Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis blog ini

Sabtu, 01 November 2008

Analisa Kimia dan Khasiat Daun Kapas Merah


LIFIA RAHAYU 66972 / 2005
Pendidikan Kimia Nr
Editor  oleh : Tarmizi



Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Padang 2007

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut kamus dewan, tumbuh-tumbuhan adalah segala yang hidup dan berbatang, berakar,berdahan,berdaun dan sebagainya.Tumbuh-tumbuhan dapat digunakan sebagai penawar dan peracun dalam kehidupan seharian manusia.Dalam aspek ini, tumbuh-tumbuhan dapat dibagi kepada dua kategori yaitu tumbuhan beracun dan tidak beracun.. Aspek-aspek yang dikaji adalah tentang bahagian yang tidak beracun atau berkhasiat bagi manusia terutama pada bagian daunnya.
Tercatat Indonesia memiliki ratusan jenis tanaman yang potensial mengandung bahan obat.Meskipun belum semua terteliti, sekitar 200 jenis tanaman telah melalui proses skrining oleh kalangan peneliti. Konon, Indonesia memang memiliki lebih dari 9.000 spesies tanaman obat.Namun,ternyata baru 350 spesies yang teridentifikasi dan hanya 3–4% yang telah dimanfaatkan secara komersial ( Abdul, 2007 ). 
Kapas merupakan salah satu tanaman obat yang ada di Indoneia. Daun Kapas digunakan untuk pengobatan radang usus (enteritis), demam, dan batuk berdahak. Tumbuhan kapas ini merupakan herba satu tahunan, semak tahunan atau jarang berupa pohon kecil, hampir di semua bagian terdapat titik-titik kelenjar minyak berwarna hitam Buah, bunga dan daun Gossypium arboreum ( daun kapas ) mengandung saponin, flavonoida,polifenol dan alkaloida( Wardiyono, 2007 ).
Selain itu, kapas juga merupakan tanaman serat yang penting di dunia. Serat utama dari tanaman kapas adalah rambut biji yang panjang (`lint`), yang digunakan untuk membuat benang dan dipintal dalam pabrik tekstil, baik digunakan sendiri atau dikombinasi dengan tanaman lain, serat binatang atau serat sintetik. Akar atau kulit akar kapas (mian hua gen) rasanya manis, sifatnya hangat. Berkhasiat tonik pada lambung, limpa, dan vital energi, antitusif, antiasmatik, merangsang kontraksi rahim, mempercepat kelahiran bayi, abortivum, mengurangi keluarnya darah haid, mempermudah pembekuan darah, dan merangsang keluarnya air susu ibu (ASI). Biji kapas (mian hua zi) rasanya pedas, sifatnya panas. Tonik untuk hati dan ginjal, menguatkan tulang punggung dan lutut, menghentikan perdarahan (hemostatis), kontraksi rahim, menekan produksi sperma, pereda demam (antipiretik), antiradang, dan pelembut kulit. Selain itu, mempunyai efek antibakteri dan antivirus (Departemen Kesehatan RI, 2007). 

Oleh karena itu, penulis lebih tertarik akan khasiat dari tumbuhan herbal kapas ini sehingga dilakukan pengujian metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuhan ini yang terangkum pada paper ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari paper ini untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder ( alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, dan saponin ) pada daun kapas sehingga dapat mengetahui manfaat dan kegunaan dari daun herbal ini.
1.3Pembatasan Masalah
Penulis membatasi penulisan ini hanya pada identifikasi tumbuhan kapas pada bagian daunnya yang mengandung kandungan metabolit sekunder.
1.4 Perumusan Masalah
Hal ini dilatarbelakangi pada permasalahan bagaimana mengidentifikasi daun beluntas ini dan metabolit sekunder apa yang terkandung di dalamnya.
1.5 Manfaat Penulisan
Penulis mengharapkan pada penulisan paper ini dapat memberikan informasi mengenai daun kapas yang mengandung beberapa metabolit sekunder dan manfaatnya sebagai tumbuhan obat.







TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tumbuhan 2.1.1 Gambar

2.1.2 Klasifikasi

Kingdom: Plantae (tumbuhan); Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio: Spermatophyta (menghasilkan biji; Divisio: Magnoliophyta (berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil; Sub-kelas: Dilleniidae 
Ordo: Malvales; Familia: Malvaceae (suku kapas-kapasan)
Genus: Gossypium; Spesies: Gossypium arboreum L.
Nama Lokal kapas. - Gossypium arboreum Linn.: kapas merah (umum), kapas beureum (Sunda), kapas jawa (Jawa).; - Gossypium barbadense Linn.: kapas rampit, kapas kayu; - Gossypium hirsutum Cav.: kapas mori (Jawa), kapas kejerat (Sumatra). 
 Perdu, tinggi 2-3 m.§Deskripsi 
Batang berkayu, tegak, bulat, hijau kotor.§
Daun tunggal,§ bentuk perisai. bercangap menjari tiga sampai lima, pertulangan menjari, tangkai panjang 6-10 cm, hijau.
Bunga tunggal, di ujung cabang dan di ketiak daun, kelopaktiga, bentuk bulat dengan pangkal melengkung, mahkota bulat, kuning.§
Buah kotak, lonjong, ujung runcing, panjang 5-6 cm, masih muda hijau setelah tua coklat kehitaman.§
Biji bentuk ginjal, diselimuti rambut putih, hitam.§ 
Akar tunggang, putih kotor.§
Habitat Saat ini, kapas ditemukan pada 47°N to 32°S. Temperatur optimum untuk perkecambahan adalah 9-30°C dan temperatur minimum sekitar 14-15°C, meski beberapa berkecambah pada suhu hingga 12°C. Untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimum membutuhkan temperatur 25-30°C. 
Perbanyakan Perbanyakan kapas dilakukan dengan biji. Pengelolaan biji dan distribusi sangat penting untuk menjamin kualitas dan kemurnian biji. 
Bagian yang digunakan Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah biji, akar, daun, clan buah mudanya.
Khasiat tumbuhan Biji digunakan untuk mengatasi: 
- disfungsi ereksi (impoten), - ngompol (enuresis), - berkeringat pada malam hari,- wasir, dubur turun (prolaps anus), - perdarahan clan keluarnya cairan dari liang sanggama (vagina), - disentri,- nyeri perut clan ulu hati,
- demam yang hilang timbul, - radang telinga, - memperbanyak keluarnya air susu ibu (ASI), dan - kontrasepsi pada pria.
Akar digunakan untuk: 
- terlambat haid, - mengurangi keluarnya darah haid yang banyak, - mengurangi nyeri haid akibat endometriosis, - mempermudah persalinan, - mengatasi gangguan pencernaan,
- fungsi limpa yang menurun dengan gejala batuk dan sesak akibat lemahnya energi vital, dan - menghaluskan tumit yang teraba kasar. 
Buah muda digunakan untuk pengobatan: - diare.
Daun digunakan untuk pengobatan:- radang usus (enteritis), -demam, dan batuk berdahak. 


CARA PEMAKAIAN


Untuk obat yang diminum, tidak ada rekomendasi dosis. Urftuk pemakaian luar, giling daun segar sampai halus, lalu gunakan untuk menurap panu, luka, luka bakar, dan memar. Biji yang digiling halus digunakan untuk menurap herpes, skabies, luka, dan radang buah zakar (orkhitis).

CONTOH PEMAKAIAN DI MASYARAKAT


Diare
Cuci clan potong buah kapas yang masih mucla clan segar (lima buah). Rebus dengan satu gelas air selama 15 menit. Setelah dingin, saring dan minum airnya sekaligus.
Disfungsi ereksi (impoten)
Gongseng biji kapas (300 g) sampai kuning sambil tambahkan arak beras 1-2 sendok teh. Gongseng pula biji bawang putih di tempat terpisah. Selanjutnya, giling semua bahan sampai halus. Untuk pemakaian, ambil 10 g bubuk campuran tadi, larutkan dalam arak dan minum sewaktu perut kosong.
Berkeringat malam
Masukkan biji kapas sebanyak 10 g ke dalam panci email bersama tiga gelas air. Rebus dengan api kecil sampai airnya tersisa separuhnya. Setelah dingin, minum airnya sekaligus pada waktu perut kosong. Lakukan sekali sehari.
Mempermudah persalinan
Iris akar kapas tipis-tipis, lalu seduh dan minum seperti minum teh.
Catatan:
Ibu hamil dilarang minum rebusan biji clan akar kapas karena dapat menyebabkan keguguran.
Gosipol toksisitasnya rendah, namun menimbulkan beberapa efek samping. Pada sebagian pengguna bisa timbul rasa lemah sementara yang terjadi pada fase awal pengobatan tidak memerlukan pengobatan. Sekitar 1,2% pengguna timbul rasa mual dan muntah, sebagian lagi mengeluh menurunnya hasrat seksual.
Bisa timbul hipokalemia pada sebagian pengguna obat ini tanpa menimbulkan gejala akibat kekurangan kalium. Sebaiknya, pemakaian obat ini dilakukan dengan pengawasan herbalis berpengalaman.
Kandungan kimia
Buah, bunga clan daun mengandung saponin, flavonoida, polifenol, dan alkaloid. Kulit akar mengandung gosipol (asesquiterpene) 0,56-2,05%, asparagine, campuran resin, dan arginine. Minyak dari biji mengandung sekitar 2% gosipol dan flavonoid, serta kandungan asam lemak tak jenuh yaitu asam linoleat (54,16%) dan asam oleat (15,58%). Selain itu, terdapat asam lemak jenuh, seperti palmitat, miristat, stearat, dan arakidat. Gosipol berkhasiat menekan produksi sperma dan merangsang kontraksi rahim. Tingginya kadar asam lemak tak jenuh menyebabkan penggunaannya tidak akan meningkatkan kadar kolesterol darah. Bunga mengandung kaempferol, herbacitrin, quercetin, isoquercetin, gossypetin, clan gossypitrin.
Sumber: 0. Sticker, 1976 Detil Data Gossypium , 2007 37



2.2 Metabolit Sekunder



2.2.1 Alkaloid


Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.
Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit. 

Alkaloid sangat penting dalam industri farmasi karena kebanyakan alkaloid mempunyai efek fisiologis. Pada umumnya alkaloid tidak ditemukan dalam gymnospermae, paku – pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.

Sistem klasifikasi yang banyak diterima adalah pembagian alkaloid menjadi tiga golongan yaitu :
a.Alkaloid sesungguhnya
Bersifat racun dan menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas. Diturunkan secara biosintesis dari asam amino dan biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik.
b.Protoalkaloid
Merupakan amina yang relatif sederhana dan ditandai dengan adanya atom N yang berada di luar cincin heterosiklis.
c.Pseudoalkaloid
Senyawa bersifat basa. Yang termasuk dalam pseudoalkaloid adalah alkaloid steroidal dan purin.
Pembagian alkoloid yang lain adalah 
a.Alkoloid heterosiklis; b.Alkaloid dengan eksossiklis dan amina alifatis; c.Alkaoid putreskin, spermidin dan spermin; d.Alkaloid peptida; e.Alkaloid terpen dan steroidal.
2.2.2 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar. Golongan flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae.
Flavonoid adalah jenis campuran yang dihasilkan oleh tumbuhan secara alami, yang berfungsi sebagai antioksidan. Campuran tersebut seperti pada zat warna tanaman dan walaupun tak tergolong sebagai bahan gizi penting, mereka mampu menghasilkan vitamin C, yang menjadikannya antioksidan yang sangat kuat. Flavonoids juga dibutuhkan untuk memelihara dinding kapiler dan melindungi dari infeksi. Kekurangan flavonoid akan menyebabkan tubuh mudah memar. 
Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deret senyawa C6�C3�C6 artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena tersubtitusi) disambungkan oleh rantai alifatik ketiga karbon. Flavonoid mempunyai sifat yang khas yaitu bau yang sangat tajam, sebagian besar merupakan pigmen warna kuning, dapat larut dalam air dan pelarut organik, mudah terurai pada temperature tinggi.
Campuran flavonoid dapat ditemui pada buah-buahan seperti berry, apel, bawang putih, anggur merah, teh, anggur hijau, jeruk, jeruk lemon, cherry, sayur-sayuran hijau, alga biru dan hijau dan banyak lagi yang lain. 
Flavonoid tak hanya melindungi dari zat berbahaya yang merusak sel, tapi juga mencegah tumbuhnya bibit penyakit kanker dalam tubuh, memperlambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker dalam tubuh, dan lain-lain. 
Walaupun studi yang terdahulu menunjukkan bahwa hampir semua buah-buahan dan sayuranmengandung campuran anti-kanker yang sangat ampuh, para peneliti gagal menemukan apakah jenis antioksidan tanaman yang menghancurkan sel tumor itu dan bagaimana cara kerja mereka. 
Flavonoid punya sejumlah kegunaan. Pertama, terhadap tumbuhan, yaitu sebagai pengatur tumbuhan, pengatur fotosintesis, kerja antimiroba dan antivirus. Kedua, terhadap manusia, yaitu sebagai antibiotik terhadap penyakit kanker dan ginjal, menghambat perdarahan. Ketiga, terhadap serangga, yaitu sebagai daya tarik serangga untuk melakukan penyerbukan. Keempat, kegunaan lainnya adalah sebagai bahan aktif dalam pembuatan insektisida nabati dari kulit jeruk manis (Arda Dinata).
Pemberian atom hidrogen ini akan menyebabkan radikal bebas menjadi stabil dan berhenti melakukan gerakan ekstrim, sehingga tak merusak lipida, protein, dan DNA (materi genetik) yang menjadi target kerusakan seluler. Hal senada dikatakan oleh Kandaswami dan Middleton (1997), bahwa flavonoid dapat bertindak sebagai quencer oksigen singlet dan sebagai chelator logam.
2.2.3 Steroid
Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa – senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu. Steroid meliputi empat golongan, yaitu kolesterol, hormon, adrenokortikoid, hormon seksual, dan asam empedu.
Kolesterol ditemukan dalam semua organisme dan merupakan bahan awal untuk pembentukan asam empedu, hormon steroid, dan vitamin D. Walaupun kolesterol esensial bagi mahluk hidup, tapi berimplikasi terhadap pembentukan ‘plek’ pada dinding pembuluh nadi (suatu proese yang disebut arteosclerosis, atau pengerasan pembuluh), bahkan dapat mengakibatkan penyumbatan. Gejala ini penting terutama dalam pembuluh yang memasok darah ke jantung. Penyumbatan pada pembuluh ini menimbulkan kerusakan jantung, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kematian akibat serangan jantung.
Steroid “hewan” yang khas, kolesterol, terdapat pada lipid permukaan dan organel tumbuhan, tetapi seringkali tidak ditemukan karena senyawa ini terdapat sebagai ester dan glikosida yang tidak larut dalam pelarut yang biasa dipakai untuk sterol bebas.
Beberapa senyawa ini, jika memang terdapat dalam tumbuhan, mungkin berperan sebagai pelindung, tetapi contoh yang baik untuk fungsi seperti itu hanya diberikan oleh empat golongan steroid yang aneh.
2.2.4 Terpenoid
Terpenoid merupakan senyawa yang tersusun oleh kerangka karbon, terdiri dari dua atau lebih unit isopren. Terpenoid merupakan kelompok besar senyawa sekunder yang meliputi minyak esensial, triterpenoid nonvolatil, sterol, dan pigmen karotinoid. Dalam sel tumbuhan, terpenoid ditemukan dalam sitoplasma atau pada kelenjar khusus. 
Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometric yang juga terdapat pada lemak/minyak esensial (essential oils), yaitu sejenis lemak yang sangat penting bagi tubuh. Zat-zat terpenoid membantu tubuh dalam proses sintesa organic dan pemulihan sel-sel tubuh. Harum atau bau dari tanaman disebabkan oleh fraksi minyak esensial. Minyak tersebut merupakan metabolit sekunder yang kaya akan senyawa dengan struktur isopren. 
Petua Isoprena menyatakan bahawa sesuatu sebatian merupakan satu terpenoid jika boleh dibahagikan kepada 5 unit atom karbon (Wallach, 1887) yang digabung melalui sambungan kepala ke ekor (Ingold, 1925) karbon 1 adalah kepala bagi unit isoprena manakala karbon 4 adalah ekor. Boleh didapati dalam semua pengkelasan benda hidup merupakan komponen utama minyak pati, digunakan secara meluas kerana kualiti aromanya (herba tradisional dalam industri tumbuhan). Dalam penyelidikan sebagai bahan antibakteria, antineoplastik dan kegunaan dalam bidang farmaseutikal lain Menjadikan bau wangi kepada pokok kayu putih, perasa kepada kayu manis, cengkih, halia dan warna kepada bunga kuning.Terpenoid seperti citral, menthol, camphor dan cannabinoids boleh didapati dalam pokok ganja steroid dan sterol dalam haiwan dihasilkan secara biologi daripada pemula terpenoid (terpenoid precursor)
2.2.5 Saponin
Saponin mula – mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun ( bahasa latin sapo berarti sabun ). Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus – ratus tahun.
Pada beberapa tahun terakhir ini saponin tertentu menjadi penting karena dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan dengan hasil yang baik dan digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan.
Sifat – sifat Saponin :
1.Berasa pahit. 2.Berbusa dalam air. 3.Mempunyai sifat detergen yang baik. 4.Beracun bagi binatang berdarah dingin. 5.Mempunyai sifat anti inflamatori 6.Mempunyai aplikasi yang baik dalam preparasi film fotografi. 
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, senyawa saponin mempunyai kegunaan yang sangat luas, antara lain:
1.Pembasmi hama udang. 2.Sebagai detergen pada industri tekstil. 3.Pembentuk busa pada alat pemadam kebakaran. 4 Pembentuk busa pada sampo. 5.Dalam industri farmasi. 





METODOLOGI PENELITIAN

3.1Waktu Pelaksanaan


Praktek ini dilaksanakan pada hari jumat, 23 Desember 2007 di Laboratorium Kimia FMIPA UNP.
3.2Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan adalah daun kapas (Gossypium arboreum L ) 

3.3Alat dan Bahan
Corong pemanas; Pasir halus bersih; Tabung reaksi; Kapas¬Lumpang; Pisau/gunting; Plat tetes; Pipet tetes 
Simplisia tumbuhan(daun kapas); Amoniak – kloroform 0,05 N (1 ml amoniak dalam 250 mL kloroform); H2SO4 2N; Pereaksi mayer; Pereaksi Wagner; Pereaksi Dragendorf; Metanol; Asam sulfat pekat; Anhidrida asetat; Asam klorida pekat; Serbuk Magnesium.
3.4Prosedur Kerja
A.Identifikasi Alkaloid : Metoda Culvenor – Fitzgerald
4 gr sampel segar Dirajang halus dan digerus 
Di dalam lumpang dengan bantuan pasir
Ditambah kloroform dan digerus
Membentuk Pasta
Ditambah 10 ml larutan amonia – kloroform 0,05 N dan disaring
Campuran dalam tabung reaksi
Ditambah 5 mL larutan H2SO4 2N dan didiamkan
Terbentuk 2 lapisan
Diambil
lapisan asam sulfat
Dimasukkan 
Tabung reaksi
Diuji
filtrat
Pereaksi Mayer Pereaksi Dragendorf
Pereaksi Wagner
Tes positif Tes positif Tes positif 
endapan putih endapan coklat endapan orange
. Identifikasi Flavonoid : Shinoda test / sianidin test
0,5 gram sampel halus
Diekstrak dg 5 mL metanol
Dipanaskan selama 5 menit
Ditambah 5 tetes HCl pekat dan sedikit serbuk Mg
Campuran ekstrak
Tes positif
Warna berubah menjadi merah / pink / kuning
C. Identifikasi steroid/terpenoid : Metoda Lieberman – Burchard
3 tetes lapisan kloroform pada alkaloid 
Diteteskan
Pada plat tetes
Ditambah 5 tetes anhidrat asetat dibiarkan kering 
filtrat kering
Ditambah 3 tetes H2SO4 pekat
Tes positif
Warna merah / jingga / ungu Warna Biru
terpenoid steroid
D. Identifikasi Saponin : Uji Busa
Sampel kering
Dirajang halus 
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambah 

Air suling
Dididihkan selama 2 – 3 menit dan dinginkan
Campuran dalam tabung reaksi
Dikocok kuat - kuat
Tes positif
Adanya
Busa stabil selama 5 menit



HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
UJI PEREAKSI HASIL

Alkaloid Culvenor – Fitzgerald
Mayer 

( - ) larutan bening
Wagner ( - ) larutan berwarna hijau
Dragendorf ( - ) larutan berwarna orange
Flavonoid Shinoda test/sianidin test


Metanol, HCl pekat dan serbuk magnesium
( - ) larutan berwarna hijau
Steroid /
Terpenoid Lieberman – Burchard
Kloroform, anhidrida asetat dan H2SO4 pekat ( - ) terpenoid larutan berwarna biru
( + ) steroid menunjukkan larutan berwarna biru
Saponin Uji Busa
Air suling ( - ) busa menghilang setelah 5 menit didiamkan.
4.2 Pembahasan
Pada percobaan yang telah dilakukan dalam mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid dan saponin pada suatu sampel yakni daun kapas. 
Pengidentifikasian tersebut dilakukan dengan beberapa metoda, diantaranya sebagai berikut :
a. Identifikasi Alkaloid
Pengujian alkaloid dengan menggunakan metoda Culvenor – Fitzgerald ini. Lapisan asam sulfat yang merupakan filtrat sesuai dengan prosedur dengan cara menggerus sampel sebanyak 4 gram dalam lumpang dan ditambahkan larutan amonia – kloroform 0,05 N serta H2SO4 2N, lalu diuji dengan menggunakan beberapa pereaksi di antaranya adalah :
 Pereaksi MayerF 
Filtrat yang diuji dengan pereaksi Mayer, terlihat filtrat tetap larutan berwarna bening. Jadi, tes dengan reaksi ini merupakan tes yang negatif, karena tes positif terdapatnya endapan putih atau keruh.
 Pereaksi WagnerF 
Filtrat juga diuji dengan pereaksi Wagner, terlihat filtrat berubah jadi larutan berwarna hijau. Jadi, tes dengan reaksi ini juga merupakan tes yang negatif.
 Pereaksi Dragendorf.F

Filtrat juga diuji dengan pereaksi Dragendrof, terlihat filtrat berubah jadi larutan berwarna orange. Jadi, tes dengan reaksi ini juga tesnya yang negatif, padahal tes yang menunjukkan tes positif jika terbentuk endapan orange.
Dari ketiga pereaksi yang diuji pada filtrat ini, didapat hasil yang menunjukkan tes yang negatif padahal menurut literatur, filtrat yang diuji mengandung senyawa alkaloid atau menunjukkan tes yang positif adanya alkaloid. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang ada, kemungkinan telah terjadi beberapa kesalahan baik dari pengamatan, prosedur ataupun alat dan bahan yang digunakan.
b. Identifikasi Flavonoid
Pengujian dengan mengidentifikasi flavonoid dengan menggunakan metoda Shinoda test/sianidin test. Pada pengujian ini, sampel dirajang halus dan diekstrak dengan metanol lalu dipanaskan ± 5 menit. Setelah dipanaskan sampel ditambahkan beberapa tetes HCl pekat dan sedikit serbuk magnesium. Hasilnya membentuk larutan yang berwarna hijau sehingga menunjukkan hasil tes yang negatif dikarenakan hasil yang positif terlihat warna larutannya yang berwarna merah / pink atau kuning. Hal ini juga berbeda dengan literatur yang ada bahwa sebenarnya hasil yang ditunjukkan positif mengandung senyawa flavonoid. Kemungkinan telah terjadi kesalahan pada pengamatannya.
c. Identifikasi Steroid/Terpenoid
Metoda yang digunakan adalah metoda Lieberman – Burchard. Pada pengujian ini, lapisan kloroform hasil dari filtrat pada identifikasi alkaloid ditempatkan pada plat tetes dan ditambahkan 5 tetes anhidrida asetat dan dibiarkan mengering. Setelah mengering ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Hasilnya menunjukkan tes yang positif untuk steroid, sedangkan tes negatif untuk terpenoid pada daun kapas. Hal ini juga tidak sesuai dengan literatur yang ada bahwa filtrat daun kapas menunjukkan hasil tes yang negatif baik itu pada steroid maupun pada terpenoid. Kemungkinan hal ini terjadi ketika pengambilan filtrat di bagian kloroform masih mengandung lapisan asam sulfat atau kemungkinan lainnya. Padahal pada terpenoid sesuai dengan literatur yang ada karena tidak mengandung terpenoid.
d. Identifikasi Saponin
Identifikasi ini menggunakan metoda uji busa. Dalam pengidentifikasi ini, digunakan daun kapas kering yang dirajang halus, lalu ditambahkan air suling secukupnya dan dipanaskan selama 2 – 3 menit. Setelah dingin, sampel tersebut dikocok kuat – kuat. Pada awalnya, setelah dilakukan pengocokan terbentuk busa. Namun setelah kurang dari 5 menit, busa tersebut hilang dan tidak ada lagi pada sampel. Ini menunjukkan bahwa tes yang dilakukan negatif, sehingga pada tes ini juga ada mengandung saponin. Berbeda dengan literatur yang mana sampel daun kapas mengandung saponin.



KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengidentifikasian pada percobaan dan hasilnya dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut :

a. Pada daun kapas ( Gossypium arboreum L. ) tidak mengandung senyawa alkaloid yang dikarenakan tesnya menunjukkan negatif pada pereaksi mayer, wagner dan dragendrof.

b. Daun kapas ( Gossypium arboreum L. ) juga tidak mengandung flavonoid yang berbeda dengan literatur yang mengatakan adanya flavonoid.
c. Daun kapas ( Gossypium arboreum L. ) mengandung steroid yang juga berbeda dengan literartur yang ada, dengan tidak adanya steroid pada daun kapas.
d. Metabolit sekunder yang terpenoid tidak terkandung pada daun kapas ( Gossypium arboreum L. ).
e. Saponin juga tidak ada terkandung pada daun kapas ( Gossypium arboreum L. ).
f. Berbedanya senyawa yang dikandung daun kapas menurut literatur dengan hasil percobaan, kemungkinan telah terjadi berbagai kesalahan baik itu bahan, alat, prosedur maupun pengamatan.
5.2 Saran
Untuk lebih mengetahui dan mengenal lagi mengenai daun kapas ini, penulis menyarankan sebagai berikut :
a. Ketika melakukan percobaan, sebaiknya sampel yang akan diuji harus digerus dengan halus / dirajang dengan halus agar kandungan kimia yang dikandung pada sampel dapat keluar.
b. Dalam penggerusan sampel digunakan alat yang lebih akurat agar didapat sampel yang sangat halus.
c. Sebaiknya sampel yang digunakan daun yang berumur menengah atau dengan kata lain daunnya tidak terlalu muda maupun juga tidak terlalu tua, kemungkinan hal ini berpengaruh.
d. Dalam mengidentifikasi sampel tidak difokuskan pada 4 metoda saja dan sebaiknya lebih dari 4 metoda untuk mengidentifikasi sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Alkaloid. Situs Web Wikipedia. 
Achmad S. A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta : Universita terbuka.
Amrun Hidayat, M. Alkaloid Turunan Triptofan. Makalah Ilmiah. In Internet. 
Anwar, chairil. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Yogyakarta.
Bernays, E.A. & R.F. Chapman. 1994. Plant selection bt phytophagous insects. Chapman & Hall. Inc. New York. 
Departemen Kesehatan RI. 1985. Tanaman Obat Indonesia Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Fessenden, R dan Fessenden, J. 1986. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Alih bahasa oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta : Erlangga.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Tim Kimia Organik. Penuntun Praktikum Kimia Organik 2. Padang : UNP.
Trevon Robinson. 1991. The Organic Constituents of Higher Plants, Alih bahasa : Dr Kosasih Padmawinata. Bandung : ITB.
Wardiyono. 2007. Detil Data Gossypium. In Internet.




an� �#y e @W� �� und:white'> 
0,5 gram sampel 

diekstrak dengan 5 ml metanol

dipanaskan selama 5 menit

ekstrak
+ beberapa tetes HCl pekat dan sedikit serbuk Mg 
merah / pink atau kuning
(sampel mengandung flavonoid) 
3. Identifikasi steroid/terpenoid : Metode Liebermen – Burchard 
lapisan kloroform pada uji alkaloid
ditempatkan pada plat tetes
+ 5 tetes anhidrida asam asetat 
dibiarkan mengering
+ 3 tetes H2SO4 pekat 
warna merah jingga / ungu : tes positif untuk terpenoid
warna biru : tes positif untuk steroid



4. Identifikasi saponin : uji busa 
Sampel kering dirajang halus
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
+ air suling
dididihkan 2 – 3 menit
didinginkan
dikocok kuat - kuatdirajang halus
Adanya busa stabil selama 5 menit
Uji Pereaksi Hasil Keterangan
Alkaloid Mayer
Wagner Dragendorf - -
Flavonoid HCl pekat dan serbuk magnesium + Terjadi perubahan warna sampl menjadi kuning.
Steroid/terpenoid Anhidrida asetat dan H2SO4 pekat - -
Saponin Air suling - -
4.2 Pembahasan
1. Identifikasi Alkaloid
Pada identifikasi alkaloid ini dimana terjadi perubahan warna Dari eksperimen yang dilakukan terhadap daun selasih, tes ini menunjukkan hasil yang negatif karena tidak terbentuk endapan putih/keruh dengan pereaksi mayer, tidak terbentuk endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan orange dengan pereaksi Dragendorf . Hal ini menunjukkan bahwa sampel tidak mengandung alkoloid. Ini sesuai dengan yang tertera dalam kandungan kimia dari daun selasih. 
2. Identifikasi Flavonoid
Pada identifikasi flavonoid, sampel daun dewa juga dirajang halus kemudian diekstrak dengan metanol dan dipanaskan selama 5 menit. Pada penambahan berikutnya, tetesan klorida dan sedikit serbuk Mg. Ekatrak daun dewa yang semula bewarna hijau berubah warnya menjadi kuning kemerahan. Dengan terjadinya perubahan warna tadi menandakan bahwa daun dewa mengandung flavonoid. Hal ini sesuai dengan literatur yang didapat.
3. Idetifikasi Steroid/Terpenoid
Pada eksperimen akan dihasilkannya warna jingga/ ungu yang menandakan uji positif terhadap terpenoid dan warna biru menunjukkan uji positif untuk steroid. Hasil yang didapatkan yaitu negatif karena tidak terbentuk warna jingga/ungu ataupun biru. Dari hasil eksperimen dengan teoritis didapatkan kecocokan, bahwa pada daun selasih tidak mengandung steroid dan terpenoid. 
4. Identifikasi Saponin
Pada eksperimen ini dihasilkan busa yang relatif banyak setelah dilakukan pengocokan kuat pada larutan sampel. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa daun dewa tidak mengandung saponin, ini ditunjukan dengan hasil yang negatif. Selain membentuk busa yang stabil, saponin juga mempunyai rasa yang pahit, toksik dan membentuk senyawaan dengan kolesterol.
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa: 
1. Tanaman selasih tidak mengandug alakloid yang ditandai dengan tidak terbentuknya endapan setelah direaksikan dengan beberapa pereaksi. 2. Tumbuhan selasih mengandung flavonoid yang ditandai dengan perubahan warna sampel dari hijau menjadi terang atau agak warna pink. 3. Tumbuhan selasih tidak mengandung steroid atau terpenoid.
4. Tumbuhan selasih mengandung saponin karena tidak terbentuk busa.
5.2 Saran: 1. Sebaiknya pengujian dilakukan pada tanaman obat jenis lainnya yang belum pernah diteliti sehingga diperoleh informasi yang lebih banyak. 2. Untuk identifikasi senyawa-senyawa metabolit sekunder sebaiknya sampel yang digunakan adalah tanaman yang segar. 3. Sampel harus dirajang dahulu kalau bisa di gerus agar senyawa – senyawa yang terdapat didalam sampel keluar dan pada saat penambahan reaksi kimia harus hati – hati agar hasilnya maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Terjemahan Suminar Achmad. Jakarta: Erlangga.
L. Tobing, M.Sc., Rangke. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: Depdikbud.
Tim Kimia Organik. 2007. Penuntun Pratikum Kimia Organik 2. Padang: FMIPA UNP.
http://www.google.com/daun selasih.htm






Sering dilihat, yang lain mungkin penting