Oleh:
Ansyari Ferdian (Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Padang)
Editor oleh : Tarmizi
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Identifikasi Senyawa Organik Bahan Alam”. Shalawat beserta
salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah berhasil membimbing
umatnya ke jalan yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Ibu Dra.Nurhasnah Aliunir, M.Si selaku dosen pembimbing I mata kuliah
Kimia Organik
Ansyari Ferdian (Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Padang)
Editor oleh : Tarmizi
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
Ibu Dra.Yustini Ma’aruf, M.Si selaku dosen pembimbing II mata kuliah
Kimia Organik
Teman–teman dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam
memberikan dukungan dan semangat demi kelancaran penyelesaian makalah ini.
Bapak Tarmizi, B.Sc, S.Pd (maaf sering kami panggil Prof)sebagai Analis
Laboratorium Kimia Organik Universitas Negeri Padang.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan kejanggalan. Untuk itu kritikan dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk menjadikan makalah ini lebih sempurna. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menjadi pedoman bagi penulis dan pembaca dalam aplikasi kehidupan sehari-hari.
Padang, November 2007
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seirama dengan pesatnya kemajuan Ilmu Pengetahuan, para ahli obat obatan telah mengangkat pengobatan tradisional ke fonem ilmiah, sehingga cukup banyak tumbuhan berkhasiat obat dari lingkungan kita yang dapat diolah menjadi obat mujarab, contohnya daun pegagan atau tapak kuda, setelah diolah oleh ahli farmasi dengan nama garukda.Tumbuhan ini dikenal luas dalam dunia kedokteran sebagai obat efektif untuk mencegah kepikunan. Selain tumbuhan tersebut, masih banyak tumbuhan lain yang dapat dimanfaatkan bagi kesehatan.
Penggunaan tumbuhan sebagai obat, sangat berkaitan dengan kandungan Kimia yang terdapat dalam tumbuh tumbuhan tersebut terutama zat bioaktif. Tanpa adanya senyawa bioaktif dalam tumbuhan, secara umum tumbuhan itu tidak dapat digunakan sebagai obat. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan biasanya merupakan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin dll.
Diketahui beberapa literatur bahwa daun beluntas dapat digunakan sebagai obat, salah satunya dapat menghilangkan bau badan, menurunkan panas, dll.Apakah daun beluntas ini dapat digunakan sebagai obat, maka perlu diidentifikasi kandungan metabolidnya
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah percobaan ini adalah ‘Bagaimanakah cara mengekstraksi suatu senyawa bahan alam dari tumbuhan beluntas ?’
C. Batasan Masalah
Pada makalah ini hal yang akan dibahas : pengertian dan tes uji alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin yang terdapat pada daun beluntas.
D. Tujuan Percobaan
Praktikum ini dilakukan untuk menguji dan menentukan kandungan metabolid sekunder dari daun beluntas.
E. Manfaat Penulisan
Setelah dapat melakukan uji kandungan metabolit sekunder dari daun beluntas, diharapkan dapat dilakukan ekstraksi serta isolasi kandungan tersebut agar dapat dipergunakan untuk analisis selanjutnya serta dapat dijadikan bahan kajian bagi penelitian selanjutnya, sehingga dapat dikembangkan untuk dapat dipergunakan untuk tujuan farmakologis dan industri.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Alkaloid
Merupakan senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlahnya maupun sebarannya. Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuan dan hewan. Harborne dan Turner (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkaloid yang memuaskan, tetapi umumnya alkaloid adalah senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa, yan mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol.
Struktur alkaloid beraneka ragam, dari yang sederhana sampai rumit, dari efek biologisnya yang menyegarkan tubuh sampai toksik.Satu contoh yang sederhana adalah nikotina. Nikotin dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah tinggi, dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.
B. Flavonoid
Adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk “ flavon “ yakni nama sejenis flavonoid yang terbesr jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan Primula.
Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda kelas. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang berwarna merah, hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol yan tak berwarna. Dewasa ini diperkirakan telah berhasil diisolasi sekitar 3.000 senyawa flavonoid.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi : 1) Sebagai pigmen warna, 2) Fungsi fisiologi dan patologi, 3) Aktivitas Farmakologi, dan 4) Flavonoid dalam makanan. Aktifitas Farmakologi dianggap berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah, dll.Gabor menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam macam bioakitfitas seperti antiinflamasi, anti kanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, diuretic, dll.
C. Senyawa Terpen
Pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5:8 dengan rumus empiris C5 H8(unit isoprene), yang bergabung secara head to tail (kepala-ekor). Oleh sebab itu senyawa terpen lazim disebut isoprenoid.Terpenoid sama halnya dengan senyawa terpen tetapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus hidroksil, aldehid dan keton. Dewasa ini baik terpen maupun terponoid dikelompokkan sebagai senyawa terpenoid (isoprenoid)
Contoh : Limoena dalam buah jeruk, Geraniol dalam mawar
Berdasarkan jumlah unit isoprene yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi atas: 1)monoterpen (dua unit isoprene), 2)seskiterpen (tiga unit isoprene), 3)diterpena (empat unit isoprene), 4 Triterpena (enam unit isoprene), 5 Tetraterpena (delapan unit isoprene), dan 6) politerpena (banyak unit isoprene).Monoterpen dan seskiterpen adalah komponen utama minyak esensial (minyak atsiri) yang dapat diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu diterpenopoid, skualen tergolong triterpenoid yang dijumpai dalam minyak hati ikan, karoten karoten pigmen merah dan kuning tergolong tetraterpen, lateks (karet alam) adalah politerpen.
D. Steroid
Adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu.Senyawa senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu.
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Hormon hormon seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung telur adalah suatu steroid. Hormon jantan disebut androgen dan hormon betina estrogen, dan hormon kehamilan progestin.
E. Saponin
Merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdirin dari dua kelompok : Saponintriterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam perak yang dapat digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo.Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi.
F. Beluntas (Puchea Indica [L] Less)
( Gambar. Tanaman Beluntas )
Nama :
a) Suku
Asteraceae (Compositae)
b) Sinonim
Baccharis indica L
c) Nama Daerah
Sumatra: beluntas (Melayu). Jawa: baluntas, baruntas (Sunda), luntas (Jawa),baluntas (Madura). Sulawesi: lamutasa (Makasar). Nusa Tenggara: lenabou (Timor).
d) Nama Simplisia
Lucheae Folium (daun beluntas), Plucheae Radix (akar beluntas).
Habitus : perdu kecil, tumbuh tegak, tinggi bisa mencapai 2 m.
Batang : berambut halus.
Daun : bulat telur, hijau muda, panjang 2 - 9 cm, ujung lancip,
Bunga : majemuk, bentuk malai, keluar dari ketiak daun.
Buah : kecil, keras, warna coklat, biji coklat keputih-putihan.
Klasifikasi Biologi Tumbuhan
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Pluchea
Spesies : Pluchea indica (L.) Less.
( Tabel 1. Klasifikasi Tumbuhan Beluntas )
G. Uraian Tumbuhan Beluntas
Beluntas umumnya tumbuh liar di daerah kering pada tanah yang keras dan berbatu, atau ditanam sebagai tanaman pagar. Tumbuhan ini memerlukan cukup cahaya matahari atau sedikit naungan, banyak ditemukan di daerah pantai dekat laut sampai ketinggian 1.000 m dpl.
Perdu kecil, tumbuh tegak, tinggi mencapai 2 m, kadang kadang lebih. Percabangan banyak, berusuk halus, berambut lembut.Daun bertangkai pendek, letak berseling, helaian daun bulat telur sungsang, ujung bulat melancip, tepi bergerigi, berkelenjar, panjang 2,5-9 cm, lebar 1-5,5 cm, warnanya hijau terang, bila diremas harum. Bunga majemuk bentuk malai rata, keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai, cabang cabang perbungaan banyak sekali, bunga bentuk bonggol bergagang atau duduk, warnanya putih kekuningan sampai ungu. Buah longkah agak berbentuk gasing, kecil, keras, coklat dengan sudut sudut putih, lokos. Biji kecil, coklat keputih putihan. Perbanyakan dengan stek batang yang cukup tua.
1. Sifat dan Khasiat
Daun beluntas berbau khas aromatis dan rasanya etir. Berkhasiat untuk menigkatkan nafsu makan (stomakik), membantu pencernaan, peluruh keringat (diaforetik), pereda demam (antipiretik), dan penyegar.
Akar beluntas berkhasiat sebagai peluruh keringat dan penyejuk (demulcent)
2. Kandungan Kimia
Daun beluntas mengandung alkaloid, flavonoida,tannin, minyak atsiri, asam chlorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesiaum, dan fosfor. Sedangkan akarnya mengandung flavonoid dan tannin.
3. Bagian Yang Digunakan
Daun dan akar. Penggunaan segar atau yang telah dikeringkan.
4. Indikasi
Beluntas ini dapat digunakan untuk ;
- Menghilangkan bau badan, bau mulut,
- Kurang nafsu makan,
- Gangguan pencernaan pada anak,
- TBC kelenjar (skrofuloderma),
- Nyeri pada rematik, nyeri tulang (osteodinia), sakit pinggang (lumbago),
- Demam,
- Datang haid tidak teratur,
- Keputihan.
5. Cara Pemakaian
Daun atau akar sebanyak 10-15 gr direbus, lalu diminum. Untuk pemakaian luar, daun dilumatkan lalu dibalutkan untuk pegal linu, luka, scabies, kudis, dan borok.
6. Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian
- Uji fertilitas daun beluntas baik berupa perasan, infuse, maserat, dan ekstrak dengan alat soxhlet pda mencit betina yang diberikan secara oral, mempunyai pengaruh antifertilitas pada mencit betina (Willys,Jurusan Farmasi FMIPA, UNHAS, 1990)
- Kadar minyak atsiri daun beluntas 5% v/v dapat menghambat pertumbuhan Eschericia coli (Atik Herawati, Fak Farmasi, UGM, 1992).
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu pelaksanaan
Percobaan ini dilaksanakan tanggal 20 November 2007 s/d 25 November 2007.
B. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah daun tumbuhan beluntas ( Puchea Indica [L] Less ).
C. Alat dan Bahan
Alat
• Lumpang
• Pisau / gunting
• plat tetes
• tabung reaksi
• pipet tetes
• corong
• pemanas
• pasir halus bersih
• kapas
Bahan
• Contoh ( simplisia tumbuhan : daun, akar, batang, kulit batang, bunga, buah, biji )
• Amoniak-kloroform 0.05 N ( 1 ml amoniak dalam 250 ml kloroform )
• H2SO4 2 N
• Pereaksi Mayer, Pereaksi Wagner, Pereaksi Dragendorf.
• Metanol
• Asam sulfat pekat
• Serbuk magnesium
D. Prosedur Kerja
a. Identifikasi Alkaloid : Metoda Culvenor-Fiztgerald
- Kira-kira 4 gram sampel segar dirajang halus dan digerus dalam lumpang dengan bantuan pasir, lalu ditambahkan kloroform sedikit sampai membentuk pasta.
- Tambahkan 10 ml larutan amoniak-kloroform 0.05 N dan digerus lagi, saring campuran kedalam sebuah tabung reaksi kering.
- Tambahkan 10 ml H2SO4 2 N dan kocok kuat. Diamkan larutan sampai terbentuk dua lapisan.
- Dengan menggunakan pipet yang telah diberi kapas pada ujungnya untuk menyaring, ambil lapisan asam sulfat dan masukan kedalam tabung reaksi kecil ( Lapisan kloroform disimpan untuk pengujian terpenoid ).
- Filtrat diuji dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf. Terbentuknya endapan putih atau keruh dengan pereaksi Mayer. Endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan orange dengan pereaksi Dragendorf menunjukan sampel mengandung alkaloid.
- Kira-kira 0.5 mg sampel yang telah dirajang halus, diekstrak dengan 5 ml metanol dan dipanaskan selama 5 menit dalam tabung reaksi. Ekstraknya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat dan sedikit serbuk magnesium. Bila terjadi perubahan warna merah/pink atau kuning menunjukan sampel mengandung flavonoid.
c. Identifikasi Steroid / terpenoid : Metode Lieberman-Burchard
- Beberapa tetes kloroform pada uji alkaloid, ditempatkan pada plat tetes. Tambahkan anhidrida asetat 5 tets dan biarkan mengering. Kemudian ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Timbulnya warna merah jingga atau ungu menandakan uji positif terhadap triterpenoid, sedangkan warna biru menunjukan uji positif untuk steroid.
d. Identifikasi Saponin : Uji Busa
- Uji saponin ini sebaiknya digunakan sampel yang telah dikeringkan, karena test yang digunakan adalah test pembentukan busa. Bila sampel yang basah dididihkan dengan air suling, kemungkinan cairan sel akan membentuk busa bila dikocok.
- Caranya : sampel kering dirajang halus, dimasukan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan air suling, didihkan selama 2-3 menit. Dinginkan, setelah dingin dikocok dengan kuat. Adanya busa yang stabil selama 5 menit berarti sampel mengandung saponin.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Sampel Alkaloid Flavonoid Saponin
Beluntas Wagner Mayer Dragendorf + -
- - -
( Tabel 2. Pengamatan reaksi )
B. Pembahasan
a. Alkaloid
Uji alkaloid pada daun beluntas tidak dapat dilakukan karena keterbatasan reagen, namun hasil yang harus didapat adalah positif, sesuai dengan literatur daun beluntas mengandung alkaloid (Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, jilid I :19)
b. Uji Flavonoid
Uji Flavoid pada daun Beluntas dengan menggunakan HCl p.a dan sedikit serbuk magnesium menimbulkan perubahan warna pink, ini berarti bahwa daun beluntas mengandung Flavonoid. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada literatur bahwa daun beluntas mengandung Flavonoid (Atlas Tumbuhan Obat Ibndonesia, jilid 1 :19)
c. Uji Saponin
Pada uji saponin daun beluntas menunjukkan hasil negativ dimana setelah perlakuan tidak menimbulkan busa yang harusnya ada pada uji positif. Dari data ini dapat dinyatakan bahwa daun beluntas tidak mengandung merabolid sekunder (Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 1 :19)
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan Ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Daun beluntas merupakan salah satu tanaman obat.
2. Daun beluntas mengandung metabolid sekunder Flavonoid.
3. Daun beluntas mengandung metabolid sekunder Alkaloid.
4. Daun beluntas tidak mengandung metabolid sekunder Saponin
B. Saran
Diharapkan untuk praktikum berikutnya, reagen dan alat yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap sehingga percobaan dapat dilakukan dengan baik dan semua materi yang akan dipraktikumkan dapat dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
- Portal. Net.2006. Tanaman Obat Indonesia
- Roth, Herman. 1998. Analisis Farmasi.Bandung: Gajah Mada University Press
- Setiawan, Delimarta.2002 .Atlas Tanaman Obat Indonesia. Jogjakarta
- Tim Kimia Organik.2006. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Padang: FMIPA. UNP
Sampel Alkaloid Flavonoid Saponin
Beluntas Wagner Mayer Dragendorf + -
- - -
( Tabel 2. Pengamatan reaksi )
B. Pembahasan
a. Alkaloid
Uji alkaloid pada daun beluntas tidak dapat dilakukan karena keterbatasan reagen, namun hasil yang harus didapat adalah positif, sesuai dengan literatur daun beluntas mengandung alkaloid (Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, jilid I :19)
b. Uji Flavonoid
Uji Flavoid pada daun Beluntas dengan menggunakan HCl p.a dan sedikit serbuk magnesium menimbulkan perubahan warna pink, ini berarti bahwa daun beluntas mengandung Flavonoid. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada literatur bahwa daun beluntas mengandung Flavonoid (Atlas Tumbuhan Obat Ibndonesia, jilid 1 :19)
c. Uji Saponin
Pada uji saponin daun beluntas menunjukkan hasil negativ dimana setelah perlakuan tidak menimbulkan busa yang harusnya ada pada uji positif. Dari data ini dapat dinyatakan bahwa daun beluntas tidak mengandung merabolid sekunder (Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 1 :19)
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan Ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Daun beluntas merupakan salah satu tanaman obat.
2. Daun beluntas mengandung metabolid sekunder Flavonoid.
3. Daun beluntas mengandung metabolid sekunder Alkaloid.
4. Daun beluntas tidak mengandung metabolid sekunder Saponin
B. Saran
Diharapkan untuk praktikum berikutnya, reagen dan alat yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap sehingga percobaan dapat dilakukan dengan baik dan semua materi yang akan dipraktikumkan dapat dilaksanakan.
- Portal. Net.2006. Tanaman Obat Indonesia
- Roth, Herman. 1998. Analisis Farmasi.Bandung: Gajah Mada University Press
- Setiawan, Delimarta.2002 .Atlas Tanaman Obat Indonesia. Jogjakarta
- Tim Kimia Organik.2006. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Padang: FMIPA. UNP