Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis blog ini

Sabtu, 01 November 2008

Analisa Kimia dan khasiat Lidah Buaya (Aloe Vera)


oleh Marleni Sirevia 61678/2004
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Padang
Editor  oleh : Tarmizi

A.Latar Belakang
Berbagai macam tumbuhan di dunia, sifat umum senyawa yang dijumpai, zat yang terkandung didalam tumbuhan tersebut sangat banyak dan mempunyai manfaat yang berbeda-beda.
Penggunaan tanaman sebagai bahan obat sangat semarak dugunakan, oleh karena itu, dalam hal itu maka sangat diharapkan penggunaan tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai mana harusnya.
Suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui kandungan yang ada pada tumbuhan ini adalah dengan melakukan penelitian tentang senyawa organik yang terkandung dalam lidah buaya sehingga lidah buaya dapat dimanfaatkan dalam kehidupan.
B.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa organik yang ada pada tanaman lidah buaya.
C.Batasan Masalah
Dalam makalah ini pembahasan dibatasi pada kandungan senyawa organik pada tanaman lidah buaya.
D.Manfaat Penulisan
Manfaat makalah ini adalah dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang kandungan senyawa organik yang ada pada tanaman lidah buaya dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan.
TINJAUAN PUSTAKA
A.Botani Tumbuhan
Lidah buaya nama botaninya adalah Aloe vera, dengan famili Liliaceae kata orang tak kenal maka tidak cinta. Jika tidak kenal maka tidak ada gunanya. Aloe vera di tanam sebagai tanaman hias di rumah atau taman. Tumbuh di tempat yang berhawa panas.
Ciri-ciri tanaman Aloe vera :
1.Batang
Pendek, batang tidak tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah, herba ini mempunyai batang seperti pokok ubi keladi dengan ketinggian sampai 15 cm dan berdiameter 1 cm – 2 cm. Pada batang akan muncul anak/ tuntas. Batang Aloe vera bisa disetek untuk perbanyakan tanaman dari sisa tunggul yang sudah di pangkaspun akan muncul tunas.
2.Daun
Daun tanaman Aloe vera berwarna hijau, berkelompok-lompok kelabu, berbentuk pita dengan helaian yang memanjang berduri lembut di tepi daun, bersifat sukelen (banyak mengandung air) dan banyak mengandung lendir (gel) sebagai bahan obat sehingga daunnya tebal. Daun mencapai berat 0,5 – 1 kg, daun melingkar rapat disekeliling batang.
3.Bunga
Bunga aloe vera berwarna kuning atau kemerahan keluar dari ketiak daun, bunga panjangnya mencapai 1 meter.
4.Akar
Akar aloe vera berupa akar serabut yang pendek dan berada dipermukaan tanah, panjang 50 – 100 cm. Tanaman ini tumbuh pada tanah yang subur dan gembur.
Aloe vera mengandung beberapa jenis vitamin, zat galian, enzim dan antibiotik yang bermanfaat dalam bidang kesehatan antara :
-Mengobah sakit lemah buah pinggang
-Sakit perut/ gastrik -Tonik -Herba untuk wanita memperbaiki peranakan -Mengandung serat dan melambatkan rasa lapar (untuk diet)-Melicinkan kulit -Lendir kuning yang dikeringkan untuk pelawas -Obat kulit terkena air panas -Untuk Agar vera (bidang industri)
B.Metabolit Sekunder
Dewasa ini yang dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak terdapat secara merata dalam makhluk hidup, dan ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit. Umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi). Pada akar, kulit, batang, daun, bunga, buah, biji dan sedikit pada hewan.
Penggunaan tumbuhan sebagai obat, berkait dengan kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tersebut terutama zat bioaktif. Tanpa adanya suatu senyawa bioktif dalam tumbuhan, secara umum tumbuhan itu tidak dapat digunakan sebagai obat. Senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin, dll.
Alkaloid termasuk senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlah senyawa maupun sebarannya dalam dunia tumbuhan. Alkohol menurut Winterstein dan trier didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuhan dan hewan. Harborne dan Turne (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkoloid yang memuaskan, tetapai umumnya, alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih nitrogen biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol.
Struktur alkaloid beraneka ragam dari yang sederhana sampai rumit dari efek biologisnya yang mengegarkan tubuh sampai toksik. Satu contoh yang sederhana, tetapai yang efeknya daalinya tridak sederhana adalah nikotina. Nikotoin dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah tinggi dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.
Flavonoid adalah suatu kelompoj senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, unggu, biru, dan sebagaian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula.
Sebagian besar flavonoid yang pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda klas. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang berwarna merah, hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol yang tak berwarna. Dewasa ini diperkirakan telah berhasil diisolasi sekitar 3.000 senyawa flavonoid.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi : 1) Sebagai pigmen warna, 2) Fungsi fislologi dan patologi, 3) Aktivitas farmakologi, dan, 4) Flavonoid dalam makanan. Aktivitas farmakologi dianggap berasal dari rutin (glikosa flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, emnurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah, dalam Gabor, et al menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam-macam bioktivitas seperti antiinflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, diuretik dan lain-lain.
Senyawa terpen pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 (unit isoprena), yang bergabung secara head to tall (kepala-ekor). Oleh sebab itu senyawa terpen lazim disebut isoprenoid Terpenoid sama halnya dengan senyawa terpen tetapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus hidroksil, aldehid dan ketin. Dewasa ini baik terpen maupun terpenold dikelompokkan sebagai senyawa terpenold (isoprenois)
Contoh :
Berdasarkan jumlah unit isoprena yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi atas : 1) Monoterpen (dua unit isoprena), 2) Seskiterpen (tiga unit isoprena), 3) Diterpena (empat unit isoprena), 4) Triterpena (enam unit isoprena), 5) Tetraterpena (delapan unit isoprena), dan 6) politerpena (banyak unit isoprena). Monotepen dan seskiler adalah komponen utama minyak esensial (minyak atsiri) yang dapat diperoleh dengan diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu diterpenold, skualen tergolong triterpenoid yang dijumpai dalam mu=inyak hati ikan, karoten karoten pigmen dan kuning tergolong tetraterpen, lateks (karet alam) adalah politerpen.
Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa-senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu.
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu sterroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Hormon-homon seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung telur adalah suatu steroid. Dan hormon kehamilan progestin.
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdiri dari dua kelompok : saponin triteroenoid dan saponin sterroid. Saponin ini terdiri dari dua kelompok: sapoin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dapat lerak yang dapat digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi.
BAB III
METOLOGI PENELITIAN
A.Waktu: 23 November 2007
B.Sampel: Daun Lidah Buaya
C.Alat-alat dan Bahan
Lumpang, pisau/ gunting, plat tetes, tabung reaksi, pipet tetes, corong, pemanas, pasir halus bersih, kapas.
Bahan-bahan 
Amoniak-kloroform 0,05N (1 mL amoniak dalam 250 ML kloroform), H2SO4 2 N, pereaksi Mayer pereaksi Wagner dan Dragendorf, metanol, asam sulfat pekat, anhidrida asetat, asam klorida pekat, serbuk Magnesium
D.Prosedur
Disarankan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa metabolit sekunder terhadap tumbuhan obat.
1.Identifikasi Alkohol : Metoda Culvenor-Fitzgeraid
-Kira-kira 4 gr sampel segar dirajang halus dan digerus dalam lumpang dengan bantuan pasir, lalu ditambahkan kloroform sedikit, digerus lagi sampai membentuk pasta.
-Tambahkan 10 mL larutan amoniak-kloroform 0,05 N dan digerus lagi. Sering campuran kedalam sebuah tabung reaksi kering.
-Tambahkan 5 mL larutan H2SO4 2 N dan kocok kuat. Diamlan larutan sampai terbentuk dua lapisan
-Dengan menggunakan pipet yang telah diberi kapas pada ujungnya untuk menyaring, ambil lapisan asam sulfat dan masukkan kedalam tabung reaksi kecil (Lap. Kloroform disimpan untuk pengujian terpenoid).
-Filtrat di uji dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf. Terbentuknya endapan putih atau keruh dengan pereaksi Mayer, endapan coklat dengan peraksi Wagner atau endapan orange dengan pereaksi Dragendorf menunjukkan sampel mengandung alkaloid.
2. Identifikasi Flavoid : Shinoda test/sianidin test
Kira-kira 0,5 gram sampel yang telah dirajang halus, diekstrak dengan 5 mL metanol dan dipanaskan selama 5 menit dalam tabung reaksi. Ekstraknya ditambahkan beberapa tetes asam klorida pekat dan sedikit serbuk magneslum..
Bila terjadi perubahan warna menjadi merah/pink atau kuning menunjukkan sampel mengandung flavoid.
3. Identifikasi steroid/ terpenolf : Metode Lieberman-Burchard.
Beberapa tetes lapisan kloroform pada uji alkaloid, ditempatkan pada plat tetes. Tambahkan 5 tetes anhidrida asetat dan biarkan mengering. Kemudian tambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Timbulnya warna merah.
HASIL & PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel Hasil Penelitian
No. Uji Pereaksi Hasil
4.Alkoloid
Flavanoid
Steroid/ terpenoid
Saponin - Mayer
-Wagner
-Dragendorf
-HCl p . a dan serbuk Mg
-H2SO4 p . a
-Aquadest Negatif
Negatif
Negatif
Warna kuning
Negatif
Ada busa
B.Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan dengan sampel daun lidah buaya untuk identifikasi alkaloid daun lidah buaya yang dirajang halus, ditambah kloroform dan disaring, diperoleh filtrat ditambah H2SO4 2 N. Dikocok kemudian pisahkan lapisan H2SO4 nya lalu dibagi atas tiga bagian masing-masing ditambah pereaksi mayer. Wagner dan dragendorf. Hasil yang diperoleh tidak ada terbentuk endapan. Berarti lidah buaya tidak mengandung alkaloid.
Pada identifikasi flavonoid, daun lidah buaya yang dirajang halus diekstrak dengan metanol dan dipanaskan, kemudian fitrat ditambah HCl p.a dan serbuk Mg, maka diperoleh hasilnya terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning berarti daun lidah buaya mengandung flavonoid.
Untuk identifikasi Saponin/ uji busa, dan lidah buaya yang dirajang halus ditambah aquadest, lalu dipanaskan, dan didinginkan baru dikocok, diamkan ± 5 menit teryata terbentuk busa, berarti daun lidah buaya mengandung Saponin
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.Daun lidah buaya tidak mengandung alkoloid dan terpenoid/ steroid.
2.Daun lidah buaya mengan flavonoid dan Saponin
3.Daun lidah buaya merupakan metabolit sekunder dan dapat dimanfaatkan untuk obat.
B.Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis menyarankan supaya makalah ini lebih disempurnakan dengan menjelaskan banyak hal yang berkaitan dengan senyawa organik bahan alam, dan manfaatnya dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden 1990. Kimia Organik, Terjemahan Hadyana Pudjaatmaja Jilid 1. Jkarta : Erlangga.
Fessenden & Fessenden 1990. Kimia Organik, Terjemahan Hadyana Pudjaatmaja Jilid 2. Jkarta : Erlangga.
Trevor Robinson. 1996. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Bandung ITB 
http : PKUKM. Web. UKM. My/ tugasan/S2-99/a 68 681. htm.
http ://www. Toplirik. Com/baca artikel/220/Lidah Buaya%20Buayahtml,2006; semarang




Sering dilihat, yang lain mungkin penting