Oleh
Prof. Dr. Lufri. M.S
Dosen Pendidikan Biologi
FPMIPA UNP Padang
Cuplikan buku Strategi Pembelajaran
Biologi (UNP Press 2007)
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang terjadi akibat interaksi dengan lingkungan. Pembelajaran, merupakan hal membelajarkan—yang artinya mengacu kesegala daya upaya bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan terjadinya peristiwa belajar di dalam diri orang tersebut. Dalam proses pembelajaran, komponen proses belajar memegang peranan yang sangat penting. Proses pembelajaran akan bermakna apabila terjadi kegiatan belajar anak didik. Oleh karena itu, guru sangat penting memahami teori belajar dan pembelajaran, agar dapat memberikan bimbingan kepada anak didik sebaik-baiknya.
Belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang terjadi akibat
interaksi dengan lingkungan. Pembelajaran, merupakan hal membelajarkan—yang
artinya mengacu kesegala daya upaya
bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan terjadinya
peristiwa belajar di dalam diri orang tersebut. Dalam proses pembelajaran,
komponen proses belajar memegang peranan yang sangat penting. Proses pembelajaran akan bermakna apabila terjadi
kegiatan belajar anak didik. Oleh karena itu, guru sangat penting memahami teori
belajar dan pembelajaran, agar dapat memberikan bimbingan kepada anak didik
sebaik-baiknya.
Istilah
pembelajaran, diperkenalkan sebagai pengganti istilah pengajaran, meskipun
kedua istilah itu sering digunakan bergantian dengan arti yang sama dalam
wacana pendidikan dan perkurikuluman. Dalam bahasa Inggris hanya satu istilah untuk keduanya
(pembelajaran dan pengajaran), yaitu instruction (Munandir, 2001)
Sebelum
kita membahas teori-teori belajar yang berkembang dewasa ini terlebih dahulu
akan dibahas prinsip-prinsip belajar dan hasil belajar, teori-teori
belajar yang dikembangkan sebelum abad
ke 20 dan teori-teori belajar yang dikembangkan
pada abad ke 20. Perkembangan teor-teori belajar ini banyak melibatkan
penelitian. Teori-teori belajar yang diberikan ini belumlah secara keseluruhan mendalam
tapi baru sekedar untuk memberikan informasi umum yang
merupakan pandangan historis. Setelah mempelajari bab
ini diharapkan Anda mampu:
1 ) menjelaskan pengertian belajar,
2) menjelaskan pengertian hasil belajar,
3) menjelaskan tiga macam teori belajar yang
berkembang sbelum abad ke 20,
4) menjelaskan dua macam teori belajar yang
berkembang pada aba ke 20,
5)
menjelaskan teori belajar penemuan (discovery
learning),
6)
menjelaskan teori belajar bermakna (meaningful learning),
7)
menjelaskan teori belajar menurut Gagne
8)
menjelaskan teori Peaget tentang
perkembangan intelektual anak
9)
menjelaskan teori pembentukan dan pemahaman konsep
2.1 Pengertian Belajar, Hasil
Belajar dan Teori Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Sebagian besar ahli pendidikan telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Sering pula ditemukan rumusan itu berbeda satu sama lainnya sesuai dengan sisi pandang masing-masing. Pada uraian ini akan dikemukakan beberapa rumusan tentang belajar yang umum digunakan.
Pertama, belajar didefinisikan
sebagai modifikasi atau peneguhan perilaku melalaui pengalaman (learning is defined as the modification or
strenghening of behavior through experiencing). Berdasarkan pengertian ini,
belajar bukan suatu hasil dan bukan pula suatu tujuan tetapi merupakan sutu
proses atau suatu aktivitas. Belajar tidak hanya proses mengingat atau
menghafal, tetapi lebih jauh dari itu, yakni
proses mengalami sesuatu.
Pengertian ini berbeda dengan pengertian lama yang menyatakan bahwa
belajar adalah memperoleh pengetahuan. Pengertian lama ini bukan salah tetapi
belum sempurna. Kedua, belajar adalah suatu proses perubahan perilaku
individu yang terjadi akibat interaksi dengan lingkungan. Pengertian ini
menekanakan pada interaksi individu dengan lingkungannya. Ketiga, belajar merupakan perpaduan kedua pengertian di atas, yaitu
merupakan suatu proses atau aktivitas individu dalam bentuk interaksi dengan
lingkungannya sehingga terjadi pengalaman belajar.
2.1.2 Hasil Belajar
Setiap proses pembelajaran, keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai, di samping diukur dari segi prosesnya. Oleh karenanya, konsep hasil belajar penting dipahami. Menurut Burton (1952) hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap, apresiasi, kemampuan (ability), dan ketrampilan. Hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda. Hasil belajar yang telah dicapai bersifat kompleks dan dapat beradaptasi (adabtable) atau tidak sederhana dan tidak statis. Belajar, pembelajaran dan hasil belajar berkaitan erat dengan teori belajar. Bloom mengelomopkkan hasil belajar dalam tiga wilayah (domain) atau dikenal dengan taksonomi Bloom, yaitu: (1) ranah kognitif (pengetahuan), (2) ranah afektif (sikap), dan (3) ranah psikomotor (keterampilan).
Setiap proses pembelajaran, keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai, di samping diukur dari segi prosesnya. Oleh karenanya, konsep hasil belajar penting dipahami. Menurut Burton (1952) hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap, apresiasi, kemampuan (ability), dan ketrampilan. Hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda. Hasil belajar yang telah dicapai bersifat kompleks dan dapat beradaptasi (adabtable) atau tidak sederhana dan tidak statis. Belajar, pembelajaran dan hasil belajar berkaitan erat dengan teori belajar. Bloom mengelomopkkan hasil belajar dalam tiga wilayah (domain) atau dikenal dengan taksonomi Bloom, yaitu: (1) ranah kognitif (pengetahuan), (2) ranah afektif (sikap), dan (3) ranah psikomotor (keterampilan).
2.2 Teori Belajar Sebelum abad ke-20
Ada tiga teori yang terkenal, yaitu: (1) teori disiplin mental, (2) teori pengembangan alamiah (natural unfoldment) atau self-actualization, dan (3) teori apersepsi. Ketiga teori ini mempunyai satu ciri yang sama, yaitu teori-teori ini dikembangkan tanpa dilandasi eksperimen. Ini berarti bahwa dasar orientasinya ialah filosofi atau spekulatif (Dahar, 1988)
a. Teori disiplin mental (Plato, Aristoteles)
Teori ini menganggap bahwa dalam
belajar, mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Guru melatih para siswa, dan
setiap hari diberi tes, dan para siswa yang belum pandai harus kembali sesudah
jam sekolah untuk dilatih lagi
- Teori
perkembangan alamiah (natral
unfoldment)
Menurut teori ini, anak akan
berkembang secara alamiah. Pengembang teori ini adalah: Jean J. Roussseau
(1712-1778); ahli pendidik Swiss Heinrich Pestalozzi (1746-1827); ahli filsafat, pedidik dan penemu gerakan
“Kindegarten” dari Jerman Friedrich
Froebel (1782-1852). Teori ini berlawanan dengan teori disiplin mental.
c.
Teori apersepsi (Johan Friedrich
Herbart (1776-1841)
Menurut teori ini, belajar
merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan
gagasan-gagasan lama yang sudah membentuk pikiran (mind). Teori ini berlawanan dengan teor disiplin mental dan teori
alamiah.
2.3 Teori-teori Belajar Abad ke-20
Ada dua kelompok teori yang berkembang pda abad ke-20 ini, yaitu: (1) teori perilaku (behavioristik), yang berupa teori-teori stimulus-respons (S-R) conditionin, dan (2) teori-teori kognitif (kelompok Gestalt-field).
a. Teori perilaku (Behavioristik)
Menurut teori ini, belajar
merupakan suatu perubahan perilaku yang dapat diamati, terjadi melalui
stimulus-respons menurut prinsip-prinsip mekanistik. Nama-nama yang berhubungan
dengan teori ini ialah: Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah ahli fisiologi dan
farmakologi Rusia; E.L Thorndike;
E.R.Guthrie; B.F. Skinner; R.M. Gagne;
A. Bandura; dan beberapa yang lainnya.
b. Teori kognitif (Gestalt-field)
Menurut teori ini, belajar
merupakan suatu proses perolehan atau perubahan insait-insait (insights), pandangan-pandangan (outlooks), harapan-harapan, atau
pola-pola pikir. Kelompok ini berpendapat bahwa konsep orang, lingkungan
psikologi, dan interaksi lebih memudahkan para guru dalam memberikan proses
belajar. Konsep-konsep ini memungkinkan guru untuk melihat seseorang,
lingkungan, dan interkasi dengan lingkungannya, semuanya itu terjadi pada waktu
yang sama; inilah artinya “field.” Selanjutnya, menurut kelompok ini, bahwa perilaku yang tidak tampak atau
yang tidak dapat diamati adalah mungkin untuk dipelajari dengan cara ilmiah,
misalnya pikiran-pikiran (thoughts). Oleh karena kegiatan ini memusatkan diri
pada menganalisa proses-proses kognitif, maka prinsip-prinsip dan
kesimpulan-kesimpulan, mereka menyarankan teori ini disebut teori kognitif.
Bigge (1982) menyimpulkan
perbedan kedua teori ini, yaitu: Pengikut teori perilaku menafsirkan belajar
sebagai perubahan tentang kekuatan variabel-variabel hipotesis yang disebut
hubungan stimulus-respons (S-R), asosiasi-asosiasi, kekuatan kebiasaan, atau kecenderungan perilaku. Sedangkan pengikut teori Gestalt-field (teori kognitif)
mendefinisikan belajar sebagai
reorganisasi perseptual atau “cognitive field” untuk memperoleh pemahaman.
c. Teori belajar penemuan (Discovery
learning) Teori Bruner (1915-…)
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi Rosser (1984): (1) Perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interkatif. Berlawanan dengan teori perilaku, Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan, tetapi juga dalam diri orang itu sendiri. (2) orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya. Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Ausubel. Belajar sebagai proses kognitif, Bruner (1973) mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu: (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh dari Burner (1966) dikenal dengan belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah, serta pengetahuan yang menyertainya, sehingga menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
d. Teori belajar bermakna (meaningful learning): Teori David
Ausubel (1968
Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Proses interkatif antara materi yang baru dipelajari dengan subsumer-subsumer inilah yang menjadi inti teori belajar asimilasi Ausubel. Proses ini disebut proses subsumsi. Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep yang relevan atau subsumer-subsumer relevan, maka informasi baru dipelajari secara hafalan. Begitu pula bila tidak ada usaha dilakukan untuk mengasimilasikan pengetahuan baru pada konsep-konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi belajar hafalan. Peta konsep, Ausubel sangat menekankan agar para guru mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki para siswa supaya berlangsung belajar bermakna. Tetapi Ausubel belum menemukan suatu alat atau cara bagi para guru yang dapat digunakan untuk terjadinya belajar bermakna. Novak dan Gowin (1985) dengan bukunya “Learning how to learn” mengemukakan bahwa belajar bermakna dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep.
e. Teori Gagne (1916-…)
1) Hasil belajar, Gane mengemukakan 5 (lima)
macam hasil belajar: tiga diantarnya
bersifat kognitif, satu bersifat
afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorik, yaitu: (1) keterampilan
intelektual, (2) strategi kognitif, (3)
sikap, (4) informasi verbal, (5) keterampilan motorik.
2) Kemampuan
belajar, Gagne (1984, 1985) mengemukakan 5
kategori kemampuan belajar, yaitu:
(1)
Informasi verbal
(2)
Kemampuan intelektual, yang
terdiri dari:
a.
Diskriminasi
b.
Konsep konkrit
c.
Konsep abstrak
d.
Kaidah
e.
Kaidah tingkat lebih tinggi
(3)
Strategi kognitif
(4)
Sikap
(5)
Keterampilan motorik
f. Tipe kondisi belajar, Gagne (1965) mengemukakan 8 tipe kondisi belajar
1.
Belajar tanda (signal learning)
2.
Belajar stimulus-response
3.
Merangkai (chaining)
4. Belajar verbal Association
5.
Belajar multiple discrimination
6.
Belajar konsep
7.
Belajar prinsip
8. Problem solving
g. Teori Piaget
1) Tiga aspek yang diteliti Piaget dalam
perkembangan intelektual, yaitu: (1) struktur, (2) isi, dan (3) funfgsi.
2)
Tingkat-tingkat perkembangan intelektual, yaitu: (1) sensori-motor (0-2
th), (2) pra-operasional (2-7 th), (3) operasional konkrit (7-11 th), dan (4) operasi formal (11 th ke atas).
h. Teori pembentukan dan pemahaman konsep (Degeng, 1989: 100-103)
1) Model Taba: Pembentukan konsep
Taba (1980) memperkenalkan
strategi pengorganisasian pengajaran mikro, khusus untuk belajar konsep dengan
pendekatan induktif. Strateginya terdiri dari
3 tahap: (1) pembentukan konsep, (2) interpretasi, dan (3) aplikasi
prinsip
2) Model Bruner: pemahaman
konsep
Pembentukan konsep dan
pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut
proses berpikir yang berbeda. Dalam pemahaman konsep, konsep-konsep sudah ada
sebelunya, sedangkan dalam pembentukan
konsep adalah sebaliknya, yaitu tindakan untuk membantuk kategori-kategori baru.
Menurut Bruner (1980), kegiatan mengkategori meiliki dua komponen, yaitu: (1)
tindakan membentuk konsep, (2) tindakan pemahaman konsep.
i.
Teori elaborasi (Degeng, 1989:
114)
Teori elaborasi
mempreskripsikan cara pengorganisasian pengajaran dengan mengikuti urutan umum
ke khusus (rinci). Menurut Reigeluth dan Stein (1983) ada 7 komponen strategi yang diintegrasikan
ke dalam teori elaborasi ini: (1) urutan elaborasi, (2) urutan prasyarat
belajar, (3) rangkuman, (4) sintesis, (5) analogi, (6) pengaktif strategi kognitif,
dan (7) kontrol belajar
Ringkasan
Belajar merupakan suatu proses atau aktivitas individu dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya sehingga terjadi pengalaman belajar. Pembelajaran merupakan hal membelajarkan—yanng artinya mengacu kesegala daya upaya bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan terjadinya peristiwa belajar di dalam diri orang tersebut. Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap, apresiasi, kemampuan (ability), dan keterampilan. Ada tiga teori belajar yang terkenal sebelum abab ke-20, yaitu: (1) teori disiplin mental, (2) teori pengembangan alamiah (natural unfoldment) atau self-actualization, dan (3) teori apersepsi. Dan ada dua kelompok teori belajar yang berkembang pda abad ke-20 ini, yaitu: (1) teori perilaku (behavioristik), yang berupa teori-teori stimulus-respons (S-R) condition, dan (2) teori-teori kognitif (kelompok Gestalt-field).
Perlatihan
Setelah Anda mempelajari bab
ini kerjakanlah latihan berikut:
1 ) Jelaskan pengertian belajar belajar!
2)
Jelaskanlah pengertian hasil belajar!
3)
Jelaskan tiga macam teori belajar yang berkembang sbelum abad ke 20!
4) Jelaskan dua macam teori belajar yang
berkembang pada aba ke 20!
5)
Jelaskan teori belajar penemuan (discovery
learning)!
6)
Jelaskan teori belajar bermakna (meaningful learning)!
7)
Jelaskan teori belajar menurut Gagne!
8)
Jelaskan teori Peaget tentang perkembangan intelektual anak