oleh: Dona Yunilda Fahmi
66962/2005
Pendidikan Kimia Nr Jurusan Kimia
Fakultas Matematika
Dan Ilmu
Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Padang 2007
Editor oleh : Tarmizi
Editor oleh : Tarmizi
2.1. Botani Tumbuhan
Tanaman selasih
merupakan tanaman dikotil yang tergolong tanaman yang melakukan fotosintesis
(Siklus Calvin). Pada siang hari dengan mengubah RUBP dan CO2 dengan bantuan
enzim menjadi amilum yang akhirnya di salurkan keseluruh tubuh tumbuhan melalui
jaringan floem. Untuk pemenuhan nutrisi kelebihannya disimpan oleh tanaman
sebagai pati yang juga digunakan kembali untuk proses respirasi tumbuhan.
Selasih merupakan
tanaman herba tahunan yang tumbuh rimbun. Selasih tumbuh di suatu kawasan yang
lapang seperti kawasan pertanian. Bentuk batang selasih bulat dan bercabang
banyak, mempunyai tinggi 50 – 80 cmdan bentuk daun adalah tunggal. Tumbuhan ini
mudah membiak dari biji benih yang tersebar di sekitarnya.
Selasih mempunyai
enam kuntum bunga, megikuti urutan dari atas ke tengah. Kelopak bunganya
bewarna hijau keunguan dan bagian atas bunganya bewarna putih atau merah jambu
pucat. Selasih mempunyai bau yang khas dan harum. Selain juga dipenggil ruku –
ruku atau ruku – ruku hitam.
Jenis selasih yang
sering di jumpai adalah kemangi. Kemangi ada yang berdaun agak keriting dan ada
pula mempunyai daun yang agak kecil dan sering di makan sebagai ulam.
Sifat dan Manfaat
Selasih bersifat
mendinginkan dan berbau harum yang berfungsi merawat demam, meredakan muntah –
muntah, mengobati cacingan, mengirangi ketegangan (stres), sebagai obat batuk,
pencuci darah, sebagai obat luka. Saponin yang ada menghambat produksi jaringan
bekas luka yang berlebihan (menghambat terjadinya keloid).
Manfaat selasih
yang lain adalah meningkatkan pengeluarana bendalir badan melalui air kencin
karena bersifat diuretik; sifat analgesik yang membantu menahan atau meredakan
sakit kepala, sakit gigi, sakit perut demam; sifat diaforetik yang membantu
pengeluaran keringat. Biji selasih bermanfaat untuk menurunkan kolesterol,
membantu pencernaan, mengobati kram usus dan melancarkan buang air besar.
Kandungan
Selasih mengandung
eugenol, linalool, dan geraniol yang dikenal sebagai zat penolak serangga
sehingga zat – zat tersebut juga berfungsi sebagai pengusir nyamuk. Bau daun
selasih sangat tajam bahkan jika tercium agak lama atau disimpan dalam ruangan
dapat menimbulkan rasa mual dan pening.
Komponen – komponen
utama selasih yang bersifat volatil (menguap) menyebabkan nyamuk enggan
mendekati tanaman. Selasih juga mengandung beta – pinene, estragol, flavonoid,
dan tanin sehingga bisa di buat minyak atsiri. Yang mana komponen utama
penyusun minyak atsiri adalah senyawa organik yang merupakan hidrokarbon tak
jenuh yang mempunyai gugus karbonil dan mempunyai Rf hampir sama dengan haraga
Rf senyawa eugenol.
Klasifikasi tanaman
selasih
Kingdom : Plantae
Divisio :
Magnoliophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Species : Ocimum
basilicum
2.2. Metabolit
Sekunder
Salah satu ciri
organisme adalah tumbuh dan berkembang. Tumbuhan tumbuh dan kecil menjadi besar
dan berkembang dari satu sel zigot menjadi embrio kemudian menjadi satu
individu yang mempunyai akar, daun, batang, bunga dan buah.
Dewasa ini yang
dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada senyawa-senyawa yang
dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder adalah
senyawa-senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak terdapat secara merata
dalam makhluk hidup, dan ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Umumnya terdapat
pada semua organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi), pada akar, kulit batang,
daun, bunga, buah dan biji, dan sedikit pada hewan.
1. Alkaloid
Alkaloid pada
umumnya mencakup semua senyawa yang bersifat basa atau alkali, mengandung satu
atau lebih atom nitrogen dan biasnya merupakan bagian dari sistem siklis. Pada
tahun 1896, Meyer – Lexikon memberikan batasan alkaloid sebagai berikut :
“Alkaloid terjadi secara karakteristik dalam tumbuhan dan sering dikenal karena
aktivitas fisiologisnya. Alkaloid mengandung C, H dan N dan pada umumnya
mengandung atom O.
Senyawa alkaloid
banyak terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun dari tumbuh – tumbuhan.
Senyawa alkaloid dapat dipandang sebagai hasil metabolisme dari tumbuhan atau
dapat berguna sebagai cadangan bagi biosintesis protein. Kegunaan alkaloid bagi
tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuh – tumbuhan
dan pengatur kerja hormon.
Alkaloid termasuk
senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya,baik dari segi jumlah
senyawa maupun sebarannya dalam dunia tumbuhan. Alkaloid menurut Winterstein
dan Trier didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom
nitrogen berasal dari tumbuhan dan hewan. Harborne dan turner (1984)
mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkaloid yang memuaskan, tetapi
umumnya alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang besifat basa, yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen biasnya dalm cincin heterosiklik, dan
bersifat aktif biologis menonjol.
Struktur alkaloid
beraneka ragam, dari yang sederhana sampai yang rumit. Satu dari yang
tersederhana strukturnya, tetapi yang efek faalinya tidak sederhana, adalah
nikotina. Dalam dosis tinggi nikotina bersifat toxik, dan pernah digunakan
sebagai insektisida. Alakaloid marupakan bahan tumbuhan yang mengandung
nitrogen, larut dalam air. Alkaloid yang lazim adalah nikotina, morfina,
kodeina dan atropina.
Alkaloid sangat
penting dalam industri farmasi karena kebanyakan alkaloid mempunyai efek
fisiologis. Pada umumnya alkaloid tidak ditemukan dalam gymnospermae, paku –
pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.
Pembagian alkaloid
: a. Didasarkan pada jenis gugus kromofor yang berbeda, misalnya alkaloid
indol, isokuinolin atau kuinolin. b. Didasarkan tumbuhan asal pertama kali
ditemukan, misalnya alkaloid tembakau c. Didasarkan jenis ikatan yang
predominan dalam alkaloid tersebut.
Pembagian alkoloid
yang lain adalah: a. Alkoloid heterosiklis; b. Alkaloid dengan eksossiklis dan
amina alifatis; c. Alkaoid putreskin, spermidin dan spermin; d. Alkaloid
peptida; e. Alkaloid terpen dan steroidal.
2. Flavonoid
Flavonoid adalah
suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa-senyawa
ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat
warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan
turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar
jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada
tumbuhan primula.
Beberapa fungsi
flavonoid bagi tumbuhan adalah pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis,
kerja antimikroba dan antivirus, kerja terhadap serangga, fitoaleksin merupakan
komponen abnormal yag hanya dibentuk sebagai tanggapa terhadap infeksi atau
luka dan kemudian menghambat fungus menyerangnya, mengimbas gen pembintilan
dalam bakteria bintil nitrogen.
Dalam makanan
flavonoid dapat menurunkan agregasi platelet dan mengurangi pembekuan darah.
Pada kulit, flavonoid menghambat pendarahan. Xanton dan flavonoid oligomer dalam
makanan mempunyai efek antihipertensi karena menghambat enzim
pengubah-angiotensin.
Peran flavonoid
yang merugikan adalah kuersetin yang bersifat mutagen pada uji ames, tetapi
flavonoid lain bekerja sebagai antimutagen. Isoflavon merangsang pembentukan estrogen
pada mamalia.
Flavonoid dapat
dikelompokkan berdasarkan rantai C3 yaitu :
a. Katekin dan
proantosianidin
Katekin dan
proantosianidin adalah dua golongan senyawa yang mempunyai banyak kesamaan,
terdapat pada tumbuhan kayu. Katekin ditemukan dalam paku-pakuan dan dua
spesies Equisetum. Tiga jenis katekin yaitu katekin (+) dan katekin (-)
hidrogen-2 dan hidrogen-3 nya trans. Beberapa katekin terdapat sebagai ester
asam galat. Proantosianidin adalah senyawa yang membentuk antosianidin jika
dipanaskan dengan asam.
b. Flavanon dan
flavanonol
Bewarna kuning
sedikit karena kosentrasinya rendah. Flavanon sering terjadi sebagai aglikon
tetapi beberapa glikosidanya dikenal sebagai hesperidin dan naragin dari kulit
jeruk. Flavononol merupakan flavonoid yang paling kurang dikenal, senyawa ini
stabil dalam asam klorida panas tetapi terurai oleh basa hangat menjadi kalkon.
3. Terpenoid
Senyawa terpen pada
awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H,
dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 ( unit isprena ), yang
bergabung secara head to tail ( kepala – ekor).
Banyak terpenoid
terdapat secara alami dalam tumbuhan tidak dalam keadaan bebas tetapi sebagai
ester atau glikosida.
Berdasarkan jumlah
atom karbon, terpenoid dikelompokkan menjadi monoterpen (C = 10), seskuiterpen
(C = 15), diterpen (C = 20), triterpen (C = 30), tetraterpen (C = 40), dan
politerpen (C > 40).
a. Monoterpenoid
Monoterpenoid
merupakan komponen utama banyak minyak atsiri dan mempunyai makna ekonomi yang
besar sebagai bau – rasa, wewangian, dan pelarut. Beberapa senyawa bersifat
aktif optik. Sebagian besar dari senyawa ini tersebar luas dan tidak khas untuk
tumbuhan atau golongan tumbuhan tertentu. Meskipun adanya monoterpenoid dalam
tumbuhan tercatat dengan baik publikasi mengenai adanya minyak atsiri yang
mengandung terpenoid dalam dunia tumbuhan sampai ke bryofita dan bahkan
terpencar – pencar.
Senyawa terpenting
dalam golongan ini ialah limonena karena tersebar luas dan mempunyai nilai
niaga. Senyawa ini merupakan utama minyak kulit jeruk tetapi terdapat juga
dalam minyak atsiri lainnya.
b. Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid
adalah senyawa C15, biasanya dianggap berasal dari tiga satuan isoprena.
Seperti monoterpenoid seskuiterpenoid terdapat sebagai komponen minyak atsiri
yang tersuling uap, dan berperan penting dalam memberi aroma kepada buah dan
bunga yang kita kenal.
c. Diterpenoid
Diterpenoid
merupakan senyawa C20 yang secara resmi dianggap (dengan beberapa pengeculiaan)
berasal dari empat satuan isoprenoid. Karena titik didihnya yang tinggi,
biasanya diterpenoid tidak ditemukan dalam minyak atsiri tumbuhan meskipun
beberapa diterpenoid yang bertitik didih rendah mungkin. Senyawa ini ditemukan
dalam damar, eksudat berupa gom, dan dalam fraksi bertitik didih tinggi setelah
penyulingan minyak atsiri.
d. Triterpenoid
Karena sesterpenoid
C25 sangat jarang terdapat dalam tumbuhan tingkat tinggi, meskipun memang ada
(80), ada kerumitan yang sangat meningkat jika kita memperhatikan senyawa mulai
dari diterpenoid sampai triterpenoid C30.
4. Steroid
Steroid adalah
suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar
siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa –
senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu. Steroid meliputi empat golongan,
yaitu kolesterol, hormon, adrenokortikoid, hormon seksual, dan asam empedu.
Kolesterol
ditemukan dalam semua organisme dan merupakan bahan awal untuk pembentukan asam
empedu, hormon steroid, dan vitamin D. Walaupun kolesterol esensial bagi mahluk
hidup, tapi berimplikasi terhadap pembentukan ‘plek’ pada dinding pembuluh nadi
(suatu proese yang disebut arteosclerosis, atau pengerasan pembuluh), bahkan
dapat mengakibatkan penyumbatan. Gejala ini penting terutama dalam pembuluh
yang memasok darah ke jantung. Penyumbatan pada pembuluh ini menimbulkan
kerusakan jantung, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kematian akibat
serangan jantung.
Steroid “hewan”
yang khas, kolesterol, terdapat pada lipid permukaan dan organel tumbuhan,
tetapi seringkali tidak ditemukan karena senyawa ini terdapat sebagai ester dan
glikosida yang tidak larut dalam pelarut yang biasa dipakai untuk sterol bebas.
5. Saponin
Saponin mula – mula
diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun ( bahasa latin sapo
berarti sabun ). Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang
menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering
menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin
sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan mengandung saponin telah digunakan
sebagai racun ikan selama beratus – ratus tahun.
Dikenal dua jenis
saponin : glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid
tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua jenis saponin ini
larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonnya, disebut
sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau hidrolisis
memakai enzim, tanpa bagian gula ciri kelarutannya sama dengan ciri sterol
lainnya.
Saponin
triterpenoid dapat mempunyai asam oleanolat sebagai aglikonnya, dan asam ini
ditemukan juga bebas. Meskipun demikian, dalam beberapa kasus aglikon hanya
dikenal sebagai sapogenin. Sapogenin jenis oleanan jauh lebih umum daripada
jenis ursana atau jenis lupana.
A. Waktu
Pelaksanaan Penelitian
Hari : Jumat
Tanggal : 23
November 2007
Waktu : 07.00 –
09.40 WIB
B. Sampel Penelitian
• Daun Selasih
C. Alat dan Bahan
Alat : Lumpang,
pisau/gunting, plat tetes, tabung reaksi, pipet tetes, corong, pemanas, pasir
halur bersih, kapas.
Bahan : Daun
selasih hijau, amoniak – kloroform (NH3-CHCLl) 0.05 N, H2SO4 2N, pereaksi
mayer, pereaksi wagner dan Dragendorf, metanol, asam sulfat pekat, anhidrida
asetat, asam klorida pekat sebuk magnesium.
D. Prosedur Kerja
1. Identifikasi
Alkoloid : Metoda Culvenor - Fitzgerald
4 gram sampel segar
dirajang halus dan digerus
+ kloroform
digerus lagi
membentuk pasta
+ 10 ml larutan
ammonia-kloroform 0,05 N
digerus lagi
disaring dimasukkan
tabung reaksi
filtrat
+ 5 ml H2SO4 2N,
dikocok kuat
didiamkan larutan
terbentuk 2 lapisan
dipipet dimasukkan
tabung reaksi
filtrat + pereaksi
Mayer : endapan putih
+ pereaksi Wagner :
endapan coklat
+ pereaksi
Dragendorf : endapan orange
Mayer : endapan
putih
Wagner : endapan
coklat
Dragendorf :
endapan orange
2. Identifikasi
Flanoid : Sianidin test
0,5 gram sampel
diekstrak dengan 5
ml metanol
dipanaskan selama 5
menit
ekstrak
+ beberapa tetes
HCl pekat dan sedikit serbuk Mg
merah / pink atau
kuning
(sampel mengandung
flavonoid)
3. Identifikasi
steroid/terpenoid : Metode Liebermen – Burchard
lapisan kloroform
pada uji alkaloid
ditempatkan pada
plat tetes
+ 5 tetes anhidrida
asam asetat
dibiarkan mengering
+ 3 tetes H2SO4
pekat
warna merah jingga
/ ungu : tes positif untuk terpenoid
warna biru : tes
positif untuk steroid
4. Identifikasi
saponin : uji busa
Sampel kering
dirajang halus
Dimasukkan kedalam
tabung reaksi
+ air suling
dididihkan 2 – 3
menit
didinginkan
dikocok kuat -
kuatdirajang halus
Adanya busa stabil
selama 5 menit
Uji Pereaksi Hasil
Keterangan
Alkaloid Mayer
Wagner Dragendorf -
-
Flavonoid HCl pekat
dan serbuk magnesium + Terjadi perubahan warna sampl menjadi kuning.
Steroid/terpenoid
Anhidrida asetat dan H2SO4 pekat - -
Saponin Air suling
- -
4.2 Pembahasan
1. Identifikasi
Alkaloid
Pada identifikasi
alkaloid ini dimana terjadi perubahan warna Dari eksperimen yang dilakukan
terhadap daun selasih, tes ini menunjukkan hasil yang negatif karena tidak
terbentuk endapan putih/keruh dengan pereaksi mayer, tidak terbentuk endapan
coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan orange dengan pereaksi Dragendorf .
Hal ini menunjukkan bahwa sampel tidak mengandung alkoloid. Ini sesuai dengan
yang tertera dalam kandungan kimia dari daun selasih.
2. Identifikasi
Flavonoid
Pada identifikasi
flavonoid, sampel daun dewa juga dirajang halus kemudian diekstrak dengan
metanol dan dipanaskan selama 5 menit. Pada penambahan berikutnya, tetesan
klorida dan sedikit serbuk Mg. Ekatrak daun dewa yang semula bewarna hijau
berubah warnya menjadi kuning kemerahan. Dengan terjadinya perubahan warna tadi
menandakan bahwa daun dewa mengandung flavonoid. Hal ini sesuai dengan
literatur yang didapat.
3. Idetifikasi
Steroid/Terpenoid
Pada eksperimen
akan dihasilkannya warna jingga/ ungu yang menandakan uji positif terhadap
terpenoid dan warna biru menunjukkan uji positif untuk steroid. Hasil yang
didapatkan yaitu negatif karena tidak terbentuk warna jingga/ungu ataupun biru.
Dari hasil eksperimen dengan teoritis didapatkan kecocokan, bahwa pada daun
selasih tidak mengandung steroid dan terpenoid.
4. Identifikasi
Saponin
Pada eksperimen ini
dihasilkan busa yang relatif banyak setelah dilakukan pengocokan kuat pada
larutan sampel. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa daun dewa tidak
mengandung saponin, ini ditunjukan dengan hasil yang negatif. Selain membentuk
busa yang stabil, saponin juga mempunyai rasa yang pahit, toksik dan membentuk
senyawaan dengan kolesterol.
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang
telah dilakukan dan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa:
1. Tanaman selasih
tidak mengandug alakloid yang ditandai dengan tidak terbentuknya endapan
setelah direaksikan dengan beberapa pereaksi. 2. Tumbuhan selasih mengandung
flavonoid yang ditandai dengan perubahan warna sampel dari hijau menjadi terang
atau agak warna pink. 3. Tumbuhan selasih tidak mengandung steroid atau
terpenoid.
4. Tumbuhan selasih
mengandung saponin karena tidak terbentuk busa.
5.2 Saran: 1.
Sebaiknya pengujian dilakukan pada tanaman obat jenis lainnya yang belum pernah
diteliti sehingga diperoleh informasi yang lebih banyak. 2. Untuk identifikasi
senyawa-senyawa metabolit sekunder sebaiknya sampel yang digunakan adalah
tanaman yang segar. 3. Sampel harus dirajang dahulu kalau bisa di gerus agar
senyawa – senyawa yang terdapat didalam sampel keluar dan pada saat penambahan
reaksi kimia harus hati – hati agar hasilnya maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden,
Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 1990.
Kimia Organik. Terjemahan Suminar Achmad. Jakarta: Erlangga.
L. Tobing, M.Sc.,
Rangke. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: Depdikbud.
Tim Kimia Organik.
2007. Penuntun Pratikum Kimia Organik 2. Padang: FMIPA UNP.
http://www.google.com/daun
selasih.htm