Nasbahry Couto
Istilah motif (motive,
Ingg), dalam KBBI-off-line artinya
adalah: (1) dasar motif yang
umum untuk menggambarkan atau membandingkan motif dari orang yang berbeda-beda;
(2) hiasan corak hiasan yang indah pada kain, bagian
rumah, dsb; (3) dorongan dari dalam, keperluan, atau keinginan yang tidak perlu
disertai perangsang dari luar.
Adalah kejadian biasa terjadi saat seorang guru menjelaskan pengertian seni kepada murid-muridnya dalam pembelajaran seni. Sang guru mencoba untuk menjelaskan pengertian seni melalui definisi-definisi yang dipelajarinya. Misalnya seni adalah sesuatu yang indah. Namun apa yang terjadi? Murid murid mulai dibingungkan karena bunga juga indah. Penjelasan seperti ini bisa masuk ke tataran filosofis yang bukan "makanan" murid-murid sekolah umum. Menurut penulis masalah filosofis seni itu tak usah dikaji. Biarkanlah para filsuf itu berpikir untuk menjelaskan seni secara filosofis. Oleh karena itu laman ini mencoba untuk menyederhanakan masalah ini. Apa sebenarnya yang ada dibalik definisi dan label-label tentang seni itu.
1.Pendahuluan
Motivasi (motivation), adalah penyebab perilaku suatu organisme termasuk manusia, yaitu alasan organisme melakukan beberapa atau sesuatu kegiatan. Menurut teori psikologi analisa, dalam diri manusia, motivasi terlibat dua dorongan/drive yaitu yang “disadari” dan “yang tidak disadari” (unconciousness).
Motivasi juga dapat
dilihat dari tingkatannya. Misalnya, teori-teori psikologi selalu melihat dua macam
peringkat motivasi yang disebut motif "primer" untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia, seperti makanan, oksigen, dan air, dan motif "sekunder" untuk memenuhi
kebutuhan sosial seperti persahabatan dan prestasi.
Kebutuhan primer harus dipenuhi sebelum suatu organisme mendapatkan dorongan motif sekunder seperti yang dikemukakan oleh Abraham Harold Maslow (1908-70), dalam bukunya Toward a Psychology of Being (1962) dan Farther Reaches of Human Nature (1971).
Kebutuhan primer harus dipenuhi sebelum suatu organisme mendapatkan dorongan motif sekunder seperti yang dikemukakan oleh Abraham Harold Maslow (1908-70), dalam bukunya Toward a Psychology of Being (1962) dan Farther Reaches of Human Nature (1971).
2.Motivasi dan Fungsi seni
Dengan uraian di atas, menjadi jelas
hubungan fungsi seni dengan motivasi. Sebab fungsi seni sebenarnya muncul dari motif-motif
di balik seni yang diujudkan kepada kegiatan dan produk seni. Motivasi ini juga dapat menjelaskan
perbedaan-perbedaan dalam pemahaman,
apresiasi, klassifikasi, dan makna seni
atau respon manusia terhadap seni.
Kata-kata yang memperlihatkan art motivation dalam bahasa Indonesia terlihat dari frasa berikut ini: maksud seni,
tujuan seni, sasaran seni, tema seni dan sebagainya,[1]
dapat dilihat dan dijelaskan dalam kerangka berpikir tentang apa fungsi seni.
Oleh karena itu fungsi
seni, adalah suatu perkataan yang dapat dipakai menjelaskan produksi seni sebagai objek
(art works), maupun fungsi seni dalam kegiatan
seni (art activity) dan
motif-motif (art motivation) yang ada
di baliknya, seperti tujuan seniman atau
desainer dalam berkarya. Hal ini dapat kita lihat dari tabel di bawah untuk memperlihatkan adanya keragaman motivasi sebagai dasar untuk menjelaskan
arti dan fungsi seni.
Tabel Contoh Beberapa
Pendapat Ahli Mengenai Maksud Seni
Herberd Read (1955)
|
Bernard Myers (1965)
|
Edmund Burke Feldman (1967)
|
Charlotte Jirousek
(2002)
|
Barnes (2003 a)
|
Menciptakan
bentuk-bentuk yang menyenangkan
Merekam kenyataan
Sebagai
alat ekspresi
Menciptakan
keindahan
Menciptakan
lambang-lambang dengan makna tertentu (ikon)
|
Mengemukakan
pikiran, ide (filsafat)
Mengemukakan
kritik dan nilai moral
Mengungkapkan
mimpi dan ilusi
Merekam
fakta dan peristiwa
Merekam
kenyataan (realisme)
Menyenangkan/
entertainer
Mengekspresikan
emosi
Menciptakan
keindahan
Mengungkapkan cara melihat bentuk secara: impresionis,
ekspresif, abstrak, produksi massa
|
Sebagai
alat ekspresi individu
Sebagai
alat ekspresi sosial
sebagai
alat pembentuk alam benda/ fisik dan lingkungan
|
Sebagai sarana
peralatan agama atau ritual (tertua)
sebagai
alat untuk merekam peristiwa pen-ting
Sebagai
alat propaganda dan kritik sosial
Sebagai
alat perekam kenyataan/ realitas/ data
Menciptakan
keindahan lukisan
Sebagai
alat untuk menceritakan kisah (narrasi)
Sebagai
alat untuk menyampaikan emosi atau
perasaan
|
Merekam
penampilan (recording appearance)
Menciptakan
sesuatu yang sebelumya belum ada ( making visible the
invisible)
Tujuan
mengkomunikasi sesuatu
Tujuan
untuk menyenangkan (Delighting)
|
- Tergantung cara pandang ilmu pengetahuan (sains) atau pendekatan teori, Barnes misalnya menekankan kepada alasan karya seni itu diciptakan. Rathus (1994) menekankan kepada makna-makna (meaning) yang terkandung dalam isi (content) karya seni.
- Tergantung kepada tujuan kegiatan seni. Ada tiga pilihan yaitu seniman, karya seni, pemakai. Jiorusek, menekankan kepada fungsi karya seni, Herberd Read menekankan kepada bagaimana tujuan seniman dan tujuan pemakai memahami bentuk-bentuk karya seni.
- Tergantung produk seni visual yang dibahas, misalnya (Feldman, 1967), di samping membahas seni murni seperti seni lukis dan patung juga membahas bidang desain dan arsitektur.Myers (1965) misalnya membatasi hanya pada seni patung dan lukis.
Banyak penulis lain yang membahas tentang tujuan dan maksud seni ini, tetapi tidak usah dibahas semuanya. Pada
dasarnya pendapat-pendapat itu memiliki
kesamaan, misalnya kalau tidak menyorot alasan (motif) seniman,
mereka akan bertolak dari alasan penciptaan karya seni dan atau cara
pandang teori, motivasi kritikus, penulis tentang tujuan dan makna seni
rupa.
Ini pula salah satu alasan kenapa berbagai penulis dapat terjebak dengan perbedan pendapat-pendapat tentang pengertian seni, fungsi seni dan klassifikasi seni, dan mengatakan sebagai yang paling benar.Oleh karena itu kita harus dilihat masalah ini secara mendasar kenapa manusia memiliki yang namanya seni, apa alasannya, hal ini nampaknya telah dipikirkan para pemikir besar sepanjang zaman.
Beberapa contoh motivasi dalam Kaca Mata Sejarah Seni
Ini pula salah satu alasan kenapa berbagai penulis dapat terjebak dengan perbedan pendapat-pendapat tentang pengertian seni, fungsi seni dan klassifikasi seni, dan mengatakan sebagai yang paling benar.Oleh karena itu kita harus dilihat masalah ini secara mendasar kenapa manusia memiliki yang namanya seni, apa alasannya, hal ini nampaknya telah dipikirkan para pemikir besar sepanjang zaman.
Beberapa contoh motivasi dalam Kaca Mata Sejarah Seni
Seni telah memiliki
sejumlah besar fungsi yang berbeda sepanjang sejarahnya, membuat tujuan yang sulit
dan abstrak atau mengkuantifikasi untuk setiap konsep tunggal. Ini tidak
berarti bahwa tujuan seni adalah "kabur", tetapi kebanyakan adalah
unik, dan memiliki alasan yang berbeda
untuk diciptakan, misalnya motivasi orang di zaman pertengahan, dikatakan
sebagai berikut:
“Sepanjang Abad Pertengahan (sekitar tahun 350-1450), Agama Kristen mendominasi kultur Barat. Disadari atau tidak, tujuan utama seni visual kemudian menjadi alat atau media untuk mengajarkan ajaran agama Kristen, alasannya, banyak orang tidak bisa membaca, sebab budaya tulis belum berkembang. Hubungan seni dan agama adalah suatu yang menyenangkan bagi kebanyakan orang Barat saat itu, misal-nya gambar atau lukisan. Umumnya karya ini menarik per-hatian orang saat itu, dan gambar atau lukisan sangat mem-bantu mereka dalam menjelaskan tanda-tanda keagamaan, misalnya untuk memahami bentuk lingkarandi atas kepala orang suci, atau untuk memahami bagaimana bentuk iblis besar dan menakutkan. (Couto, Nasbahry, 2008:84)
Sebaliknya Seni
moderen dikatakan bahwa motivasinya adalah budaya populer.
“Yet another view holds that the basic motivation of modern art is to engage in a dialogue with popular culture. To this end, Picasso pasted bits of newspaper into his paintings, Roy Lichtenstein imitated both the style and subject of comic strips in his paintings, and Andy Warhol made images of Campbell’s soup cans. But although breaking down the boundary between high art and popular culture is typical of artists like Picasso, Lichtenstein, and Warhol, it is not of Mondrian, Pollock, or most other abstract artists. Each of these theories of course, is compelling and could explain a great many strategies employed by modern artists. Yet even this brief examination reveals that 20th-century art is far too diverse to be fully contained within any one definition. Each theory can contribute a part to the puzzle, but no single theory can claim to be the solution to the puzzle itself.”(Claude Cernuschi, 2009).Dalam sebuah artikel, Ganjar Gumilar (2013), menjelaskan motivasi yang melatarbelakangi pasar seni kontemporer di Indonesia sebagai berikut.
"Isu-isu mengenai mengenai kelesuan pasar seni rupa Indonesia merupakan isu yang cukup ramai dibicarakan dalam perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia akhir akhir ini. Melemahnya pasar dalam konteks ini berkesan secara langsung mempengaruhi praktik-praktik seni rupa di Indonesia, meskipun belum dapat dipastikan, dinamika pasar seni rupa memberikan dampak yang cukup kuat pada perkembangan seni rupa kontemporer......
Praktik komoditas seni rupa kontemporer di Indonesia sangat dipengaruhi oleh perekembangan ekonomi yang juga mendapat singgungan dari dunia politik. Pengaruh ekonomi dan politik global pun memberikan efek dominonya pada proses komoditas seni rupa kontemporer. Pemerintahan Orde Baru yang menempatkan etnis Tionghoa pada sektor ekonomi rupanya secara tidak sengaja berdampak pada penguasaan struktur pasar seni rupa di Indonesia, fenomena tersebut juga dilatarbelakangi oleh penguatan status eilte ekonomi yang diperankan oleh etnis Cina, sebagai dampak dari kebijakan Orde Baru."
Motivasi dan Apresiasi
Seni
Motivasi seni mungkin juga
berakar dari apresiasi, apa itu apresiasi? Menurut Terry Barrett (2007), Topik
apresiasi seni sangat luas. Sebuah pencarian tentang apresiasi seni di Internet
dapat menghasilkan sekitar 3.540.000 hasil. Kompleksitas konsep apresiasi seni bisa
berimpit dengan konsep yang terkait dengan respon estetika, sejarah seni,
kritik seni, pendidikan seni, pendidikan estetika, dan pendidikan museum seni.
Apresiasi juga dipengaruhi oleh pemahaman tentang konsep persepsi, kepekaan,
interpretasi, rasa, preferensi, dan evaluasi atau penilaian. Apresiasi ini
menyatu dengan keindahan dan kecantikan untuk aesthetic experience. Dalam
filsafat estetika serta dalam kehidupan sehari-hari, konsep kecantikan dan apresiasi
diterapkan pada alam, karya seni, dan berbagai artefak. Apresiasi seni umumnya
diasumsikan dan seringkali secara eksplisit diklaim sebagai hasil yang diinginkan pendidikan seni. Jadi
apresiasi seni motivasinya adalah pendidikan
seni. Namun Barret membantah apresiasi hanya sekedar untuk tujuan pembelajaran.
Itulah sebabnya dia menulis panjang lebar dalam tajuk:” Teaching Toward
Appreciation” (Menuju Pembelajaran Apresiasi) bukanlah “cinta terhadap benda”,
tetapi cinta yang dibenarkan ilmu pengetahuan terhadap apa yang dibuat manusia, sebab apresiasi harus berdasarkan pemahaman dan pengetahuan, bukan respon naluriah dan emosional.
Beberapa fungsi-fungsi
ini dari seni disediakan dalam garis tujuan berbeda dari seni yang dapat
dikelompokkan sesuai dengan fungsi seni
yang tidak bermotif, dan fungsi seni yang bermotif (Levi-Strauss).[2]
3. Seni tanpa Motivasi
Seni dikatakan tidak bermotif karena seni telah integral sebagai bagian diri manusia, seni
telah melampaui individu, dan karenanya bisa tidak memiliki tujuan eksternal
tertentu. Dalam hal ini, seni, sebagai ciptaan manusia, adalah sesuatu yang alamiah
saja dari sifat dan perilaku manusia sebab tidak ada spesies lain yang menciptakan
seni, dan karena itu bisa saja tidak terkait dengan utilitas atau fungsi tertentu.
Beberapa pendapat di bawah ini dapat kita lihat sebagai berikut.
Sesuatu yang Spesial, tetapi bukan untuk seni
Sesuatu yang Spesial, tetapi bukan untuk seni
Dalam bukunya, Homo
Aestheticus, (1995) Ellen Dissanayake, berpendapat bahwa seni adalah pusat
adaptasi, pertumbuhan dan ketahanan hidup spesies manusia, kemampuan estetika
adalah bawaan setiap manusia, dan seni adalah
kebutuhan mendasar bagi spesies manusia seperti kebutuhan lainnya, seperti
pangan, kehangatan atau tempat tinggal.
Kemampuan estetik,
menurut Dissanayake memungkinkan kita untuk 'memisahkan' sebuah kegiatan, yang penting bagi
kelangsungan hidup kita, memisahkannya dari hal yang bersifat duniawi, dan menjadikannya
“istimewa”. Dalam kaitan itulah kita
“menemukan” tari, puisi, jimat, mantra, topeng, pakaian dan banyak artefak
lainnya.
Dalam kegiatan
inilah pekerjaan mengangkut jaring atau menumbuk padi ditampilkan agar terlihat lebih
sensual dan menyenangkan, dan agar sekaligus dapat meningkatkan kerjasama, kerukunan dan
persatuan di antara anggota kelompok. Kegiatan khusus inilah, yang memungkinkan
kita untuk mengatasi kesulitan hidup, atau mengatasi sesuatu tidak dapat diharapkan atau yang tidak dapat dijelaskan.[3]
Fungsi Ritual dan Simbolik
Fungsi Ritual dan Simbolik
Dalam berbagai kebudayaan,
seni digunakan dalam berbagai ritual (upacara), pertunjukan dan tarian, sebagai
hiasan atau simbol-simbol tertentu. Sebaliknya seni itu tidaklah didorong oleh
motif kegunaan dan tujuan tertentu, antropolog mengetahui bahwa seni sering hanya
bermaksud sebagai sebuah makna dalam budaya tertentu. Makna ini bukan hasil
oleh individu, tetapi sering diturunkan dari perubahan banyak generasi, dan terkait
dengan kosmologis dalam budaya tersebut.
"Most scholars who deal with rock paintings or objects recovered from prehistoric contexts that cannot be explained in utilitarian terms and are thus categorized as decorative, ritual or symbolic, are aware of the trap posed by the term 'art'." -Silva Tomaskova
Seni adalah Naluri Dasar Seni Manusia Melalui Evolusi
Dutton berpendapat, estetika itu bukan batu tulis
kosong. Estetika itu dikembangkan,
sama seperti reaksi biologis
manusia -- yang mengembangkan rasa takut kepada ular daripada
takut kepada kelinci -- sehingga (jika estetika itu dikembangkan) kita akan
paham, itu akan dapat membuat lebih mudah bagi kita untuk menghargai karya
pelukis Renoir, ketimbang menghargai karya Duchamp. Seperti yang disebut
Dutton dalam bukunya sebagai berikut ini.
“Meskipun benar bahwa tertib budaya dan perilaku selera estetika itu sangat luas, namun tidaklah selalu berasal dari budaya, yang dapat memberikan kita rasa untuk segalanya. Sebaliknya, tidaklah berarti bahwa jika di masa depan ada tukang pos ditemukan menyiulkan salah satu baris nada musik Schoenberg dan berarti bahwa tukang pos itu tidak menghargai keindahan tanpa irama nada yang teratur. Sebagaimana sifat manusia dan perkembangan estetiknya yang dibatasi budaya, namun seni dapat dicapainya dengan kepribadian serta seleranya.” (Dutton 2009, 205-206).
Nampaknya teori Dutton ini, lebih bernada universal, sebab menerobos batas-batas budaya. Misalnya, siapa yang dapat menjamin, bahwa seseorang dapat mengembangkan naluri seni secara evolusi terhadap musik klassik Eropa? ketimbang seni budaya jawa, atau lagu dangdut?
Naluri dasar Manusia terhadap Elemen Seni: Harmoni, Keseimbangan, Ritme
Pengalaman Misterius
4.Seni yang Bermotivasi
Menurut Aristoteles, seni adalah naluri manusia. Seni pada bukanlah merupakan tindakan atau obyek disengaja, tetapi apresiasi internal manusia terhadap keseimbangan dan harmoni (kecantikan), dan karena itu merupakan aspek dari kemanusian yang ada di luar utilitas (fungsi).
"Imitation, then, is one instinct of our nature. Next, there is the instinct for 'harmony' and rhythm, meters being manifestly sections of rhythm. Persons, therefore, starting with this natural gift developed by degrees their special aptitudes, till their rude improvisations gave birth to Poetry." -Aristotle
Pengalaman Misterius
Seni menyediakan cara agar manusia untuk mengalami dirinya sendiri dalam kaitannya dengan alam semesta. Pengalaman ini mungkin bukan oleh motif tertentu, sebagai alasan untuk menghargai seni, musik atau puisi
"The most beautiful thing we can experience is the mysterious. It is the source of all true art and science." -Albert Einstein
Atmazaki (2007), menjelaskan teori sastra modern yang mungkin mirip dengan teori seni rupa dalam hal mengungkap makna seni. Menurut Atmazaki ada unsur utama yang mengikat seni yaitu “Universum” atau “kosmologi”.
Demikian juga pendapat Sumardjo (1996). Kosmos berasal dari bahasa Yunani “kosmos” = order yang memerintah yang mengatur, maksudnya adalah “alam pikiran manusia, “universum” (the universe thought of as an ordered and integrated whole ). Jadi, baik seniman, karya seni maupun pengamat seni sebenarnya dipengaruhi oleh alam pikiran manusia, sosialnya dan kebudayaannya.
Ekspresi Imajinasi
Ekspresi Imajinasi
Seni menyediakan
sarana untuk mengekspresikan imajinasi dalam cara-cara tanpa dipratikkan, dan atau
yang tidak terikat dengan format bahasa
lisan atau tertulis. Tidak seperti kata-kata, yang datang dalam urutan dan
masing-masing memiliki makna yang pasti, seni menyediakan berbagai bentuk,
simbol dan ide-ide dengan makna yang mudah dibentuk.
"Jupiter's eagle [as an example of art] is not, like logical (aesthetic) attributes of an object, the concept of the sublimity and majesty of creation, but rather something else – something that gives the imagination an incentive to spread its flight over a whole host of kindred representations that provoke more thought than admits of expression in a concept determined by words. They furnish an aesthetic idea, which serves the above rational idea as a substitute for logical presentation, but with the proper function, however, of animating the mind by opening out for it a prospect into a field of kindred representations stretching beyond its ken." -Immanuel Kant
4.Seni yang Bermotivasi
Tujuan-tujuan motivasi
terlihat dari sifat kesengajaannya. Yaitu tindakan sadar manusia atau seniman. Motivasi
ini mungkin untuk perubahan politik, mengomentari berbagai aspek dalam
masyarakat, untuk menyampaikan emosi atau suasana hati tertentu, untuk
mengatasi masalah kejiwaan pribadi, atau untuk menggambarkan disiplin lain,
misalnya motif untuk mengkomersilkan seni, menjual produk seni, atau hanya
sebagai sebuah bentuk komunikasi manusia.
Seni adalah alat Komunikasi
Seni adalah alat Komunikasi
Seni, secara paling
sederhana, adalah bentuk komunikasi manusia. Seperti kebanyakan bentuk
komunikasi dia memiliki maksud atau tujuan yang diarahkan kepada individu lain,
ini adalah tujuan termotivasi. Seni
ilustrasi, seperti ilustrasi karya ilmiah, adalah suatu bentuk seni sebagai
komunikasi. Peta adalah contoh lain. Namun, isi komunikasi tidak perlu ilmiah. Emosi, atau suasana hati dan perasaan
juga dikomunikasikan melalui seni.
"[Art is a set of] artefacts or images with symbolic meanings as a means of communication." -Steve MithenSeni sebagai alat komunikasi ekspresi individu
Menurut Feldman (1967), manusia tidak bisa hidup sendiri karena manusia memerlukan orang lain, keluarga dan lingkungan sosialnya. Sebaliknya, seniman memperoleh gagasan atau inspirasi, berasal dari emosi pribadi, serta hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hidup (hal yang sama juga terdapat pada bidang sastra). Bidang seni rupa seperti patung, lukisan gambar-gambar dimanfaatkan oleh manusia sebagai medium dan wahana ekspresi melalui kesan-kesan yang dipancarkannya, atau alat komunikasi melalui simbol-simbol, karena seniman ingin eksistensi karyanya diterima oleh lingkungannya.
Umumnya seni dapat mengkomunikasikan
pandangan individual yang berasal dari dari objek-objek, fakta, kejadian-kejadian yang akrab dengan kehidupan
manusia itu sendiri, dari tempat di mana dia hidup dan zamannya. Menurut
Feldman, masalah-masalah seperti cinta, kematian, perayaan, serta rasa takut
(despair), perasaan-perasaan seperti ini
selalu muncul sebagai tema seni.Dapat dikatakan, setiap karya seni
berfungsi sebagai wadah ungkapan (ekspresi), namun peran ungkapan ini tidak
mengurangi fungsi seni dan tujuan seni sebagai alat sosial dan sebagai benda
estetik serta benda fisik
Seni sebagai Alat Komunikasi Ekspresi Sosial
Seni sebagai Alat Komunikasi Ekspresi Sosial
Menurut Feldman (1967), seni rupa itu
melaksanakan fungsi sosial dalam hal berikut ini.
- Jika dia mencari atau cenderung mempengaruhi perilaku kolektif manusia. Seni dapat mempengaruhi perilaku, cara berpikir dan merasa suatu kelompok manusia dan juga cara mereka bersikap. Contoh yang baik adalah pertunjukan wayang masyarakat Jawa, dia dapat mempengaruhi masyarakat dalam membentuk karakter individu. Seni Iklan atau reklame mempengaruhi perilaku masyarakat secara kolektif. Karya seni masyarakat komunis umumnya bertemakan realisme sosial dan bersifat politis. Politik yang menjadi acuan seniman dalam berkarya.
- Jika dia diciptakan dan dilihat dalam skala publik, artinya dapat menjangkau masyarakat luas. Contohnya monumen atau lukisan mural yang ditempatkan di kawasan yang ramai atau lingkungan tertentu. Orang yang melalui dapat melihatnya dan menandai sebagai sebuah peta ingatan tentang tempat, peristiwa, kejadian, atau sebuah bentuk keindahan yang direspon oleh lingkungan komunitasnya. Karya ini dapat memancing anggapan sosial yang luas, sekaligus reaksi secara personal.
- Jika ia mengungkapkan dan menggambarkan aspek-aspek sosial yang berlangsung, atau yang ada dalam masyarakat, atau kelompok yang berlawanan dengan, atau bukan pengalaman pribadi.
Suatu masyarakat bisa sakit, apabila masyarakat itu melanggar aturan-aturan yang dibuatnya sendiri. Gambaran sosial itu dapat bersifat deskriptif. Interpretasi diserahkan kepada pengamat karya. Pengamatan karya deskriptif dan naratif dapat mengantarkan pengamat tentang nilai-nilai moral, etika dan kebenaran, tentang hal yang baik atau buruk atau benar tidak benar. Tentang sesuatu yang perlu atau tidak perlu dilakukan manusia, gambaran yang dibuat seniman itu bisa menjadi semacam sindiran, ejekan atau karikaturis
Pengamat diarahkan untuk menafsirkan “penyimpangan” perilaku individual atau
sosial. Karya seni yang bersifat satire dan karikaturis dapat
memancing orang untuk berpikir, be-narkah demikian buruknya atau baiknya?
Seniman memiliki cara tertentu untuk mendramatisir sebuah fakta, menyusun
bentuk, sehingga terkesan sinis, lucu, konyol atau tragis. Gambaran seperti ini
disebut dengan satire, tujuannya adalah untuk “menyindir” orang atau lembaga
supaya melakukan perubahan.
Karikatur atau satire umumnya langsung
menyerang kekurangan atau “sisi negatif” sebuah pribadi atau lembaga, tetapi
dibawakan dalam bentuk lucu dan kocak. Bagi pribadi dan lembaga, karikatur
sering menyakitkan mereka dan menjadi objek tertawaan. Hal ini dapat berarti memboikot atau menghina.
Karikatur itu, lebih bersifat psikologis dibandingkan dengan fakta empiris atau
informatif. Karikatur umumnya diutarakan dalam distorsi bentuk figur.
Seni sebagai Propaganda atau Komersial
Seni sebagai Propaganda atau Komersial
Seni sering
dimanfaatkan sebagai bentuk propaganda, dan dengan demikian dapat digunakan
secara halus untuk mempengaruhi suasana hati orang melalui ide-ide populer
Dengan cara yang sama, seni yang mencoba untuk menjual produk melalui pengaruh
suasana hati dan emosi. Dalam kedua kasus, tujuan seni di sini adalah untuk
secara halus memanipulasi penonton ke dalam respons emosional atau psikologis
tertentu terhadap suatu ide tertentu atau objek.
Seni untuk Pembangkit Kesadaran Individual dan Sosial
Seni untuk Pembangkit Kesadaran Individual dan Sosial
Seni dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran manusia
untuk berbagai macam penyebab. Sejumlah kegiatan seni yang ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran anak autisme, kanker, perdagangan manusia, dan berbagai topik lainnya, seperti konservasi
laut, hak asasi manusia, penyalahgunaan air dan polusi, pemakaian sampah untuk
membuat pakaian yang dilakukan oleh artis salah satu contoh penggunaan seni untuk
meningkatkan kesadaran tentang polusi.
Seni sebagai Sensasi Tempat dan Sistem Tanda
Seni sebagai Sensasi Tempat dan Sistem Tanda
Sense
of place & Spirit of Place. Walaupun secara tidak
langsung, seni rupa juga berperan dalam skala yang lebih besar seperti ikut
dalam proyek pembangunan pertamanan dan
lingkungan perkotaan atau mengatur bagaimana estetik habitat buatan
(Feldman, 1967) dan juga mengatur tentang “tempat” (place), sensasi tempat (sense of place), dan spirit tentang tempat (spirit of place).
Konsep-konsep ini berasal dari bidang pertamanan dan arsitektur yang juga
sangat dekat dengan bidang seni rupa ( Lync, 1960, dalam Jhonson, 1994:392).
Ahli-ahli seni rupa membangun
monumen-monumen, patung lingkungan dan tanda-tanda tempat (signage), pintu gerbang dalam rangka membantu “peta ingatan” (mental map) warga kota atau komunitas akan sebuah tempat yang khas
dan unik, sehingga warga memiliki kenangan dan ingatan tentang itu. Menurut Lync, pentingnya “peta ingatan”
adalah agar warga kota tidak kehilangan orientasi saat perjalanan dalam sebuah kota yang sangat
kompleks.
Kevin Lync (1960) telah mengadakan penelitian tentang ini dan akhirnya menyimpulkan lima unsur yang berfungsi sebagai Sense of place & Spirit of Place atau Mental Map. Walaupun hasil penelitian Lync berpeluang untuk dikritik, bahwa sence of place, tidak semata berasal dari lima unsur ini, misalnya sebuah gedung bersejarah, atau bangunan keagamaan yang megah juga dapat memberikan aspek sensasi tentang tempat. Namun, penelitian ini mengungkapkan peran seni rupa dalam menentukan spirit tentang tempat. Bagian yang terpenting dari teori ini, atau koreksi terhadap teori ini, dapat dipakai untuk penciptaan kreasi karya seni rupa, terutama untuk pembuatan patung, monumen, elemen estetik, mural, signage (tanda petunjuk), supergrafis (grafis skala besar), furniture street (perlengkapan jalan), art street (seni jalanan), grafiti, land art, light art (seni cahaya) dan sebagainya adalah ladang subur bagi konsep-konsep baru di bidang seni rupa untuk sebuah lingkungan urban dan perkotaan. Banyak bidang lainnya yang dimasuki oleh bidang seni rupa, khususnya dalam skala lingkungan di antaranya.
Kevin Lync (1960) telah mengadakan penelitian tentang ini dan akhirnya menyimpulkan lima unsur yang berfungsi sebagai Sense of place & Spirit of Place atau Mental Map. Walaupun hasil penelitian Lync berpeluang untuk dikritik, bahwa sence of place, tidak semata berasal dari lima unsur ini, misalnya sebuah gedung bersejarah, atau bangunan keagamaan yang megah juga dapat memberikan aspek sensasi tentang tempat. Namun, penelitian ini mengungkapkan peran seni rupa dalam menentukan spirit tentang tempat. Bagian yang terpenting dari teori ini, atau koreksi terhadap teori ini, dapat dipakai untuk penciptaan kreasi karya seni rupa, terutama untuk pembuatan patung, monumen, elemen estetik, mural, signage (tanda petunjuk), supergrafis (grafis skala besar), furniture street (perlengkapan jalan), art street (seni jalanan), grafiti, land art, light art (seni cahaya) dan sebagainya adalah ladang subur bagi konsep-konsep baru di bidang seni rupa untuk sebuah lingkungan urban dan perkotaan. Banyak bidang lainnya yang dimasuki oleh bidang seni rupa, khususnya dalam skala lingkungan di antaranya.
- Pembentuk suasana, misalnya elemen estetik untuk perayaan, festifal dan pagelaran dan upacara tertentu.
- Pembentuk sensasi tentang tempat, melalui elemen estetik seperti ukiran, mural dan bentuk gerbang-gerbang.
- Pembentuk stimuli tentang tempat khusus, seperti supergrafis, penataan lampu, penataan warna, bentuk-bentuk dan sebagainya.
- Pembentuk pertandaan, misalnya (signage) melalui karya grafis.
Seni mungkin dapat membawa
emosi atau atau suasana hati tertentu, seni dapat menyebabkan manusia
lepas dari ketegangan tujuan bersantai
atau mesehari-hari dan menghibur. Hal ini sering terlihat dari fungsi industri
seni, filem dan video game.
Mengungkap
Keindahan
Menurut Rathus (1994) manusia tidak dapat
hidup tanpa keindahan (beautiful) atau sesuatu yang indah adalah bagian
keseharian hidup manusia, walaupun hal itu tidak disadarinya. Bidang
pengetahuan seni rupa dapat memperkaya keindahan yang ada pada manusia. Orang
Yunani Klasik terobsesi dengan gagasan tentang keindahan dari formula matematis
yang disebut golden section atau golden ratio (perbandingan keemasan) yang diciptakan untuk menciptakan bangunan,
patung dan benda-benda, sehingga dapat meningkatkan kesempurnaan bentuk benda
yang tidak dikenal di alam. Contoh lain, misalnya suatu ketika, seniman melihat
objek alam yang indah, kemudian menirunya untuk dipakai.
Pada waktu lain seniman mengambil unsur alami itu dan
menjadikannya sebagai keindahan yang
ideal, misalnya kecantikan seorang wanita. Namun, keindahan itu sifatnya
relatif, walaupun ada yang bersifat universal, sebab tergantung individu dan
kebudayaan. Seniman abad ke-16 Leonardo da Vinci, misalnya terkenal dengan
keindahan abadi dan kemisterian senyuman Monalisa-nya Namun, ini kecantikan
ukuran orang Barat.
Penghargaan estetik dengan ciri ketenangan, keagungan
dan kesopanan gadis Italia belum tentu
disukai oleh orang Timur. Di manapun di dunia, ada saja perdebatan tentang hal
yang menarik (estetik) atau tidak sesuai ukuran kultur masing-masing. Pada
masarakat Timur estetik itu bisa lain lagi, misalnya sesuatu yang mengerikan, lukisan tubuh, tato
dan hiasan dapat dianggap estetik sekaligus sakral. Hal seperti ini mungkin
tampak lucu dan aneh bagi seseorang yang berasal dari dunia barat. Secara
intrinsik, sebuah bentuk karya seni. Sesuatu yang menarik (estetik) itu
dibutuhkan oleh manusia dan lingkungan hidupnya. Namun, estetik itu relatif
sifatnya, tergantung individu, pendidikan, sosial dan budaya
Pekerjaan
mendekor adalah pekerjaan sehari-hari yang tidak kita sadari sebagai pekerjaan
seni rupa. Kegiatan mendekor dapat dilihat dalam kegiatan untuk
mengubah warna ruang tidur, menggantungkan poster atau lukisan, merangkai
bunga pada jambangan, atau meletakkan tanaman dalam pot berbintik secara
tepat di dalam ruang. Bisa jadi
kita tidak menciptakan sendiri karya seni rupa. Namun, karena menyenangi
dekorasi ruangan yang asri dan dengan cita-rasa yang dimiliki, mencoba
mengubah tata letak lingkungan agar menjadi tempat berlindung yang
menyenangkan.
Selama
berabad-abad, karya seni rupa telah digunakan untuk menjadikan lingkungan
menyenangkan. Lukisan tidak hanya menggambarkan objek tentang keindahan; ia
juga digantungkan, dan dapat dilukis langsung di dinding.
Patung
ditempatkan di dalam ruang, bangunan dan taman; foto ditemukan dalam buku;
dekorasi pelapis terlihat di dinding dan lantai. Menurut Rathus, untuk fungsi
apapun karya seni rupa itu dibuat, kebanyakan dari padanya juga dekoratif.
Seni untuk Tujuan Psikologis dan Penyembuhan
Seni untuk Tujuan Psikologis dan Penyembuhan
Seni juga digunakan sebagai alat terapi, oleh psikoterapis
dan psikolog klinis sebagai terapi seni. Serial The Diagnostic Drawing, misalnya, digunakan untuk menentukan
kepribadian dan fungsi emosional pasien.
Produk akhir bukanlah tujuan utama dalam kasus ini,
melainkan sebuah proses penyembuhan, melalui pencarian tindakan kreatif. Bagian
yang dihasilkan dari karya seni juga dapat memperlihatkan wawasan ke dalam
masalah yang dialami oleh subjek dan mungkin menyarankan pendekatan yang cocok
untuk digunakan dalam bentuk yang lebih konvensional terapi kejiwaan.
Beberapa Kesimpulan
Fungsi seni yang dijelaskan di atas tidak saling eksklusif
(terpisah dari lainnya), karena banyak diantaranya mungkin tumpang tindih.
Misalnya, seni untuk tujuan hiburan juga mungkin juga sebagai usaha untuk
menjual produk, yaitu film atau video game.
Daftar dari contoh-contoh fungsi seni bermotivasi tidak
terbatas. Daftar ini dapat Anda buat sendiri dengan bebas dengan mengutip
berbagai buku dan cara pandang serta motivasi penulis dalam mengemukakan fungsi
seni
Perbedaan-perbedaan motivasi seni dapat mengakibatkan
perbedaan pendapat tentang fungsi seni, pengertian seni dan klasifikasi seni.
Referensi
Referensi
- “Motivated functions of art” artikel dari “Simplex Newspaper II: situs, http://mainarts.blogspot.com/2009/08/motivated-functions-of-art.html, diakses tahun 2014
- Barnes, Bernadine. (a) 2003. Art. (artikel), Microsoft Encarta Encyclopedia. CD-Room, 2003-2004)
- Barrett, Terry.2007, Teaching Toward Appreciation,The Ohio State University, Published in International Handbook of Research of Arts Education. Liora Bresler, ed.New York: Springer, 2007, pages 639-654.
- Couto, Nasbahry, 2008 (a). Dimensi Teknologi Pada seni Rupa. Padang. UNP Press.
- Dissanayake, Ellen (2003) " art in Global Context: An Evolutionary/Functionalist Perspective for the 21st Century", International Journal of Anthropology 18:4, 245-258.
- Dutton, Denis (2009). The art instinct: beauty, pleasure, & human evolution. Oxford University Press US. ISBN 0-19-953942-1.
- Feldman, E.B. 1967. Art As Image And Idea, New Yersey: Prentice Hall. Inc.
- "Art", Wikipedia, sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Art, diakses september, 2014
Catatan Kaki
[1] Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif (msl gunung tinggi disebut
frasa karena merupakan konstruksi nonpredikatif)
[3] Kita
butuh benda dan praktik terkait dengan perkawinan, kelahiran, kematian, perang,
hasil pangan, dan perdamaian, dan meningkatkannya, untuk membuat mereka lebih
menarik dan menyenangkan, lebih memesona dan lebih berkesan.
[5] Intrinsik adalah sesuatu yang sudah terkandung di dalamnya
[6] Sesuatu yang kelihatan menarik adalah hasil respon manusia yang
bisa berbeda di antara kebudayaan, tetapi manusia membutuhkan sesuatu
yang menarik dan indah dan teratur dalam hidupnya. Sehingga kehidupan itu dapat
menyenangkan, yang berbeda adalah keragaman bentuk dan objek yang dapat menarik
manusia itu yang diciptakan oleh secara kreatif.
[7] Decoration, ornamentation berarti menambahkan sesuatu
kepada sesuatu yang lain sehingga menjadi atraktif (menyenangkan untuk
dilihat). Menjadikan sesuatu menjadi atraktif adalah pekerjaan seni rupa.
Hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari umumnya tidak disadari sebagai
pekerjaan seni rupa. Pekerjaan mendekor dapat menjelaskan bagaimana
elemen-elemen dekorasi ditata, di pajang (display) atau pamerkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar