(Brucea javanica (L.)
Mess)
Oleh: Susi Annaria
66986/2005 Pendidikan Kimia NR
Editor oleh : Tarmizi
Tumbuhan
melur (Brucea javanica (L.) Mess ) ini banyak tersebar di seluruh Indonesia,
oleh karena itu mempunyai banyak nama daerah, seperti dadih – dadih,
tambursipago, tamban bui melur ( sumatera ), kendang pencang, kipades, trawalot
( jawa ), tambara marica, amber marica ( sulawesi ) dan nagas ( Maluku ) (
Departemen Kesehatan RI, 1985 )
Deskripsi
:
Semak
tinggi, tegak, sangat pahit, tinggi 1-2,5 m. Susunan daun menyirip ganjil; anak
daun 5-13, sebagian besar berhadapan, anak daun berbentuk bulat telur memanjang
lanset, ujung meruncing, tepi bergerigi beringgit, pangkal membulat atau
runcing, berambut 5,5-17,5 kali 2-7,5 cm. Bunga berkelamin 1 atau 2, dalam
susunan malai sempit panjang 2-30 cm. Perhiasan bunga berupa kelopak; segmen
kelopak sangat kecil, bentuk oval bulat telur terbalik, 0.75-1 mm. Mahkota
memiliki 5 daun mahkota, bentuk memanjang, tumpul, berambut jarang, sepanjang
tepi berkelenjar, berwarna hijau ungu. Benang sari sebanyak daun mahkota,
kepala sari tidak ada pada bunga betina. Putik pada bunga jantan rudimenter,
bertaju 4, pada bunga yang berkelamin 2 atau bunga betina bakal buah dan tangkai
putik 4, lepas, tonjolan penebalan dasar bunga jelas. Buah batu bulat
memanjang,panjang 8mm. Waktu berbunga Januari - Desember. Tumbuhan ini dapat
hidup pada daerah dengan ketinggian 0,5-550 m dpl. Lebih kurang ditemukan 6
jenis tumbuhan yang tumbuh di Afrika. Di Indonesia banyak tumbuh di Jawa dan
Madura, yaitu biasanya terdapat pada belukar, di tepi sungai, hutan jati, hutan
sekunder muda, dan sebagai tanaman pagar.
Habitat
:
Biasanya
terdapat pada belukar, di tepi sungai, hutan jati, hutan sekunder muda, dan
sebagai tanaman pagar. Tumbuhan ini dapat hidup pada daerah dengan ketinggian
0,5-550 m dpl.
Sifat
dan Khasiat
Rasanya
pahit sifatnya dingin, beracun (toksik), masuk meridian usus besar. Khasiat
buah makasar dapat mmebersihkan panas dan racun, menghentikan perdarahan
(hemostatis), membunuh parasit, antisendi dan antimalaria.
Bagian
yang Digunakan
Bagian
yang digunakan adalah buah. Setelah buah dikumpulkan , bagian yang keras
dibuang untuk diambil isinya. Selain buah, daun dan akar juga berkhasiat
sebagaiobat
Indikasi
Buah
yang digunakan untuk pengobatan:
•
Malaria
•
Disentri Amuba, Diare kronis akibat terinfeksi Trichomonas sp.,
•
Kaputihan
•
Wasir
•
Cacingan
•
Papiloma di pangkal tenggorokan, lambung , rektum, paru-paru, leher rahim dan
kulit
Akar
digunakan untuk pengobatan
•
Malaria
•
Karacunan Makanan
•
Demam
Daun
digunakan untuk mengatasi
•
Sakit Pinggang
Cara
Pemakaian
Untuk
obat yang diminum, giling 1,5-2 g isi buah makasar (kira-kira 10-15 biji)
sampai halus, lalu masukkan kedalam kapsul. Ramuan ini diminum setelah makan.
Lakukan 2-3 kali sehari.
Pemakaian
luar digunakan untuk menyembuhkan penyakit kutil dan mata ikan di kaki.
Pemakaian ramuan ini harus hati-hati agar tidak mengenai kulit normal di
sekitarnya. Daun buah makasar yang digiling halus dapat digunakan untuk
mengompres bagian tubuh yang bengkak, akibat terbentur atau terpukul (memar)
benda keras. Selain dapat menyembuhkan penyakit, ramuan ini dapat digunakan
untuk mengusir belalang.
Contoh
Pemakaian Disentri Amuba
Giling
10-15 buah makassar sampai halus, lalu masukkan ke dalam kapsul. Minum ramuan
ini sekaligus setelah makan. Lakukan 3 kali sehari selama 7-10 hari.
Disentri,
Air kemih, Tinja berdarah karena panas Giling 25 buah makasar sampai halus
(makzimal 50 buah), lalu masukkan kedalam kapsul. Minum ramuan ini sekaligus
dengan larutan air gula batu.
Malaria
Ambil
isi buah makasar kira-kira 10 buah, lalu giling sampai halus. Masukkan ke dalam
kapsul, lalu minum sekaligus. Lakukan 3 kali sehari selama 3 hari. Selanjutnya
dosis dikurangi setengahnya dan minum dalam 5 hari.
Cuci
15-20 g akar buah makasar, lalu potong-potong seperlunya. Rebus dalam tiga
gelas air bersih sampai tersisa satu gelas. Setelah dingin, saring dan minum
air saringannya siap untuk diminum. Lakukan sehari dua kali, masing-masing 1/2
gelas.
Wasir
Giling
7 buah makasar sampai halus. Masukkan ke dalam kapsul, minum sekaligus.
Keputihan
Masukkan
20 buah makasar ke dalam periuk tanah atau panci email. Tambahkan 400 cc
airbersih, lalu rebus sampai tersisa 100 cc. Setelah dingin ramuan ini dapat
digunakan untuk mencuci liang senggama (vagina). Caranya semprotkan air rebusan
tadi menggunakan penyemprot (sprayer). Ramuan yang dipakai untuk setiap kali
pemakaian 20-40 cc. Jika keputihanya ringan, penyemprotan cukup dilakukan
sekali saja. Namun jika keputihanya berat, perlu diulang selama 2-3 hari.
Catatan
Jangan
menggunakan dosis secara berlebihan. Jika diminum, buah makasar dapat
menstimulir saluran pencernaan danmenimbulkan gejala keracunan. Hal tersebut
disebabkan oleh zat glikosida kosamine yang terkandung didalamnya. Dalam dosis
kecil, buah makasar berkhasiat sebagai pencahar, memperlancar pengeluaran
empedu ke usus (kolagoga), mencegah pembekuan darah dan memberantas cacing
usus, sebaliknya pada dosis besar dapat menyebabkan keracunan akut.
Tanda-tandanya ditunjukkan dengan lambatnya proses pernapasan, tungkai lumpuh,
muntah, diare dan koma yang akhirnya bisa menimbulkan kematian. Jika keracunan
kronis terjadi dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
Ibu
hamil dan anak-anak dilarang minum ramuan tumbuhan obat buah makasar. Selain
itu, buah makasar dikontraindikasikan pada penderita perdarahan saluran
pencernaan, gastritis, penyakit hati dan penyakit ginjal berat.
Di
luar negeri, ramuan obat ini sudah dibuat dalam bentuk kapsul, obat cair dan
obat suntik. Ramuan ini dapat digunakanuntuk mengobati penyakit kanker.
Pengobatannya dilakukan dengan meminum cairan emulsi, menggunakan injeksi atau
menggunakan cairan emulsi yang dilarutkan ke dalam cairan infus. Pada kanker
serviks dan payudara, biasanya diberikan injeksi lokal, sedangkan pada tumor
saluran cerna dan paru-paru diberikan injeksi intramuskuler.
Buah
makasar merupakan antiseptik kuat dan amuba, mikro organisme penyebab malaria,
parasit di rongga usus dan mikroorganisme penyebab infeksi di liang senggama
(vagina)
Komposisi
:
Biji
zat pahit, triterpen, sterin, lilin, senyawa fenolik (zat samak). Zat pahit
yang terdapat dalam biji Brucea javanica L. Meer terdiri dari bruseantin,
bruseantinol, brusein A, B, C, D, dehidrobusein A, brusatol, yadanziolid,
yadanziolid A, yadanziolid C, yadanziolid F, senyawa pahit mirip kantin-6-on.
2.2
Metabolit Sekunder
2.2.1
Alkaloid
Alkaloid
secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat
basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid
berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran
dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah
ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur
yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit.
Alkaloid
merupakan senyawa nitrogen heterosiklik. Salah satu contoh alkaloid yang
pertama sekali bermanfaat dalam bidang medis adalah morfin yang diisolasi tahun
1805. Alkaloid diterpenoid yang diisolasi dari tanaman memiliki sifat
antimikroba. Solamargine, suatu glikoalkaloid dari tanaman berri Solanum
khasianum mungkin bermanfaat terhadap infeksi HIV dan infeksi intestinal yang
berhubungan dengan AIDS.
Pada
tahun 1896, Meyer – Lexikon memberikan batasan alkaloid sebagai berikut :
“Alkaloid terjadi secara karakteristik dalam tumbuhan dan sering dikenal karena
aktivitas fisiologisnya. Alkaloid mengandung C, H dan N dan pada umumnya
mengandung atom O.
Senyawa
alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun dari tumbuh –
tumbuhan. Senyawa alkaloid dapat dipandang sebagai hasil metabolisme dari
tumbuhan atau dapat berguna sebagai cadangan bagi biosintesis protein. Kegunaan
alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat
tumbuh – tumbuhan dan pengatur kerja hormon.
Alkaloid
sangat penting dalam industri farmasi karena kebanyakan alkaloid mempunyai efek
fisiologis. Pada umumnya alkaloid tidak ditemukan dalam gymnospermae, paku –
pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.
Pembagian
alkoloid :
a.
Didasarkan pada jenis gugus kromofor yang berbeda, misalnya alkaloid indol,
isokuinolin atau kuinolin.
b.
Didasarkan tumbuhan asal pertama kali ditemukan, misalnya alkaloid tembakau
c.
Didasarkan jenis ikatan yang predominan dalam alkaloid tersebut.
Berdasarkan
literatur, diketahui bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan
biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada mahluk hidup. Sehingga
tidaklah mengherankan jika manusia dari dulu sampai sekarang selalu mencari
obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan. Fungsi alkaloid sendiri dalam
tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah
mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari
serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk
mempertahankan keseimbangan ion.
Tantangan
dalam penelitian di bidang alkaloid, semakin lama semakin menarik dan dengan
tingkat kesukaran yang rumit. Hal ini didasarkan pada fenomena bahwa jumlah
alkaloid dalam tumbuhan berada dalam kadar yang sangat sedikit (kurang dari 1%)
tetapi kadar alkaloid diatas 1% juga seringkali dijumpai seperti pada kulit
kina yang mengandung 10-15% alkaloid dan pada Senecio riddelii dengan kadar
alkaloid hingga 18%. Selain kadar yang kecil, alkaloid juga harus diisolasi
dari campuran senyawa yang rumit. Proses isolasi, pemurnian, karakterisasi, dan
penentuan struktur ini membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang
tentunya memerlukan waktu yang lama untuk mendalaminya.
2.2.2
Flavonoid
Golongan
flavonoid dapat digambarkan sebagai deret senyawa C6�C3�C6 artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6
(cincin benzena tersubtitusi) disambungkan oleh rantai alifatik ketiga karbon.
Flavonoid mempunyai sifat yang khas yaitu bau yang sangat tajam, sebagian besar
merupakan pigmen warna kuning, dapat larut dalam air dan pelarut organik, mudah
terurai pada temperature tinggi.
Golangan
flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6. Artinya, kerangka
karbonya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzen tersubstitusi) disambungkan
oleh rantai alifatik tiga-karbon. Flavonoid sering terdapat srbagai glikosida.
Flavonoid mancangkup banyak pigmen yang paling umun dan terdapat pada seluruh
dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Pada tumbuhan tinggi,
flavonoid terdapat dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga. Sebagai pigmen
bunga flavonoid berperan dalam menerik burung dan serangga penyerbuk bunga.
Campuran
flavonoid dapat ditemui pada buah-buahan seperti berry, apel, bawang putih,
anggur merah, teh, anggur hijau, jeruk, jeruk lemon, cherry, sayur-sayuran
hijau, alga biru dan hijau dan banyak lagi yang lain. Peranan flavonoid yang
demikian itu dapat menghalangi terjadinya tahapan inisiasi penyempitan pembuluh
darah atau aterosklerosis. Pada akhirnya dapat mengurangi risiko serangan
jantung koroner dan stroke.
Flavonoid
tertentu merupakan komponen aktif tumbuha yang digunakan secara tradisional
untuk mengobati gangguan fungsi hati, silimirin dari Silybum marianum digunakan
untuk melindungi membran sel hati dan menghambat sintesis prostaglandin ,
penghambatan reaksi hidrogsilasi pada mikosom. Dalam makanan flavonoid dapat
menurunkan agregasi platelet dan mengurangi pembekuan darah. Pada kulit,
flavonoid menghambat pendarahan. Xanton dan flavonoid oligomer dalam makanan
mempunyai efek antihipertensi karena menghambat enzim pengubah-angiotensin.
Flavonoid
punya sejumlah kegunaan. Pertama, terhadap tumbuhan, yaitu sebagai pengatur
tumbuhan, pengatur fotosintesis, kerja antimiroba dan antivirus. Kedua,
terhadap manusia, yaitu sebagai antibiotik terhadap penyakit kanker dan ginjal,
menghambat perdarahan. Ketiga, terhadap serangga, yaitu sebagai daya tarik
serangga untuk melakukan penyerbukan. Keempat, kegunaan lainnya adalah sebagai
bahan aktif dalam pembuatan insektisida nabati dari kulit jeruk manis (Arda
Dinata).
2.2.3
Steroid
Steroid
adalah golongan lipid yang mempunyai karakteristik dari jenis struktur
penyatuan cincin karbon. Steroid tidak mengandung asam lemak ataupun gliserol,
karenanya tidak dapat mengalami penyabunan. Steroid meliputi empat golongan,
yaitu kolesterol, hormon, adrenokortikoid, hormon seksual, dan asam empedu.
Kolesterol
ditemukan dalam semua organisme dan merupakan bahan awal untuk pembentukan asam
empedu, hormon steroid, dan vitamin D. Walaupun kolesterol esensial bagi mahluk
hidup, tapi berimplikasi terhadap pembentukan ‘plek’ pada dinding pembuluh nadi
(suatu proese yang disebut arteosclerosis, atau pengerasan pembuluh), bahkan
dapat mengakibatkan penyumbatan. Gejala ini penting terutama dalam pembuluh
yang memasok darah ke jantung. Penyumbatan pada pembuluh ini menimbulkan kerusakan
jantung, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kematian akibat serangan
jantung.
Inti
steroid dasar sama dengan inti lanosterol dan triterpenoid tetrasiklik lain,
tetapi hanya pada gugus metil yang terikat pada sistem cincin. rantai samping
delapan – karbon yang terdapat dalam lanosterol juga terdapat dalam banyak
steroid tumbuhan mempunyai satu atau dua atom karbon tambahan. Nama “sterol”
dipakai khusus untuk steroid alkohol, tetapi karena praktis semua steroid
tumbuhan berupa alkohol dengan gugus hidroksil pada C3, seringkali semuanya
disebut sterol.
2.2.4
Terpenoid
Senyawa
terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometric yang juga terdapat pada
lemak/minyak esensial (essential oils), yaitu sejenis lemak yang sangat penting
bagi tubuh. Zat-zat terpenoid membantu tubuh dalam proses sintesa organic dan
pemulihan sel-sel tubuh. Harum atau bau dari tanaman disebabkan oleh fraksi
minyak esensial. Minyak tersebut merupakan metabolit sekunder yang kaya akan
senyawa dengan struktur isopren. Mereka disebut terpen dan terdapat dalam
bentuk diterpen, triterpen, tetraterpen, hemiterpen, dan sesquiterpen. Bila
senyawa tersebut mengandung elemen tambahan biasanya oksigen, mereka disebut
dengan terpenoid. Contoh umum terpenoid adalah metanol dan camphor (monoterpen),
dan famesol dan artemisin (sesquiterpenoid).
Berdasarkan
jumlah atom karbon, terpenoid dikelompokkan menjadi monoterpen (C = 10),
seskuiterpen (C = 15), diterpen (C = 20), triterpen (C = 30), tetraterpen (C =
40), dan politerpen (C > 40).
a.
Monoterpenoid
Monoterpenoid
rupanya terbentuk dari dua satuan isoprena dan biasanya mempunyai sepuluh atom
karbon, meskipun ada contoh langkah senyawa yang rupanya terbentuk berdasarkan
prinsip umum ini tetapi senyawa tersebut kehilangan satu atom karbon atau lebih.
b.
Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid
adalah senyawa C15, biasanya dianggap berasal dari tiga satuan isoprena.
Seperti monoterpenoid seskuiterpenoid terdapat sebagai komponen minyak atsiri
yang tersuling uap, dan berperan penting dalam memberi aroma kepada buah dan
bunga yang kita kenal. Dari segi fisiologi, salah satu seskuiterpenoid
monosiklik terpenting ialah asam absisat, hormon yang melawan efek giberelin
dan menghambat pertumbuhan kuncup.
c.
Diterpenoid
Diterpenoid
merupakan senyawa C20 yang secara resmi dianggap ( dengan beberapa pengeculiaan
) berasal dari empat satuan isoprenoid. Karena titik didihnya yang tinggi,
biasanya diterpenoid tidak ditemukan dalam minyak atsiri tumbuhan meskipun
beberapa diterpenoid yang bertitik didih rendah mungkin. Senyawa ini ditemukan
dalam damar, eksudat berupa gom, dan dalam fraksi bertitik didih tinggi setelah
penyulingan minyak atsiri. Misalnya, rosin yang tersisa setelah penyulingan
terpen pinus kaya akan diterpenoid.
d.
Triterpenoid
Karena
sesterpenoid C25 sangat jarang terdapat dalam tumbuhan tingkat tinggi, meskipun
memang ada ( 80 ), ada kerumitan yang sangat meningkat jika kita memperhatikan
senyawa mulai dari diterpenoid sampai triterpenoid C30.
Triterpenoid
yang paling penting dan paling terbesar luas adalah triterpenoid pentasiklik.
Senyawa ini ditemukan dalam tumbuhan seprimitif tetapi yang paling umum pada
tumbuhan berbiji, bebas, dan sebagai glikosida.
2.2.5
Saponin
Saponin
adalah sejenis glikosid yang mempunyai ciri-ciri kebolehan berbuih apabila larutan
akuos digoncang. Saponin mempengaruhi hemolitik yang kuat ke atas sel darah
merah. Terdapat dua jenis saponin iaitu steroidal (ditemui dalam banyak
tumbuhan monokotilidon) dan triterpenoid (dalam tumbuhan dikotilidon).
Dikenal
dua jenis saponin ; glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur
steroid tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua jenis saponin
ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonnya,
disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau
hidrolisis memakai enzim, tanpa bagian gula ciri kelarutannya sama dengan ciri
sterol lainnya.
Berdasarkan
sifat-sifat tersebut, senyawa saponin mempunyai kegunaan yang sangat luas,
antara lain:
1.
Pembasmi hama udang.
2.
Sebagai detergen pada industri tekstil.
3.
Pembentuk busa pada alat pemadam kebakaran.
4.
Pembentuk busa pada sampo.
5.
Dalam industri farmasi.
6.
Dalam fotografi.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1
Waktu Pelaksanaan
Penelitian
ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia FMIPA UNP pada hari jumat, 23 November
2007.
3.2
Sampel Penelitian
Sampel
yang digunakan adalah daun melur (Brucea javanica (L.) Merr).
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
UJI
PEREAKSI HASIL
Alkaloid
Culvenor – Fitzgerald
Mayer
( - ) bening
Wagner
( - ) bening
Dragendorf
( - ) bening
Flavonoid
Shinoda test/sianidin test ( - ) coklat
Steroid/Terpenoid
Lieberman
– Burchard
( - )
terpenoid
( + )
steroid berwarna biru
Saponin
Uji Busa
( - )
tidak ada busa yang stabil
Tabel
4.1
4.2
Pembahasan
Identifikasi
yang dilakukan pada daun melur ini antara lain :
a.
Identifikasi Alkaloid
Pada
identifikasi ini, daun melur ( sampel ) segar ditimbang sebanyak 4 gram,
dirajang halus dan digerus dalam lumpang dengan bantuan pasir. Digunakan pasir
agar sampel cepat halus, kemudian sampel ditambah kloroform dan digerus lagi
sampai membentuk pasta, lalu ditambah 10 mL larutan amonia – kloroform 0,05 N
dan sampel digerus lagi. Kemudian campuran di saring ke dalam tabung reaksi
kering, ditambah 5 mL larutan H2SO4 2N dan dikocok kuat. Larutan didiamkan
sehingga terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas merupakan lapisan asam sulfat
dan lapisan bawah merupakan lapisan kloroform.. dengan menggunakan pipet tetes
yang diberi kapas pada ujungnya, diambil lapisan asam sulfat dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi kecil.
Filtrat
ini dibagi tiga utnuk melakukan uji dengan 3 pereaksi. Tabung reaksi pertama
diuji dengan pereaksi Mayer, terlihat filtrat tetap bening; Tabung reaksi kedua
diuji dengan pereaksi Wagner juga terlihat filtratnya tetap bening, dan tabung
reaksi ketiga dengan pereaksi Dragendorf, terlihat filtrat dengan warna yang
sama yakni bening. Menurut teori, tes positif alkaloid dari ketiga pereaksi
tersebut adalah terbentuknya endapan putih / keruh untuk pereaksi Mayer,
terbentuknya endapan coklat untuk pereaksi Wagner dan terbentuknya endapan
orange untuk pereaksi Dragendorf. Berdasarkan teori terlihat bahwa dari tes
yang diperoleh negatif, berarti pada sampel tidak terdapat adanya alkaloid.
b.
Identifikasi Flavonoid
Pada
Identifikasi ini, daun melur ditimbang sebanyak 0,5 gram, dirajang halus dan
diekstrak dengan 5 mL metanol dan dipansakan selama 5 menit dalam tabung
reaksi, kemudian ekstraknya ditambah 5 tetes asam klorida pekat dan sedikit
serbuk magnesium. Dari identifikasi yang dilakukan diperoleh larutan berwarna
coklat. Berarti tes yang diperoleh negatif, karena berdasarkan teori tes
positif flavonoid adalah terjadinya perubahan warna menjadi pink / merah atau
kuning.
c.
Identifikasi Steroid / Terpenoid
Pada
identifikasi ini, 3 tetes lapisan kloroform pada uji alkaloid ditempatkan pada
plat tetes anhidrat asetat dan dibiarkan mengering, kemudian ditambahkan 3
tetes H2SO4 pekat. Dari tes yang dilakukan diperoleh larutan berwarna biru yang
menunjukkan tes positif, karena berdasarkan teori tes positif steroid adalah
timbulnya warna biru.
Dari
hasil yang diperoleh, ternyata identifikasi yang dilakukan salah karena tidak
sesuai dengan literatur yang terdapat pada tinjauan pustaka ( Bab 2 ), yaitu
daun melur mengandung triterpenoid. Tes positif triterpenoid adalah timbulnya
warna merah jingga atau ungu. Kesalahan ini mungkin disebabkan beberapa
kemungkinan, yaitu kurang teliti, kurang bersihnya alat yang dilakukan dan
kesalahan dalam mengamati warna.
d.
Identifikasi Saponin
Pada
Identifikasi ini, sampel kering dirajang halus, dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambah air suling, kemudian dididihkan selama 2 – 3 menit,
didinginkan dan dikocok kuat – kuat. Tes yang dilakukan menunjukkan bahwa
sampel tidak mengandung saponin yang ditunjukkan dengan tidak adanya busa yang
stabil selama 5 menit.
5.1
Kesimpulan
Dari
identifikasi yang dilakukan, diperoleh kesimpulan :
1.
Daun melur dapat digunakan sebagai obat karena mengandung senyawa metabolit
sekunder atau yang lebih dikenal dengan senyawa bioaktif.
2.
Senyawa metabolit sekunder yang terdapat dialam daun melur adalah triterpenoid,
tapi dari percobaan daun melur mengandung steroid yang ditunjukkan dengan
timbulnya warna biru dan kesalahan yang mungkin terjadi adalah kesalahan dalam
memakai alat, kurang teliti dalam mengamati perubahan warna dan kurang
konsentrasi.
3.
Identifikasi yang dilakukan adalah :
Alkaloid :tes negatif untuk pereaksi mayer,
wagner dan dragendorf.ë
Flavonoid : tes negatifë
Steroid : tes positifë
Terpenoid : tes negatifë
Saponin : Tes negatifë
5.2
Saran
1.
Agar pembaca dapat mempergunakan daun melur sebagai salah satu tanaman obat
2.
Memberikan informasi tentang cara mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder
pada daun melur.
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar,
chairil. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan : Yogyakarta.
Dalimarta,
S. 2000. Atlas Tanaman Indonesia Jilid 2. Jakarta : Trubus Agriwidya.
Departemen
Kesehatan RI. 1985. Tanaman Obat Indonesia Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Fessenden,
R dan Fessenden, J. 1986. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Alih bahasa oleh
Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta : Erlangga.
Hart,
Harold. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Kusuma,
T.S. 1988. Kimia dan Lingkungan. Padang : Pusat Penelitian UNAND.
Suyanti,
H. 1991. Kimia dan SDA. Padang : Pusat Penelitian UNAND.
Tim
Kimia Organik. Penuntun Praktikum Kimia Organik 2. Padang : UNP.
Trevon
Robinson. 1991. The Organic Constituents of Higher Plants, Alih bahasa : Dr
Kosasih Padmawinata. Bandung : ITB.