3) musik, (4) suara, (5) karakter, (6) pengaturan, dan tindakan itu sendiri. Struktur iklan adalah bagaimana cara elemen iklan digabungkan untuk menciptakan efek dari pesan yang masuk akal. Dalam rangka untuk mempengaruhi orang lain, pengirim harus saling bertukar informasi, dan akurat mengirimkan pesan serta niat mereka, dan dapat mengidentifikasi serta memahami kebiasaan dari penerima (receiver) yang dimaksudkan.

Menurut Key (1977) orang dewasa rata-rata di Amerika Serikat telah terkena lebih dari 500 pesan iklan setiap hari, namun yang disadari dandirasakannya hanya  sekitar 75. Ini terjadi pada tahun 1970-an. Jumlah pesan iklan hari ini lebih banyak lagi. Menurut Saunders (1999) diperkirakan bahwa anak-anak Amerika telah melihat rata-rata 350.000 iklan di televisi ketika mereka mencapai usia 18 tahun. Hal ini tidak mengherankan bahwa beberapa konsumen modern telah berevolusi menjadi decoder (pembaca pesan) yang  cerdas, dan secara otomatis memiliki kemampuan untuk menyaring informasi massal yang tidak diinginkan. Hal ini dimungkinkan dan  bagaimanapun, tidak berlaku untuk kelompok besar orang.

Propaganda
Pengertian Propaganda
Secara etimologis propaganda berasal dari kata bahasa Latin propagare yang berarti cara tukang kebun menyemaikan tunas suatu tanaman ke sebuah lahan untuk memrpoduksi tanaman baru yang kelak akan tumbuh sendiri. Dengan kata lain juga berarti mengembangkan atau memekarkan (untuk tunas). Propaganda sebagai kata istilah tercatat digunakan pertama kali oleh Gereja Katolik Roma. Pada 1622, Paus Gregorius XV membentuk The Roman Catholic Sacred Congregation for the Propagation of the Faith (Sacra Congregatio Christiano Nomini Propagando atau singkatnya Propaganda Fide; diindonesiakan jadi Majelis Suci untuk Propaganda Agama). Propaganda Fide dibentuk untuk menyebarkan misi agama sekaligus mengawasi kegiatan misionaris agama Katolik Roma di Italia maupun di negara-negara lain. Alasannya, masyarakat yang tidak mengenal ajaran Katolik tidak akan pernah memeluk agama tersebut. Padahal tak kenal maka tak sayang. Karena itu harus ada usaha yang terorganisasi dari luar untuk memperkenalkan agama itu kepada masyarakat. Dengan begitu masyarakat akan mengetahui kemudian memeluk agama tersebut. Karena tujuannya untuk penyebaran agama, maka propaganda dinilai berkonotasi positif.

Saat itu, retorika adalah satu-satunya media propaganda. Propaganda dilakukan dengan hanya bermodalkan kemampuan olah wicara. Dengan diksi yang hebat, nada dan intonasi yang tepat, gestur dan gestikulasi yang memikat, seorang orator dapat mempengaruhi khalayak dengan cepat. Keadaan mulai berubah setelah terjadinya Revolusi Industri, terutama dengan keberadaan mesin cetak. Keberadaan mesin cetak membuat propagandis mampu menulis dan memperbanyak pesan-pesan propagandistik dalam bentuk pamflet dan poster. Selanjutnya, perkembangan teknologi informasi membuat propagandis memiliki semakin banyak alternatif media. 

Tujuan dan Sasaran Propaganda
Dalam perkembangannya, propaganda kemudian memperoleh konotasi negatif. Propaganda jadi identik dengan hal-hal buruk, seperti peneroran, penipuan, pembohongan, pemanipulasian, dan berbagai atribut jelek lain. Sosok yang dianggap layak dipersalahkan atas jasanya menegatifkan konotasi propaganda adalah Adolf Hitler. 

Hitler percaya betul bahwa propaganda adalah alat yang vital untuk mencapai tujuan. Hitler rupanya sangat terkesan dengan kekuatan propaganda Sekutu, khususnya Inggris, dalam Perang Dunia I dan meyakini propaganda sebagai penyebab jatuhnya moral dan semangat juang tentara Jerman pada 1918. Bagi Hitler, propaganda tidak lebih dari sekadar alat untuk meraih tujuan. Segala cara halal dilakukan. Yang penting tujuan tercapai. Jelas, kejujuran dan kebenaran tidak pernah ada dalam kamusnya. Gara-gara Hitler, akhirnya propaganda menjadi identik dengan penghalalan segala cara untuk mencapai tujuan. Dan, itulah propaganda yang dipahami orang kebanyakan.

Kesimpulan
Komunikasi visual sudah setua sejarah peradaban manusia itu sendiri, bentuk-bentuk awal dari komunikasi visual dapat di lihat dari gambar gua-gua batu, tulisan gambar, hieroglypth, ikon-ikon sampai ditemukannya media cetak oleh Guttenberg dan perkembangan baru dari desain grafis modern. Semua perkembangan komunikasi visual ini dapat juga disebut dengan perkembangan desain grafis. Tetapi komunikasi visual ini tidak dapat disebut sebagai desain komunikasi visual tetapi sebagai perkembangan desain grafis. Sebab penekanan fungsi mau tujuan desain grafis atau komunikasi visual yang dimaksud tidak sama dengan tujuan Desain Komunikasi Visual yang pada dasarnya adalah Desain Informasi Pesan.


Mungkin ada perbedaan-perbedaan pandangan tentang apa yang dimaksud dengan Desain Komunikasi visual (DKV). Misalnya yang menganggap DKV itu sama dengan desain Grafis, atau desain periklanan. Sebagai contoh pada Victorian Certificate of Education Study Design, yang dimaksud dengan DKV itu adalah merancang produk-produk visual. Desain Studi Komunikasi Visual bagi Sekolah Desain Victoria, Australia adalah meneliti cara bahasa visual dapat digunakan untuk menyampaikan ide, informasi dan pesan dalam bidang komunikasi, desain lingkungan dan industri.  Menurutnya desainer DKV membuat dan berkomunikasi melalui sarana visual untuk membentuk kualitas kehidupan sehari-hari bagi individu, komunitas dan masyarakat. Jadi lebih luas lagi dari sekedar Desain Grafis. Perbedaan itu bisa saja karena historis sekolah, penekanan studi, maupun kebijakan pendidikan. 

Catatan
Pembelajaran Dasar Desain atau Nirmana untuk mata kuliah disiplin Desain yang baik menurut penulis adalah karangan  Wallsclaeger, C., & Snyder, Cynthia Busic, Basic Visual Concepts and Principles: for artists, Architects, and Designers.1992 sebab buku ini telah lama membahas tentang seluk beluk desain komunikasi visual (untuk seni rupa, desain dan arsitektur). Hal ini sudah  penulis kemukakan kepada teman-teman seprofesi sejak tahun 2000, tetapi tidak ada yang mengrubris, termasuk jurusan (14 tahun yang lalu).
Disamping itu terdapat buku-buku dasar desain lainnya yang baik seperti, Lidwell, William; Kritina Holden, Jill Butler (2010). Universal Principles of Design (2nd ed.). Beverly, Massachusetts: Rockport Publishers. Jump up  Lovett, John. "Design and Color". White, Alex (2011). The Elements of Graphic Design. New York, NY: Allworth Press. ,Kilmer, R., & Kilmer, W. O. (1992). Designing Interiors. Orland, FL: Holt, Rinehart and Winston, Inc. ,Nielson, K. J., & Taylor, D. A. (2002). Interiors: An Introduction. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.,Pile, J.F. (1995; fourth edition, 2007). Interior Design. New York: Harry N. Abrams, Inc. 

Literatur

Catatan Kaki
[1] (http://nasbahrygalleryedu.blogspot.com/2014/03/web-sebagai-desain-informasi-dan.html#more
[2] Istilah graphic, dalam kamus-kamus artinya adalah sebuah (detail) yang dapat dibaca dengan sangat jelas. (Encarta, 2002). Sebagai kata sifat, grafis berarti sebuah garis, tulisan dan atau sebuah gambar, gambaran (imaji) yang sifatnya dapat dibaca. Disebut grafika (graphical/adj., sebagai kata benda) menekankan kepada hasil cetakan yang dapat dibaca, misalnya buku. Oleh fungsi komunikasinya, grafis kadang-kadang disebut “rancangan atau desain komunikasi visual,”(DKV) suatu istilah yang menekankan fungsi visualnya. Tetapi pengertian DKV ini harus dicermati secara hati-hati , seperti uraian di atas maksudnya berlainan.

Tidak ada komentar:

Sering dilihat, yang lain mungkin penting