Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis blog ini

Sabtu, 01 November 2008

Analisa Kimia Daun Salam




oleh : Sri handayani 66990 / 2005 Pendidikan Kimia Nr
Universitas Negeri Padang
Editor  oleh : Tarmizi



2.1 Botani Tumbuhan

Tanaman daun salam dapat ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1800 m diatas permukaan laut. Pohon salam yang biasanya tumbuh liar dihutan dan pegunungan bisa mencapai ketinggian 25 meter dan lebar pohon 1,3 meter. Pohon salam juga dapat tumbuh dipekarangan – pekarangan rumah dengan keadaan tanah yang gembur. 

Daun rasanya kelat dan astrigen, daun salam biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai pelengkap bumbu dapur, digunakan dalam masakan sebagai penambah aroma. Selain daun yang dipakai senagai bumbu, kulit pohonnya biasa dipakai sebagai bahan pewarna jala atau anyaman bambu. Perbanyakan tumbuhan ini bisa dilakukan dengan biji, cangkok atau stek.
Ditinjau dari kajian saintifik juga, daun salam mengandung sejenis minyak atsiri ayng dapat menegah pertumbuhan berbagai bakteri. Untuk tujuan pengobatab tradisional, bagian yang digunakan adalah daun, selain itu kulit, batang, akar, dan buah juga berkahsiat sebgai obat.
Daun salam mengandung minyak atsiri (sitral, eugenol), tanin dan flavonoid. Dengan kromatografi lapis tipis disimpulkan bahwa minyak atsiri daun salam dari seskuiterpen lakton yang mengandung fenol. Konsentrasi terkecil minyaka atsiri yang mampu menghambat pertumbuhan E. Coli adalah 40% sedangkan terhadap S. Areus sekitar 5%. Uji mikrobiologi dengan menggunakan metode cakram menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun salam dapat menghambat bakteri E. Coli, Vibrio Chaera, Salmonela sp dan ekstrak air daun salam memiliki efek hipoglikemik (menurunkan kadar gula).



Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae (tumbuhan) 
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida 
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae 
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium polyanthum Wigh Walp
Gambar 1. Daun Salam



Khasiat untuk obat
• Menurunkan kadar kolesterol darah yang tinggi
Cuci 10-15g daun salam segar sampai bersih, lalu rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus di malam hari. Lakukan pengobatan ini setiap hari.



• Sakit maag
Daun salam segar sebanyak 15-20 lembar dicuci bersih. Rebus dengan 1/2 liter air sampai mendidih selama 15 menit. Tambahkan gula enau secukupnya. Setelah dingin, minum airnya sebagai teh. Lakukan setiap hari sampai rasa perih dan penuh dilambung hilang.



• Diare
Cuci 15 lembar daun salam segar samapi bersih. Tambahkan 2 gelas air, lalu rebus sampai mendidih (Selama 15 menit). Selanjutnya masukkan sedikit garam. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus.



• Kencing manis
Cuci 7-15 lembar daun salam segar, lau rebus dalam 3 gelas air samapai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus sebelum makan. Lakukan sehari 2 kali.



• Khasiat lainnya : mengatasi asam urat yang tinggi, stroke, melancarkan peredaran darah,radang hidung, gatal – gatal dan mabuk alkohol.



2.2 Senyawa Metabolit Sekunder
a. Alkaloid
Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jika digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tidak bewarna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal hanya sedikit yang berbentuk cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar.
Secara umum, golongan senyawa alkaloid mempunyai sigat – sifat sebagai berikut :
a. Biasanya merupakan kristal tak bewarna, tidak mudah menguap, tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik seperti etanol, eter dan kloroform.
b. Bersifat basa, pada umumnya beberapa pahit, bersifat racun, mempunyai efek fisiologis secara optis aktif.
c. Dapat membentuk endapan dengan larutan asam fosfowolframat, asam fosfomolibdat, asam pikrat, kalium merkuriiodida dan lain sebagainya. Dari endapan – endapan ini, banyak juga yang memiliki bentuk kristal yang khusus sehingga sangat bermanfaat dalam identifikasinya.
Senyawa alkaloid dapat diklasifikasikan dari gugus fungsi yang dikandungnya : (Rangke, 1998 : 133) 
a. Alkaloid feniletamin, misalnya efedrin.
b. Alkaloid pirolidin, misalnya higrin dari koka.
c. Alkaloid piridin, misalnya asam nikotinat.
d. Alkaloid perpaduan pirolidindan piridin, misalnya nikotin.
e. Alkaloid kuinolin, misalnya kuinin.
f. Alkaloid isokuinolin, misalnya papaverin.
g. Alkaloid fenantrena, misalnya emetin.
h. Alkaloid indole yang masih dapat digolong – golongkan menjadi :
a) Alkaloid sederhana, misalnya triptamin.
b) Alkaloid ergot, misalnya serotonin.
c) Alkaloid hermala, misalnya β-karbolin.
d) Alkaloid yahimbe, misalnya reserpin.
e) Alkaloid strychnos, misalnya brusin dan strinkin.



b. Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok yang termasuk ke dalam senyawa fenol yang terbanyak dialam, senyawa-senyawa flavonoid ini bertanggung jawab terhadap zat warna ungu, merah, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Berdasarkan strukturnya senyawa flavonoid merupakan turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula.
Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda kelas. 
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi :
a) Sebagai pigmen warna
b) Fungsi patologi dan sitologi
c) Aktivitas farmakologi
Dianggap berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah dll. Gabor et al menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam – macam bioaktivitas seperti antiinflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, diuretik dll.
d) Flavonoid dalam makanan.



c. Terpenoid
Banyak tumbuhan (bunga, daun, buah, biji atau akar) yang berbau harum. Bau harum itu berasal dari senyawa yang terdiri dari 10 dan 15 karbon yang disebt terpen. Golongan senyawa ini dapat dipisahkan dari tumbuhan sumbernya melalui destilasi uap atau secara ekstraksi dan dikenal dengan nama minyak atsiri. Beberapa contoh minyak atsiri, misalnya minyak yang diperoleh dari cengkeh, bunga mawar, serai (sitronela), cukaliptus, pepermint, kamfe, sedar (tumbuhan cedrus) dan terpentin. Senyaea organik bahan alam golongan minyak atsiri sangat banyak digunakan dalam industri wangi – wangian (perfumery), makanan dan obat – obatan.
Senyawa terpen pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 (unit isopren), yang bergabung secara head to tail (kepala – ekor). Terpenoid sama halnya dengan senyawa terpen tapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus hidroksil, aldehid dan keton. Dewasa ini terpen maupun terpenoid dikelompokkan sebagai senyawa terpenoid ( isoprena).
Berdasarkan jumlah unit isoprena yang dikandungnya, senyawa terpenoid terbagi atas :
a. Monoterpena (dua unit isoprena)
b. Seskuiterpena (tiga unit isoprena)
c. Diterpena (empat unit isoprena)
d. Triterpena (enam unit isoprena)
e. Tetraterpena (delapan unit isoprena)
Monoterpen dan seskuiterpen adalah komponen utama minyak essensial (minyak atsir) yang dapat diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu diterpenoid, skualen tergolong triterpenoid yang dijumpai dalam minyak atsiri hati ikan, karoten – karoten pigmen merah dan kuning tergolong tetraterpen, lateks (karet alam ) adalah politerpen.



d. Steroid
Secara sederhana steroid dapat dioartkan sebagai kelas senyawa organik bahan alam yang kerangka strukturnya terdiri dari androstan (siklopentanofenantren), mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu. 
Sebagian besar dari steroid mempunyai sifat sebagai berikut: 
• Mengandung gugus fungsi oksigen (sebagai = O atau OH) pada C3
• Mengandung gugus samping pada C17
• Banyak yang mengandung ikatan rangkap C4 – C5 atau C5 – C6 
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Hormon-hormon seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung man seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung telur adalah suatu steroid. Hormon jantan disebut androgen dan hormon betina estrogen, dan hormon kehamilan progestin. 



e. Saponin
Saponin merupakan suatu senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon), saponin ini terdiri dari dua kelompok : saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan untuk bahan pencucui kain (batik) dan sebagai shampo. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metode ekstraksi.
Pembahasan
1. Identifikasi Alkaloid
Pada identifikasi alkaloid ini digunakan metoda Culvenor – Fitzgerald. Filtrat yang diperoleh dengan cara marajang halus dan menggerus sampel dalam lumpang kemudian ditambahkan amoniak – kloroform 0,05 N, larutan H2SO4 diuji dengan beberapa pereaksi (Mayer, Wagner dan Dragendorf). Berdasakan data yang diperoleh, diketahui bahwa daun salam tidak mengandung alkaloid. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terbentuknya endapan putih keruh dengan pereaksi Mayer atau endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan orange dengan pereaksi Dragendor. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada. 





2. Identifikasi Flavonoid
Pada identifikasi flavonoid, sampel juga dirajang halus kemudian di ekstrak dengan metanol dan dipanaskan selama 5 menit. Ketika pada penambahan berikutnya yaitu penambahan beberapa tetes asam klorida dan sedikit serbuk Mg. Pada tabung reaksi yang dipanaskan terlihat perubahan warna menjadi merah, akibat dari sampel yang telah dirajang halus bewarna hijau ditambah metanol yang larutannya bening dan dingin. Keduanya bereaksi dalam tabung reaksi yang dipanaskan beberapa menit, reaksi keduanya terbentuklah perubahan earna menjadi merah. Flavonoid mempunyai banyak fungsi seperti : sebagai pigmen warna, fungsi fisiologi dan patologi, fungsi farmakologi dan flavonoid dalam makanan, antiflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, diuretik dll.



3. Identifikasi steroid/terpenoid
Pada identifikasi steroid, lapisan kloroform yang diperoleh pada uji alkaloid ditempatkan pada plat tetes dan dikeringkan. Kemudian ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Pada percobaan diperoleh warna biru pada plat tetes. Untuk melihat warna biru pada plat tetes membutuhkan waktu pengeringan yang cukup lama, terbentuknya warnapun akan lama. Pembentukkan warna biru dapat diamati pada bagian pinggir lingkaran bagian plat tetesnya. Saat benar – benar kering baru ditambah H2SO4 barulah tampak warna birunya. Hasil ini menunjukkan bahwa daun salam mengandung steroid dan menunjukkan bahwa daun salam tidak mengandung terpenoid.



4. Identifikasi Saponin
Pada identifikasi saponin, dilakukan dengan menggunakan sampel yang telah dikeringkan untuk kemudian dihaluskan. Lalu ditambahkan dengan air suling dan dididihkan selama 2 – 3 menit. Lalu didinginkan, setelah dingin di kocok kuat – kuat. Pada pengocokkan yang dilakukan terbentuk busa. Namun busa yang terbentuk tidak permanen, karena busa tersebut cepat hilang. Adanya busa yang tidak permanen tersebut menunjukkan bahwa daun salam tidak mengandung saponin.
5.1 Kesimpulan 
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa daun salam mengandung berbagai senyawa – senyawa kimia bermanfaat seperti flavonoid dan steroid. 
Senyawa – senyawa yang dikandung daun salam ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan kesehatan. Penggunaan daun salam dalam bidang kesehatan adalah untuk pengobatan, kolesterol tinggi, kening manis, tekanan darah tinggi, radang lambung, maag, diare dll.
Senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada daun salam adalah flavonoid dan steroid, hal ini dapat dibuktikan dengan tes positif saat melakukan percobaan. 



5.2 Saran
Untuk paper ini disarankan dalam pengidentifikasikan senyawa – senyawa dalam daun salam bila harus menggunakan tanaman yang segar, diharapkan diambil beberapa saat sebelum pengidentifikasian. Tidak dibiarkan selama berjam – jam karena bisa saja senyawa yang sebenarnya ada dalam tanaman tidak teridentifikasi karena senyawanya sudah rusak. Namun selain itu, praktikan juga harus teliti dalam mengidentifikasi senyawa organik senyawa organik bahan alam. 
Fessenden, Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
L. Tobing, M.Sc., Rangke. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: Depdikbud.
Muhlisah, Ir. Fauziah. 1996. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tim Kimia Organik. 2007. Penuntun Pratikum Kimia Organik 2. Padang: FMIPA UNP.



pan> b @W� �� orphans: 2;text-align:-webkit-auto; widows: 2;-webkit-text-size-adjust: auto;-webkit-text-stroke-width: 0px; word-spacing:0px'> 
2. Identifikasi Flanoid : Sianidin test 

0,5 gram sampel 

diekstrak dengan 5 ml metanol

dipanaskan selama 5 menit
ekstrak
+ beberapa tetes HCl pekat dan sedikit serbuk Mg 
merah / pink atau kuning
(sampel mengandung flavonoid) 
3. Identifikasi steroid/terpenoid : Metode Liebermen – Burchard 
lapisan kloroform pada uji alkaloid
ditempatkan pada plat tetes
+ 5 tetes anhidrida asam asetat 
dibiarkan mengering
+ 3 tetes H2SO4 pekat 
warna merah jingga / ungu : tes positif untuk terpenoid
warna biru : tes positif untuk steroid



4. Identifikasi saponin : uji busa 
Sampel kering dirajang halus
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
+ air suling
dididihkan 2 – 3 menit
didinginkan
dikocok kuat - kuatdirajang halus
Adanya busa stabil selama 5 menit
Uji Pereaksi Hasil Keterangan
Alkaloid Mayer
Wagner Dragendorf - -
Flavonoid HCl pekat dan serbuk magnesium + Terjadi perubahan warna sampl menjadi kuning.
Steroid/terpenoid Anhidrida asetat dan H2SO4 pekat - -
Saponin Air suling - -
4.2 Pembahasan
1. Identifikasi Alkaloid
Pada identifikasi alkaloid ini dimana terjadi perubahan warna Dari eksperimen yang dilakukan terhadap daun selasih, tes ini menunjukkan hasil yang negatif karena tidak terbentuk endapan putih/keruh dengan pereaksi mayer, tidak terbentuk endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan orange dengan pereaksi Dragendorf . Hal ini menunjukkan bahwa sampel tidak mengandung alkoloid. Ini sesuai dengan yang tertera dalam kandungan kimia dari daun selasih. 
2. Identifikasi Flavonoid
Pada identifikasi flavonoid, sampel daun dewa juga dirajang halus kemudian diekstrak dengan metanol dan dipanaskan selama 5 menit. Pada penambahan berikutnya, tetesan klorida dan sedikit serbuk Mg. Ekatrak daun dewa yang semula bewarna hijau berubah warnya menjadi kuning kemerahan. Dengan terjadinya perubahan warna tadi menandakan bahwa daun dewa mengandung flavonoid. Hal ini sesuai dengan literatur yang didapat.
3. Idetifikasi Steroid/Terpenoid
Pada eksperimen akan dihasilkannya warna jingga/ ungu yang menandakan uji positif terhadap terpenoid dan warna biru menunjukkan uji positif untuk steroid. Hasil yang didapatkan yaitu negatif karena tidak terbentuk warna jingga/ungu ataupun biru. Dari hasil eksperimen dengan teoritis didapatkan kecocokan, bahwa pada daun selasih tidak mengandung steroid dan terpenoid. 
4. Identifikasi Saponin
Pada eksperimen ini dihasilkan busa yang relatif banyak setelah dilakukan pengocokan kuat pada larutan sampel. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa daun dewa tidak mengandung saponin, ini ditunjukan dengan hasil yang negatif. Selain membentuk busa yang stabil, saponin juga mempunyai rasa yang pahit, toksik dan membentuk senyawaan dengan kolesterol.
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa: 
1. Tanaman selasih tidak mengandug alakloid yang ditandai dengan tidak terbentuknya endapan setelah direaksikan dengan beberapa pereaksi. 2. Tumbuhan selasih mengandung flavonoid yang ditandai dengan perubahan warna sampel dari hijau menjadi terang atau agak warna pink. 3. Tumbuhan selasih tidak mengandung steroid atau terpenoid.
4. Tumbuhan selasih mengandung saponin karena tidak terbentuk busa.
5.2 Saran: 1. Sebaiknya pengujian dilakukan pada tanaman obat jenis lainnya yang belum pernah diteliti sehingga diperoleh informasi yang lebih banyak. 2. Untuk identifikasi senyawa-senyawa metabolit sekunder sebaiknya sampel yang digunakan adalah tanaman yang segar. 3. Sampel harus dirajang dahulu kalau bisa di gerus agar senyawa – senyawa yang terdapat didalam sampel keluar dan pada saat penambahan reaksi kimia harus hati – hati agar hasilnya maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Terjemahan Suminar Achmad. Jakarta: Erlangga.
L. Tobing, M.Sc., Rangke. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: Depdikbud.
Tim Kimia Organik. 2007. Penuntun Pratikum Kimia Organik 2. Padang: FMIPA UNP.
http://www.google.com/daun selasih.htm

Sering dilihat, yang lain mungkin penting