Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis blog ini

Jumat, 07 Agustus 2009

Pendidikan Seni dan Budaya di Sekolah (SLTP/SLTA) Berbasis KTSP

Oleh
Nasbahry Couto[2][1]

Penulis mencoba memperhatikan beberapa kata kunci yang penting dalam seminar sehari ini. Penulis menganggap kata kunci ini yang menjadi substansi seminar. Diantara kata kunci itu adalah : persaingan global, Sumatera Barat, kiblat pendidikan kesenian, termarjinalkan. Dalam proposal juga tercantum  tujuan seminar, antara lain membahas: kualitas pendidikan, user (pemakai) hasil pendidikan, parawisata,  kemudian program  pendidikan di sekolah. Jika semua kata kunci itu dirangkum, inti masalahnya adalah, bagaimana pendidikan seni yang standar itu ? Jika dihubungkan dengan judul, apa kelemahan  PSB-KTSP 2006 ? Jawaban atas pertanyaan ini  tidak penting, dibanding membahas bagaimana pendidikan seni yang standar. Sebab, jika KTSP itu masih belum sempurna, tentu tidak ada yang berkompeten untuk merobahnya [3]) Namun kita bisa melakukan interpretasi materi KTSP sebagai apresiasi kepada pemerintah.



1. Pendidikan Seni dan Budaya di PT Mancanegara
a. Guru: untuk menjadi guru seni rupa di Amerika misalnya, umumnya diuji  dengan kompetensi  seperti yang terlihat pada uraian di bawah :


Diantara yang diuji  adalah bagaimana kemampuan guru dalam memahami seni visual  sebagai refleksi, rekaman, dan bentuk yang berasal dari sejarah dan budaya dan sebagainya, seperti yg.diperlihatkan pada tabel kanan atas, dsb[4]

b) Kurikulum
Dapat diprediksi bahwa pelajaran Seni dan Budaya (PSB) pada KTSP, mirip atau mempedomani  standar pendidikan seni di Amerika (PASS). Kita dapat melihat materi PSB tingkat pendidikan tinggi dan pada tingkat Sekolah umum (SD,SMP,SMU) mancanegara.   Namun ada perbedaan sebab Indonesia tentu akan mementingkan seni dan budaya Nusantara. Untuk perbandingan maka perlu kita melihat persamaan dan perbedaan subtansi materi yang diberikan untuk pendidikan tinggi dengan yang ada di tingkat sekolah menengah sebagai berikut [5].

2. PSB tingkat Perguruan Tinggi Mancanegara
Pada level pendidikan tinggi, materi PSB itu ada pada butir dua (2) core pendidikan tinggi kesenian seperti terlihat di bawah ini, bahwa inti pendidikan kesenian itu adalah: [6])
a)     Production, Performance and Exhibition of Dance, Music, Theatre and Visual Arts ( Kemampuan Memproduksi, Mempertunjukkan dan Memamerkan karya seni: Tari, Musik, Teater dan Seni Visual.
b)     Historical and Cultural Contexts (Mempelajari Sejarah dan Budaya yang terkait dengan seni).
c)    Critical Response ( Mempelajari respon kritik terhadap seni).
d)    Aesthetic Response ( Mempelajari respon estetik terhadap seni).

3. PSB tingkat  SLTU di mancanegara,“Priority Academic Student Skills” ( PASS)

Core pendidikan kesenian di tingkat sekolah disebut  dengan PASS (meliputi  4 butir  yang dianggap standar [7]

    Tabel. 1. Empat (4) bidang tujuan pembelajaran (contoh seni rupa dan musik)
Visual arts
Music
1. Language of Visual Art
1.Language of Music
2. Visual Art History and Culture
2.Music History and Culture
3. Visual Art Expression
3.Music Expression
4. Visual Art Appreciation
4.Music Appreciation

                Kalau kita lihat masukkan ke dalam  sebuah tabel maka  nampak perbedaan dan persamaan apa yang dipelajari di tingkat PT dan Tingkat sekolah Umum di mancanegara sbb: 

Tabel. 2.  Perbedaan dan persamaan  core pendidikan kesenian  di PT dan di SMU
                Mancanegara
Tingkat Pendidikan Tinggi (PT)/ S1
Tingkat Sekolah Menengah dan Dasar (SMU,SMP,SD)
1. Production, Performance and Exhibition
1. Language of ( Art ) (Visual Art)
2. Historical and Cultural Contexts
2. Visual Art History and Culture
3. Critical Response
3. Visual Art Expression
4. Aesthetic Response
4. Visual Art Appreciation

          Jika kita ingin mengarah kepada core standar pendidikan seni tingkat dunia maka  ke empat kompetensi  yang di jabarkan dari kolom sebelah kiri ( PT), dan  kolom kanan (Sekolah Umum) dapat dipakai sebagai kiblat pendidikan kesenian. Untuk melihatnya, materi  pendidikan seni itu di tingkat sekolah umum mancanegara  dapat diteliti lagi sebagai berikut (uraian tentang PASS atau untuk pendidikan Sekolah Umum)
a) Language of Visual Art – Deskripsinya adalah : The student will identify visual art terms (e.g., collage, design, original, portrait, paint, subject). Uraian materinya adalah :
1)      Use appropriate art vocabulary.
2)      Name elements of art; line, color, form, shape, texture, value and space.
3)      Name the principles of design; rhythm, balance, contrast, movement, center of interest (emphasis) and repetition.
4)      Use the elements of art and principals of design

b) Visual Art History and Culture : Deskripsinya adalah: The student will recognize the development of visual art from an historical and cultural perspective  (Kemampuan murid untuk memahami perkembangan seni rupa dalam perspektif sejarah dan budaya). Sedangkan uraian mengenai  butir-butirnya adalah sbb:
1)     Memahami seni rupa sebagai refleksi sebuah budaya (Understand art reflects a culture.)
2)     Memahami hubungan antara seni rupa dengan disiplin seni lainnya ( musik, tari, drama, bahasa/sastra, teknologi seni  dsb) Identify connections between visual art and other art disciplines)
3)     Mengindetifikasi kekhasan cara seni rupa dihasilkan dalam konteks kebudayaan yang berbeda (Identify specific works of art produced by artists in different cultures) [8]
                 Sub-sub kompetensi 3.b (Visual Art History and Culture) sebagai berikut
1)      Konteks Karya Seni
2)      Kronologi dalam Karya Seni
3)      Gaya (Styles) dan Genre (Genre) dalam Karya Seni
4)      Perspektif Sejarah dan Budaya dalam Seni
5)      Pengaruh Sejarah dan Kebudayaan Thd.Karya Seni
6)      Kosakatai Seni dalam Konteks Sejarah dan Budaya
7)      Daerah Geografis Seni
8)      Seniman Lokal
9)      Kaitan Filsafat dengan Karya Seni
10)  Perbedaan-Perbedaan dalam Sejarah Seni
11)  Tradisi-Tradisi Karya Seni
12)  Tema Umum dalam Karya Seni

c) Visual Art Expression – Uraiannya adalah : The student will observe, select, and utilize a variety of ideas and subject matter in creating original works of visual art. Uraian mengenai  butir-butirnya adalah sbb:
1)     Experiment in color mixing with various media.
2)    Use a variety of subjects, basic media and techniques in making original art including  drawing, painting, and sculpture.
3)    Demonstrate beginning skills of composition using the elements of art and principles of design.
4)    Use art media and tools in a safe and responsible manner

d) Visual Art Appreciation – : The student will appreciate visual art as a vehicle of human expression. Uraian mengenai  butir-butirnya adalah sbb:
1)    Demonstrate appropriate behavior while attending a visual art exhibition in a museum or art gallery.
2)     Demonstrate respect for their work and the work of others.
3)     Demonstrate thoughtfulness and care in completion of artworks.

3. Maching & Comparative dengan KTSP 2006
           Ada yang mejadi pertanyaan apakah pendidikan seni di mancanegara itu sama dengan PSB-KTSP di Indonesia ?. Barangkali ya dan tidak ! Dari uraian di atas jelaslah, perbedaan pendidikan seni di mancanegara, dengan materi yang terdapat di  KTSP. Kalaupun boleh berpendapat, penulis melihat  materi dari core pendidikan seni di mancanegara umumnya ada pada KTSP seperti mempelajari elementer seni, hubungan produksi seni dan budaya, ekspresi seni dan apresiasi (4 core) seperti PASS. Walaupun PSB-KTSP dapat dianggap meniru PASS, tetapi infrastruktur, materi, dan sasaran yang ada di mancanegara jelas lebih terarah dan lebih tinggi dari KTSP. Pokok-pokok pikiran yang dianggap penting untuk diungkapkan sebagai bahan diskusi seminar yang mendasar sekali adalah sebagai berikut di bawah ini.
            A.  Muatan Kurikulum Secara Umum
1)    Ada kesan bahwa materi seni dan budaya belum sempurna, dan hanya sebagai uji coba, sebab tidak menggambarkan perkembangan ilmu seni rupa/visual
2)    Di Mancanegara istilah seni rupa, lazim disebut seni visual (visual art)
3)    Subtansi materi KTSP SMP dan SMU 2006 tidak menggambarkan dan juga  perkembangan ilmu seni rupa yang ada sekarang. Perkembangan terakhir terlihat dari pengelompokan karya seni visual  yang terdiri dari sbb: 1) (gambar + lukis), 2) grafis/cetakan dengan fotografi, 3) patung dengan dengan arsitektur, dan 4) ilmu seni sebagai medium komunikasi visual
4)    KTSP 2006 hanya membedakan antara seni rupa  murni, seni rupa terapan ilmu desain tidak disinggung sama sekali.
5)    Konsep dan prinsip desain seni lokal perlu di bahas dan dibandingkan dengan konsep dan prinsip desain yang selama ini yang sebenarnya milik budaya barat & Amerika. Atau bagaimana memakai konsep dan prinsip desain mancanegara  untuk diaplikasikan kepada kosakata bahasa seni rupa lokal dan nusantara.
6)    Oleh karena tidak ada materi ilmu desain dalam KTSP maka guru juga tidak merasa perlu mempelajari ilmu desain (rancangan) jadi wajar jika banyak guru-guru yang tidak menguasainya.
7)    Seni kriya terlalu menekankan produk tekstil
8)     Ada perbedaan antara visi dan misi  dan program dalam pendidikan kesenian kita, misalnya visi pemerintah menganggap kesenian sebagai industri berbasis budaya. Tetapi dalam program infrastrukturnya tidak di bangun untuk pengembangannya. Antara lain jam belajar seni di sekolah yang kurang, pendirian Museum, sarana sumber belajar lainnya dsb kurang diperhatikan. Sayangnya, sarana yang representatif untuk seni hanya ada di pulau Jawa. [9]

B. Muatan Sosial dan Budaya
1)    Muatan sosial dan budaya pada KTSP SMP dan SMU  mengarahkan kepada  produk seni dan budaya lokal serta nusantara.
2)    Gagasan, ide serta konsep seni lokal serta nusantara perlu di bahas  guru-guru  sebagai bahan penyusunan Silabus dan RPP
3)    Dalam beberapa kasus PSB kita mengarah kepada pendidikan budaya non visual (intangible culturel heritage). Coba lihat materi apa yang diberikan pada BAM (Budaya Alam Minangkabau). Jikapun seni rupa lokal  atau budaya visual lokal itu ada, pembahasannya masih sedikit.[10] )
4)    Seniman lokal. Barangkali jarang ada PT, maupun Sekolah Umum yang membahas seniman lokal sebagai materi pelajarannya

C. Muatan Seni dan Seni Visual
1.    Materi elemen dasar visual kurang jelas pada KTSP SMP-SMU. Oleh karena itu area materi ini dijelaskan pada  buku-buku  yang pernah dikarang oleh penulis.
2.   Materi berekspresi  (pada KTSP) bisa ditafsirkan mengungkapkan perasaan dan bisa juga ditafsirkan memproduksi seni
3.      Inti pelajaran seni rupa adalah “bentuk”(form) ini berlaku baik pada bidang seni rupa maupun desain. 

D. Sarana dan Prasarana Belajar
1.    Infrastruktur seni: diperlukan guru-guru yang profesional yang mencintai kesenian  ( seni rupa, musik, tari, drama dsb) untuk aktivitas yang lebih luas sebagai penyokong hidup kesenian: antara lain : membuat sanggar seni anak-anak, sanggar seni, galeri seni dan hidup dari pemasaran seni. Kegiatan ini di luar kegiatan terstruktur ( tetapi dapat mengajak siswa  ikut kegiatan ini [11])
2.    Museum. Kita tidak memiliki museum yang representatif untuk menjadi bagian pendidikan seni ( yang ada baru museum antropologi –budaya)
3.    Peran PT. Jika ada PT yang memiliki  pendidikan seni, dipertanyakan sudah berapa banyak menciptakan infrastruktur berkesenian, seperti sanggar seni, sarana bisnis seni, dsb. Jika tidak, SMK dapat menggantikannya untuk memeloporinya.
4.    Peran Pemda. Jika pemda, menganggap penting seni sebagai basis industri, apa sarana dan prasarana yang disediakan untuk menciptakan infrastruktur seni
5.    Peran Guru kesenian (di SLU) bukan kekurangan waktu, malah kelebihan waktu, karena tugas mengajarnya sedikit. Pendidikan kesenian di sekolah umum memang ditujukan untuk materi pendidikan umum, pendidikan kesenian adalah pendidikan khusus yang harus di programkan di luar jam belajar sekolah. Atau program ini di padukan dengan program sekolah umum.[12]

Beberapa Kesimpulan (revisi)





(1) Standar Internasional pendidikan kesenian dunia dapat diperoleh oleh SMK, karena SMK-N memang sekolah khusus yang bergerak dalam pendidikan khusus kesenian dan aplikasi teknologinya. Kecuali jika ada PT Seni yang sama dg. di LN. Perbandingan antara murid SMU dan SMK  sampai dengan tahun 2009 adalah  60 : 40 %, tetapi untuk jangka panjang  sejak tahun 2009 akan diadakan perubahan  perbandingan 40 : 60 %. Jadi SMK adalah prioritas pertama dari pemerintah untuk masa yang akan datang. SMU  tidak lagi menjadi prioritas, karena hanya menciptakan pengangguran terselubung. Sedangkan tamatan SMK diharapkan dapat masuk dunia kerja. [13])
(2)  Pembelajaran seni budaya di Indonesia mirip dengan yang ada pada PASS Oklahoma (USA) dan direvisi sesuai dengan kebutuhan di Indonesia, namun akibatnya tidak utuh. Silahkan lihat : (1)  core curriculum pada PASS, (2) Priority Academic Student Skills pada OSDE (revisi 2010) (PDF)


(2) Banyak juga guru-guru yang sepanjang hidupnya telah mengabdikan dirinya untuk membelajarkan seni di sekolah-sekolah, dan mematuhi aturan-aturan pimpinan sekolah ataupun pemerintah. Tapi apakah itu telah mencukupi? Oleh karena itu penulis bermaksud untuk memperkaya materi yang sudah ada dengan materi lain. Memperlihatkan bentuk lain dari materi pembelajaran Seni dan Budaya yang dapat dipakai baik di sekolah Umum maupun di PT.


(3) Banyak materi yang tidak tepat dalam menjelaskan dan membelajarkan seni. Penulis pernah melihat materi (buku) yang diajarkan untuk mata pelajaran seni dan budaya di sebuah SMP di Padang, yang mungkin juga di pakai untuk semua SMP di Sumatera Barat sebab di terbitkan oleh PDK daerah. Di samping itu, Di internet juga banyak beredar contoh-contoh bentuk pembelajaran yang isinya mirip dengan ini. Misalnya yang di upload oleh gurulayah.com. Umumnya pembelajaran seni dan budaya itu berpedoman kepada KTSP 2006. Umumnya materinya terkotak-kotak seperti menjelaskan pengertian seni, pengertian seni rupa, menggambar bentuk, lalu meloncat ke mempelajari bangunan rumah adat, seni ukir, atau tenun. Pengertian seni yang ada dalam buku seni dan budaya banyak yang tidak tepat. (akibat arahan yang kurang jelas dalam KTSP). Sedangkan materi yang penting seperti pembelajaran elemen dasar seni tidak ada dalam pedoman ini. Demikian juga prinsip penyusunan seni pada masing-masing jenis seni kurang jelas diterangkan. Bagaimanakah seni itu ditampilkan (peragaannya), berikut perkembangan teknologinya dalam konteks budaya (lokal, nasional dan mancanegara) dan sejarah rasanya tidak di bahas?. Bagaimana cara untuk mengembangkan seni dan budaya lokal juga tidak di bahas. Ini adalah beberapa contoh kekurangan materi pembelajaran seni dan budaya, yang mungkin dapat dilihat. 



(4) Akibat arahan tujuan pembelajaran di KTSP terutama untuk memberikan wawasan maka pengertian seni klassifikasi, apresiasi cendrung di bahas terlalu banyak, istilah seni diinterpretasikan dengan sangat panjang lebar. Seakan-akan setiap penulis atau pembahas seni ragu dalam menjelaskan seni. Pada hal dalam sejarah seni telah diperlihatkan bahwa pengertian seni itu berbeda-beda dalam konteks sejarah dan budaya

(5) Seni yang dimaksud atau yang dipelajari di SD,SMP, SMU sangat terbatas yaitu seni rupa, tari, musik, teater yang dalam pelaksanaan pembelajaran kadang-kadang yang dibahas hanya satu atau beberapa diantaranya. 



(6) Jika yang dipelajari oleh guru atau calon guru di PT sudah salah, bagaimana jadinya pembelajaran di sekolah umum? Menurut pengamatan penulis arahan yang diberikan dalam pembelajaran seni dan budaya oleh Dikti terlalu menekankan kepada ideologi dan apresiasi seni, yaitu sekumpulan materi yang sifatnya teoritik dan filosofis. Kita dapat melihat arahan Dikti sebagai berikut ini tentang tujuan pembelajaran seni dan budaya dan wawasan guru. seperti yang terlihat pada kutipan Tujuan Pembelajaran Seni dan Budaya di SMP/SMA sebagai berikut ini.



1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya 
2. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya
3. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya 
4. Menampilkan peran serta dalam seni budaya dalam tingkat lokal, regional, maupun global.(KTSP 20006)
Kemudian  Tentang Penugasan Guru.
“Seorang Guru harus mempunyai wawasan luas tentang seni dan budaya Indonesia sehingga dapat mengenalkan dan mengangkat citra Indonesia di tengah-tengah pergaulan internasional.”( Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010, Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah).Kemudian uraian dari - Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan (mencakup materi yang bersifat konsepsi, apresiasi, dan kreasi/rekreasi) yang mendukung pelaksanaan pembelajaran seni budaya (seni rupa, musik, tari, teater) dan keterampilan.( Kompetensi Guru mata pelajaran Seni Budaya pada SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA, SMK/MAK* Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru).
Hal ini tidak salah, namun hal ini tidak tepat jika filosofi itu masuk ke substansi keilmuan, dan program pembelajaran. Akibat arahan itu, pembelajaran ini bisa cendrung untuk berpolemik mengenai pengertian/pemahaman tentang (1) seni budaya misalnya seni dalam budaya, (2) seni dan budaya, misalnya memahami pengertian budaya saja, (3) Memahami pengertian seni dalam budaya seperti seni tinggi, seni rakyat/folk, (4) pengertian masing-masing peragaan seni ( seni rupa, musik, tari, teater) atau (5) pengertian bahwa teknik dan media seni seperti mengukir, cetak mencetak adalah salah satu jenis seni, dan seni-seni seterusnya. (6) Hasil seni dan budaya juga sering ditafsirkan sebagai seni dan budaya kerajinan daerah. Kenapa tidak disebut dengan pengembangan teknologi seni saja ? Yaitu teknologi konvesional dalam seni dan budaya tertentu.


(7) Muatan apresiasi yang bisa masuk ke respon kritik dan respon estetik. Apresiasi tampaknya sangat pribadi/individual dan bukan bagian dari produksi seni, bukan pula bagian dari peragaan seni maupun respon sosial budaya. Menurut hemat penulis, di tingkat dasar sebaiknya ditingkatkan penguasaan kosa kata (focabulary ) seni serta aplikasinya baik secara verbal (membuat karangan/respon kritis) maupun visual ( membuat karya seni). Hal ini yang kurang dalam pendidikan seni selama ini. Terlihat bahwa seorang guru maupun dosen walaupun sudah doktor/S3 sekalipun, jika disuruh menerangkan sebuah karya seni banyak yang tidak bisa. Sebaliknya jika diminta membuat karya seni dapat melaksanakan. Hal ini terjadi karena dia tidak menguasai kosa kata seni. Penguasaan ini lemah sejak di tingkat dasar. Penerimaan (resepsi) individual, maupun sosial terhadap seni sebenarnya dipengaruhi dimana dan bagaimana seni itu ditampilkan atau yang disebut dengan "lingkungan estetik". (lihat materi respon estetik/D3), lihat pula teori resepsi. Sebagai contoh, respon estetik pengamat seni berbeda saat mendengarkan musik life (dipanggung), ketimbang saat mendengar musik yang sama di TV atau video. 


Sebuah lukisan di bingkai, sebuah drama dan di pentaskan (melalui stage), dipajang, dipamerkan/komunikasikan, disosialisasikan sebagai sebuah cara pengakuan untuk menjadi karya seni. Buktinya, hasil nyayian saat di kamar mandi, atau corengan di dinding, atau pemandangan alam yang indah belum dapat dikatakan sebuah karya seni. Seni itu membutuhkan pengakuan sosial budaya (lokal, nasional, internasional). Atau dapat dikatakan seni itu ada dalam sosial dan budaya karena mereka menerimanya secara sosial budaya. 
Catatan Akhir

[1] ) Seminar Sehari Pendidikan Kesenian  di SMK-N 4 Padang, 26 Februari 2009
[2] )  S2, Sekolah Seni Rupa dan Desain, ITB Bandung, 1999. Dosen Pendidikan Seni Rupa FBSS UNP Padang. Sekarang juga bekerja rangkap di Penerbitan UNP Press sejak tahun 2007
[3]) Sebaiknya mengkaji pendidikan seni yang standar itu sebelum  melihat  kelemahan dan kebaikan PSB-KTSP jika kita ingin sesuatu yang bertaraf internasional,.
[4] ) New York  State Teacher Certivication Examination, Field Visual Arts Test Framework, 2003
[5] ) Sejak ditandatanginya GAT-S (2007), pendidikan tidak lagi berorientasi budaya tetapi bagian dari  service (jasa); sekolah  sama kedudukannya dengan usaha jasa lainnya. Ancang-ancang untuk mengantisipasi GATT-S, sudah lama. Maka keluarlah mata pelajaran Seni dan Budaya. Akibat dari GATT-S, hal ini terlihat dengan banyaknya sekolah  bertaraf internasional yang ada di plau  Jawa. Hal ini tidak disadari oleh masyarakat, dan masih menganggap bahwa pendidikan itu sepenuhnya beban pemerintah, pada hal tidak. Pengaruh GATT-S sudah mulai terasa, misalnya biaya pendidikan S3 di UI 64 juta, di ITB 50 juta per semester. Otonomi  manajemen tidak bisa dilaksanakan di PT dalam waktu yang dekat,  karena banyak protes dari mahasiswa.
[6] )Academic Standar For The Arts and Humanities, Pennsylvania Department of Education, 18 Juli, 2002.
[7]  )Core curriculum in Oklahoma .(1990). The Priority Academic Student Skills (PASS) in The Arts is a basic curriculum framework. Standar ini berlaku di pendidikan SLU di Amerika dan Eropah
[8] )Bukan untuk promosi, namun  beberapa butir  yang dianggap sebagai materi bagi core pendidikan tinggi dan sekolah umum sudah penulis tulis  antara lain dalam buku 1) Prinsip dan Konsep Dasar Visual untuk Seni Rupa, Desain dan Arsitektur (2007);  2) buku  Budaya Visual seni Tradisi Minangkabau (2008); 3) Dimensi Teknologi pada Seni Rupa (2008)
[9])Ada sekitar 450-an buah Buku elektronik yang standar yang disebarkan pemerintah melalui internet. Namun hanya untuk mata pelajaran lain untuk SD, SMP dan SMK. Untuk SMK ada yang baik dan ada yang tidak bermutu.Rasanya belum ada buku eklektronik khusus untuk pendidikan seni dan budaya. Ada beberapa buku yang dikarang oleh Agus Sachari dan penulis lainnya untuk pendidikan Seni Rupa di SMA, kemudian ada buku seni budaya terbitan Erlangga
[10] )Tentang budaya visual ( tangible cultural heritage) , diuraikan secara panjang lebar pada buku  yang penulis tulis ( Budaya Visual seni dan Tradisi Minangkabau).
[11] )Lihat lampiran tentang infrastruktur seni
[12]) Dapat dipahami, standar pendidikan dunia untuk sekolah umum bukan dinilai dari  banyaknya kegiatan kesenian di sekolah, tetapi sesuai dengan standar umum penilaian materi pelajaran umum.
[13] )Lihat rencana jangka panjang pemerintah  yang bisa di akses dari internet.
[14] )  Istilah desainer dan desainer  grafis baru dikenal tahun 1922 di Amerika dan Eropah, semua lulusan Bauhaus bisa merancang apa saja, dikemudian hari disebut dengan desainer prolifik
[15]  Su Baker, School of Art, Victorian College of the Arts (sbaker@vicarts. vca.unimelb.edu.au), lihat juga blog Mapping Industri Kreatif Indonesia DepDag RI

Sering dilihat, yang lain mungkin penting