Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis blog ini

Sabtu, 28 Juni 2014

Praktik Penelitian pada Seni dan Desain: Pengetahuan Experiential dan Inkuiri yang Terorganisir


Oleh:
Kristina Niedderer  dan  Linden Reilly
Pengantar oleh : Nasbahry Couto

Sebelum tulisan ini telah di uraikan adanya dua metoda dalam desain dalam artikel "Metoda Desain)"06-03-2014, yaitu metoda rasional dan metoda tindakan. Tetapi uraian dalam artikel ini sangat singkat. Untuk memperjelas apa itu metoda tindakan, maka penulis merasa perlu untuk menyajikan tulisan Kristina Niedderer  dan  Linden Reilly ini yang diangkat dari jurnal internasional "JRP" (Journal of Research of Paractice) yang berasal dari negara Inggris untuk melihat duduk persoalannya. Sekaligus untuk menjelaskan kaitannya dengan Tacit Knowledge dalam bidang penelitian seni dan desain.

Jurnal Riset Praktik (JRP) adalah salah satu jurnal yang sifatnya open acces journal terkemuka di Inggris.
1. Pelaksanaan  Inkuiri pada Seni dan Desain


Dash dan Ponce mengamati dalam editorial perdana mereka, pada Journal of Practice Research (JRP) bahwa bentuk penalaran yang berhubungan dengan penelitian adalah hal yang penting, bidang penelitian baru mungkin membutuhkan pendekatan berbeda, agar penyelidikan terbuka untuk temuan atau wawasan yang baru dengan menghindari norma-norma penelitian yang telah ada ( & Ponce, 2005). 

Umumnya pengetahuan pengalaman (art and design experience) tidak selalu dapat dikaitkan dengan penelitian dan penyelidikan yang terorganisir (yang lazim), dan bahkan sering dilihat kurang bernilai karena adanya dilema dan perdebatan tentang ini, daripada mengasah metode penelitian dan metodologi (yang ada). Namun, banyak peneliti bidang seni dan desain serta yang terkait, menganggap pengetahuan pengalaman atau pengetahuan tacit adalah bagian integral dari  praktik mereka. 

Agar pengetahuan pengalaman berhasil di wilayah penelitian, seyogyanya harus disadari dan dipertimbangkan pendekatan dan penyelenggaraan penelitian yang cocok dan relevan. Oleh karena itu penulis merasa senang untuk menyajikan topik yang bertajuk "Praktik Penelitian di Seni dan Desain yaitu: Pengetahuan Experiential dan Inquiry yang terorganisir," yang membahas beberapa isu yang timbul dari pengakuan tentang keberadaan pengetahuan pengalaman sebagai bagian integral dari praktik penelitian (yang biasa diakui).

Pada dasarnya -- dalam tulisan ini -- Niedderer dkk., memperkenalkan beberapa perdebatan baru pada  praktik penelitian di bidang seni dan desain, dan peran pengetahuan pengalaman (experience knowledge) dalam praktik  ini. Yaitu mengambil kewenangan lintas-disiplin dari JRP ke dalam bidang seni dan desain (yang didefinisikan dalam arti luas), dalam rangka untuk menggali dan meningkatkan praktik penelitian dalam disiplin kreatif. Niedderer dkk.,  berharap bahwa tulisan ini disertakan dalam edisi khusus ini akan memiliki relevansi di bidang lain yang berkaitan dengan praktik  profesional dan ada refleksi, dampak, dan atau pengaruhnnya pada  bidang praktik profesi lain, seperti pendidikan, manajemen, dan keperawatan.

Seperti yang diketahui, seni dan desain merupakan domain yang relatif baru untuk penelitian akademis. Tujuan dari JRP adalah - "untuk menyoroti dinamika praktik penelitian, misalnya mengungkapkan kehidupan seorang peneliti dan pengembangannya di lapangan praktik, dan dalam kaitannya dengan perubahan lingkungan sosial dan kelembagaan"( Fokus dan Ruang Lingkup JRP ) - oleh karena itu sangat relevan dengan bidang seni dan desain (yang dibicarakan ini). Tujuan ini terkait dengan konsepsi Donald Schon tentang dunia praktik  yang dikemukakannya dalam The Reflective Practitioner (1983/1991) yang berpengaruh itu-- dimana dia mengemukakan konsep penyelidikan terorganisir -- dalam seni dan desain. Schön memberi ruang kepada praktisi profesional dengan metode ini, agar dapat mengamati dan merenungkan bagaimana praktik mereka, dengan maksud untuk meningkatkan  nilai praktik  itu.

Ide Schön telah menjadi penting dalam diskusi tentang hakikat perbedaan antara praktik seni dan desain dan praktik penelitian seni dan desain. Diskusi ini telah difokuskan pada tiga sifat yang menjadi kunci dari penelitian seni dan desain: (a) sifat multidisiplin, (b) fungsi kreativitas dalam penelitian, dan (c) fungsi pengetahuan pengalaman dan tacit (yang tersembunyi), yang terakhir sering dikaitkan dengan keterampilan dan keahlian dalam penggunaan alat atau bahan (Niedderer, 2009, hal. 4).
(1) Aspek multi-disipliner biasanya muncul dari definisi yang luas tentang seni dan desain dan perimpitannya dengan banyak bidang lain, hal ini berkaitan dengan metode, seperti teknik, ilmu sosial, ilmu perilaku, dan sebagainya. Penelitian seni dan desain secara teratur mengacu pada berbagai metode yang keluar dari kedua bidang ini, tetapi juga perlu bernegosiasi dengan posisi metodologis itu sendiri.
(2) Kebutuhan kreativitas yang muncul dari tujuan seni dan desain biasanya adalah untuk membayangkan sesuatu yang belum ada
(3) Terkait dengan ini, ada kebutuhan untuk melihat dan mempedomani bagaimana pengalaman pribadi, kerja profesional, pengetahuan seniman dan desainer yang sering tersembunyi (sering tidak bisa diucapkan dan atau dirangkai dengan kata-kata).
Oleh karena itu, tujuan dari tulisan ini adalah untuk menarik perhatian berbagai pihak untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pengetahuan dan disiplin  praktik  penelitian kreatif itu. Secara khusus, tulisan ini mengeksplorasi berbagai cara, di mana pengalaman dan pengetahuan tacit (yang tersembunyi) dapat dikenal, dipahami, terpadu, dan dikomunikasikan dalam sebuah kerangka penelitian (yang formal). Berikut untuk mendiskusikan tentang pengetahuan pengalaman yang beragam itu dan penggunakan terminologi yang berbeda, seperti mengetahui pengalaman dan pengetahuan, pengetahuan tacit, pengetahuan non-proposisional, pengetahuan pribadi, pengetahuan profesional, dan sebagainya. Niedderer dkk., menjelaskan juga masalah terminologi, antara lain, dalam bagian 2 di bawah ini untuk menempatkan beberapa konteks diskusi.

2. Pengetahuan Experiential dan Inkuiri yang Terorganisir  

Menurut Kristina Niedderer dan Linden Reilly (2011) umumnya ada perdebatan selama beberapa waktu berselang tentang sifat penelitian dalam desain, seni, dan bidang terkait. Selama dua dekade terakhir, perdebatan ini sangat urgen di banyak negara termasuk Australia, Amerika Serikat, Inggris, dan banyak negara Eropa lainnya. Hal pokok yang diperdebatkan adalah apakah rambu-rambu penelitian yang berlaku untuk sains berlaku juga pada bidang seni ? Nampaknya tidak, hal ini memunculkan perdebatan tentang tacit konwledge.


Menurut Niedderer dan Reilly, di Inggris (2011), mulai terdapat integrasi antara seni dan departemen desain ke dalam sebuah sistem universitas di Inggris di awal 1990-an (Durling, Friedman, & Gutherson, 2002, hal.8) pengintegrasian ini memberikan kesempatan untuk penelitian di bidang akademis seni dan desain lebih lancar, dan memberikan dorongan baru untuk perdebatan tentang sifat dan penelitian protokol seni dan desain. Disamping ketersediaan dukungan keuangan untuk penelitian - dengan semua masalah dan manfaatnya itu telah memungkinkan penelitian untuk seni dan desain dapat dikembangkan. Seni dan desain harus menjawab tantangan untuk mendefinisikan istilah-istilahnya sendiri, dalam kaitannya dengan definisi yang mapan dan model untuk penelitian di bidang lain, meskipun masih banyak yang harus dilakukan.

Menurut (Mottram 2009) pengembangan gelar untuk  PhD dalam bidang seni dan desain umumnya didesak oleh kebutuhan agar penelitian menjadi lebih eksplisit (terbuka), misalnya tentang bagaimana metode penelitian, kerangka kerja, dan metodologi untuk menunjukkan sifat-sifat praktik penelitian di bidang ilmu kreatif. Sementara itu lembaga biasanya mengakomodasi beberapa latihan kreatif dan profesional dalam penelitian di bawah kondisi tertentu, dan juga perdebatan tentang sifat, tujuan, validitas, evaluasi, dan perlunya penelitian tersebut agar terus berlanjut.

Perubahan ini, sebagian besar terkait dengan masalah pendidikan di bidang seni dan desain, hal disebabkan oleh adanya penyatuan departemen bidang seni dan desain ke dalam sistem universitas (yang eksplisit)-- tentu saja ini akan menimbulkan masalah--karena adanya dua set praktik dan keyakinan yang berbeda, yang di dekatkan, dipertemukan: menjadi satu tangan dan melebur kedalam sebuah praktik budaya penelitian. Masalah yang muncul,  ditandai oleh perdebatan tentang pertanyaan, metode dan apa yang dianggap sebagai pengetahuan, dan dengan menularkan persyaratan serta hasil yang digeneralisasikan dan dapat dipindahtangankan. Sebaliknya, di sisi lain --  secara tradisional dipahami --praktik membikin, merancang, menciptakan, dan membuat, yang berperan penting adalah pengalaman tubuh manusia. (Niedderer & Reilly 2007, p. 81).
Catatan penulis: Hal sama juga terdapat di Indonesia, khususnya yang penulis alami, dimana buku pedoman tugas akhir, atau karya-karya setingkat (S1) memaksakan pedoman penelitian yang umum kepada bidang seni dan desain, ujian komprehensif bagi tugas akhir (berkarya), dianggap sebagai karya ilmiah, celakanya jika ke luar dari sistem penelitian yang dibuat universitas untuk mengerjakan tugas akhir, karya itu tidak dianggap ilmiah. 

Sebaliknya jika diperiksa laporan tugas akhir mahasiswa itu, sama sekali tidak ada hubungannya dengan pengalaman praktik mahasiswa sesuai dengan objek tugas akhir. Jika diteliti lagi, banyak dari isi laporan Tugas Akhir itu sebenarnya adalah teori-teori yang diperoleh saat mahasiswa kuliah atau yang diambil dari buku-buku dan internet-- walaupun memang terkait dengan Tugas Akhir itu -- namun tidak relevan dengan objek  TA, praktik dan tindakannya. Seharusnya laporan tugas akhir yang akan diuji adalah laporan bagaimana pengalaman praktik saat membuat tugas akhir itu dan alasan-alasan tindakan mereka. Hal itu tidak banyak terlihat dalam laporan mahasiswa. 

Kata-kata "Program Kreatif", Perencanaan Kreatif" hanyalah tema umum untuk menggantikan kata-kata "alternatif desain". 

Salah satu bentuk kegiatan untuk mengekplisitkan pengetahuan tacit itu menurut McKim (1980) adalah melalui drawing, sebab dalam  "drawing konsep desain" telah menyatu antara berpikir-melihat- dan menggambar. Justru, "drawing konsep" ini sudah jarang diminta sebagai sebuah bentuk yang mutlak harus ada dalam laporan desain dan atau sebagai bagian dari tindakan dan atau pengalaman desainer  saat bekerja dan menyelesaikan masalah.
Ada yang menganggap bahwa pekerjaan langsung mereka melalui komputer adalah pra desain atau alternatif desain, (yang dapat mewakili pikiran-tindakan ) mereka. Tetapi banyak yang tidak sadar bahwa pekerjaan melalui komputer seharusnya adalah untuk "finishing", apa yang diungkapkan melalui layar komputer adalah simulasi dan rekayasa untuk bertujuan  ke arah finishing.
Perbedaan antara praktik penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman baru di satu sisi, dan berbagai praktik seni dan desain bertujuan generasi artefak baru (dalam arti yang luas) di sisi lain pula, telah memunculkan sejumlah pertanyaan, yaitu tentang sejauh mana dan cara-cara bagaimana pendekatan yang baik mungkin dapat mewujudkan pengetahuan dan pemahaman tentang ini.

Salah satu upaya awal yang bergulat dengan masalah ini dalam seni dan desain telah dikemukakan oleh Bruce Archer (1979) yang berpendapat bahwa "modus ekspresi desain, yang disebut pemodelan, setara tetapi berbeda dengan bahasa verbal atau notasi ilmiah. "Dalam artikel selanjutnya, Archer (1995, p. 10) membahas masalah ini lebih lanjut, meneliti keyakinan lama yang dipegang, bahwa seniman, desainer, dan praktisi lainnya, dalam seni melakukan penelitian dalam rangka persiapannya dan atau sebagai bagian dari  praktik  mereka. 

Meninjau ke sistematika berbagai mode penelitian, Archer (1995, p. 6) mendefinisikan penelitian secara umum sebagai penyelidikan yang sistematis dan terorganisir yang berkaitan dengan masalah atau pertanyaan, dan yang berorientasi pada tujuan, atau pengetahuan-diarahkan, dan ditularkan. Lebih lanjut dia berpendapat, bahwa semua jenis penelitian, baik yang berasal dari ilmu pengetahuan, humaniora, atau seni harus mematuhi kerangka ini, tidak peduli apakah ini berkaitan untuk penelitian, untuk, atau melalui seni dan desain, kategori yang telah digunakan secara paralel oleh Archer (1995, p. 11) dan Frayling (1993).

Walaupun gagasan penelitian ini tampaknya dapat diterima secara luas saat ini, perdebatan mengenai masalah komunikasi dan penggunaannya di bidang  seni dan  praktik  desain sebagai bagian dari penelitian umumnya telah didebat, dan bersikukuh untuk bertahan. Kegigihan ini mungkin memiliki beberapa akar penyebabnya, dua di antaranya tampaknya relevan dengan pembahasan saat ini: satu adalah pandangan politik-filosofis dibawa ke pemahaman penelitian dan kreatif / praktik  profesional, kebohongan lain dalam sifat  praktik  ini, yaitu  adanya pengetahuan yang tersembunyi yang terjadi secara diam-diam, sementara penelitian yang secara umumnya dibutuhkan komunikasi yang eksplisit.

Akhirnnya aspek politik-filosofis yang dibawa ke masalah ini, memicu  perdebatan tentang hubungan antara teori dan  praktik. Perdebatan ini merupakan warisan dari pemisahan antara teori dan  praktik  dalam seni dan desain -- yang antara lain -- menerima pengaruh  dari sekolah di Inggris atas penggabungan studi sejarah ke dalam seni dan pendidikan desain yang juga di pengaruhi oleh Laporan Coldstream (Coldstream, 1961) pada tahun 1960. Perkembangan ini juga dikaitkan dengan teori pengetahuan eksplisit yang disampaikan melalui ceramah slide dan esai tertulis, dan tentang praktik seni dan desain dengan kerja manual di studio.

Pendekatan alternatif berikutnya dan konsepsi seperti Schön yang mengetahui- dalam-tindakan atau refleksi-in-action berpendapat bahwa "pengetahuan tersembunyi dari kita biasanya, tersirat dalam pola-pola tindakan kita dan dalam merasakan hal-hal yang kita hadapi”. Tampaknya tepat untuk mengatakan bahwa pengetahuan itu ada di dalam tindakan kita "(Schön, 1983/1991, p. 49).  Ilmu kognitif mengatakan bahwa kita secara bertahap membangun model dari dunia, yang digunakan untuk melihat dan mengalami dunia, ketika kita membayangkan dunia dan ketika kita bertindak atas dunia. Sebaliknya, gagasan tentang bagaimana aspek tindakan dan praktik itu "mungkin bebas" dari model tentang dunia dan pemahaman kita tentang dunia. Chris Frith berpendapat:

[T] perbedaan antara mental dan fisik adalah bias (palsu). Ini adalah ilusi yang diciptakan oleh otak manusia. Segala sesuatu yang kita ketahui, apakah itu tentang fisik atau dunia mental, datang kepada kita melalui otak kita. . . . otak kita menciptakan ilusi bahwa kita memiliki kontak langsung dengan benda-benda di dunia fisik. Dan pada saat yang sama otak kita menciptakan ilusi bahwa dunia mental kita sendiri terisolasi dan terasing. (Frith, 2007, hal. 17)

Jika perbedaan antara mental dan fisik itu dibuat, maka pembagian antara teori dan  praktik  juga dibikin, oleh karena dipengaruhi pembagian antara pikiran dan tubuh. Namun, perdebatan tentang praktik berbasis penelitian dan  praktik  yang dipimpin tampaknya bertahan meskipun istilah itu tidak dapat didefinisikan dengan baik (Niedderer & Roworth-Stokes, 2007) dan hal ini tampaknya tidak membantu karena perbedaan implisitnya dari "kebenaran” penelitian.

Apa yang penting dalam diskusi mengenai penelitian dan gagasan terkait berbasis  praktik  adalah pertanyaan mengapa praktisi merasa perlu untuk memanfaatkan  praktik  sebagai bagian dari penelitian mereka. Meskipun mungkin ada beberapa alasan untuk ini, masalah yang paling menarik di sini adalah kecenderungan seni dan  praktik  desain mengandalkan pemahaman tersembunyi dari bahan dan proses, estetika dan ekspresi, masalah emosional dan budaya (Tacit Knowledge). Tacit knowledge ini diperoleh melalui pengalaman yang luas bekerja dengan bahan dan proses, memungkinkan seniman dan desainer untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman, yang sebagian besar adalah tersembunyi (tacit), dan yang merupakan dasar keahlian dan connoisseurship (Berliner 1994, p. 110; Dreyfus & Dreyfus, 1988; Niedderer, 2007b). 

Celakanya, menurut Polanyi, keterampilan atau pengetahuan semacam ini tidak pernah dapat sepenuhnya dikomunikasikan, karena "kita bisa tahu lebih dari apa yang kita bisa katakan" (Polanyi, 1967, p. 4). Oleh karena sebagian besar menjadi tersembunyi,  praktik  pengetahuan (knowledge pengalaman) sering dianggap bertentangan dengan pemahaman tradisional tentang penelitian dan kontribusinya, yang membutuhkan pembenaran dan bukti untuk dilihat secara ketat.
Pengetahuan Tacit dari Artefak
Tacit knowledge dari proses desain berdasarkan “tindakan”
Mads Nygaard Folkmann
Desain adalah disiplin berdasarkan praktek konkret.  Seringkali proses pelaksanaan bidang desain dan bisnis ini, dapat mengungkapkan pengetahuan teori dan di verbalkan. Namun sebagai bagian dari proses desain, hal ini hanya didasarkan pada pengalaman pelaku, dan dengan demikian sering dianggap berlangsung tacit dan tersembunyi. Oleh karena itu tantangan utama pengetahuan teori terletak pada cara bekerja dan cara membicarakan bentuk yang unik dari pengetahuan yang tertanam dalam objek tanpa mengorbankan karakternya yang khas.
Apa yang membuat beberapa benda desain lebih baik daripada yang lain? Apa properti yang unik dari objek desain yang baik, dan bagaimana hal ini dapat disampaikan (secara verbal) sebagai keterampilan dan pengetahuan dalam konteks pendidikan? Ini adalah titik tolak Anders Brix, seorang profesor di departemen desain di Royal Danish Academy of Fine Arts, School of Architecture dalam merefleksikan bentuk khusus dari pengetahuan tacit yang mungkin ada dalam disiplin desain dan atau objek desain.

Sebaliknya, kebanyakan peraturan penelitian, terutama bagi PhD, juga memberikan kontribusi terhadap pengetahuan, dan mereka juga meresepkan satu set persyaratan bagaimana kontribusi ini harus dikomunikasikan (misalnya, Arts and Humanities Research Council, 2010, p. 64; Higher Education Funding Council for England, hal 34 [PDF version];. dan banyak definisi penelitian universitas di seluruh dunia, seperti Curtin University of Technology, 2007, hlm 2-3;. Indiana University Southeast, 2005, hal 19, p . 50). Posisi pengetahuan yang tersirat dalam penelitian melalui peraturan dan persyaratan dapat dianggap untuk memprioritaskan apa yang dikenal sebagai  pengetahuan proposisional atau propositional knowledge (Niedderer, 2007a). Pengetahuan proposisional telah didefinisikan sebagai “justified true belief” atau "keyakinan yang benar dibenarkan" (Grayling, 2003, hal. 37), dan kebutuhan untuk pembenaran konvensional membutuhkan pengetahuan untuk menjadi eksplisit dan digeneralisasikan.

Experiential or tacit knowledge, dan atau pengetahuan pengalaman atau Tacit (juga, pengetahuan non-proposisional) bertentangan atau kontras dan dianggap sebagai pengetahuan yang berasal dari pengalaman, meskipun ada variasi (misalnya, Grayling 2003, 38ff p;. Williams, 2001, hal 98.). Pengetahuan pengalaman yang dianggap penting untuk seni dan desain, karena dapat memberikan data, dan memverifikasi dugaan teoritis atau pengamatan  seseorang. Sementara itu, beberapa bagian dari pengetahuan pengalaman digambarkan tidak komunikatif dan tetap tacit. Oleh karena itu pengetahuan ini disebut tacit knowledge. Karena sifatnya yang (sebagian) bersifat Tacit, pengetahuan pengalaman tidak mudah menyerah pada  praktik  pembenaran dan bukti konvensional yang digunakan dalam penelitian (Niedderer, 2007b, hal 7;. Williams, 2001, hal 98.).

Perdebatan epistemologis yang lebih baru menolak dualisme antar pikiran/tubuh ini (Damasio, 1994; Edelman, 2006; Johnson, 2007; Lakoff & Johnson, 1999) dan menetapkan mengetahui dan pengetahuan dari posisi epistemologis naturalisasi, sebagai sesuatu yang diperoleh melalui interelasi tubuh, dengan otak dan sistem saraf, dan lingkungannya. Sepanjang tahun 1979, Bruce Archer menulis tentang  " Epistemologi Desain: Studi tentang sifat dan validitas cara mengetahui, keyakinan dan perasaan dalam Desain" sebagai isu kunci dalam bidang desain (Archer, 1979).


Posisi pengetahuan naturalisasi telah memungkinkan integrasi pengetahuan pengalaman dan tacit dengan gagasan-gagasan pengetahuan yang lebih mapan. Hal ini telah menyebabkan perdebatan ini diperpanjang tentang metode penelitian dalam desain, yang dalam banyak hal menggemakan pertanyaan dibahas dalam mashab/gerakan metode desain tahun 1960-an dan 1970-an, seperti: "Apa metode desain?" (Misalnya, Jones, nd). Sekarang dibingkai dalam konteks penelitian desain, pertanyaan-pertanyaan Jones itu hanya mengatasi masalah di mana metode desain dapat digunakan sebagai metode penelitian serta sifat metodologi disiplin khusus desain.

Kabar baiknya adalah, bahwa dalam perdebatan ini, ada peningkatan minat dalam pengembangan metode dan pendekatan yang dirancang untuk seni dan desain --dan penelitian yang dikembangkan-- untuk memanfaatkan dan mengintegrasikan pengetahuan pengalaman. Publikasi oleh Cross (1984, 2001, 2003) serta Rust (2004) telah mengamati di lapangan, dan sejumlah studi PhD telah menetapkan preseden untuk penelitian di bidang seni dan desain dengan menggunakan potensi kreatif dari gambar atau merancang untuk menghasilkan wawasan dan / atau solusi baru (Dunne, 1999; Niedderer, 2007c, Pedgley, 2007; Whiteley, 2000; Wood, 2004).

Kesimpulan: menurut Niedderer dan Reilly (2011) Pemahaman yang berkembang dalam perdebatan ini adalah bahwa masuknya  praktik  dalam proses penelitian -- atau sebagai hasil penelitian -- dapat membantu untuk mengintegrasikan dan mengkomunikasikan jenis atau bagian dari pengetahuan yang tidak dapat dengan mudah dilihat secara eksplisit. Seperti bagian dari pengetahuan pengalaman tacit, yang umumnya dikenal dengan nama tacit knowledge. Hal ini juga dapat membantu bernegosiasi dan mengintegrasikan berbagai jenis atau bagian pengetahuan untuk bergerak ke arah posisi epistemologis naturalisasi dalam penelitian, seperti yang terlihat dalam artikel yang disajikan dalam tulisan ini.

Contributions

The articles presented in this issue extend the debate about the role and use of experiential and tacit knowledge within current understandings of research. The articles are organised under two sections. The first section is titled “Experiential Knowledge in Organised Inquiry” and addresses issues of integrating and communicating experiential and tacit knowledge within the context of organised inquiry. The second section, “Experiential Knowledge in Doctoral Research” examines research practice options within doctoral research in art and design.
The articles for this issue have been selected and developed from contributions to two conferences, which were organised by the Experiential Knowledge Special Interest Group (EKSIG) of the Design Research Society (DRS):
(a) “Experiential Knowledge, Method and Methodology,” international conference of the DRS special interest group on experiential knowledge (EKSIG 2009), London Metropolitan University, London, June 19, 2009.
(b) “Experiential Knowledge and Rigour in Research” (special session), third international conference of the International Association of Societies of Design Research (IASDR 2009), Seoul, Korea, October 18-22, 2009.
EKSIG is concerned with the understanding and management of knowledge in research and professional practice in design and related fields in order to clarify fundamental principles and practices of research, both with regard to research regulations and requirements, and research methodology.
Both events were guided by the remit of EKSIG and had the aim to share different views and developments on methods and methodologies concerning the inclusion and communication of experiential knowledge in art and design research. Contributions from both events were selected through the peer review process of JRP.
The selected articles demonstrate a consolidation in the understanding of methodologies that use creative practice as part of research. They combine it with a variety of approaches, which indicates an increasing awareness of, and confidence in, the use of methods for the integration and communication of experiential and tacit knowledge in research. These are important developments for the field because they demonstrate that after nearly 2 decades of research in the creative disciplines, subject-specific approaches and methods have started to gain recognition, signalling the consolidation of a distinctive research practice in these disciplines.
The section on “Experiential Knowledge in Organised Inquiry” includes four articles. The article byJohn Onians discusses the role of experiential knowledge in relation to what he calls the “ultimate design studio,” that is, the brain. He proposes that personal experiential knowledge plays a particular role in artistic/design developments because of the neuropsychological processes related to it, for example through processes of empathy and imitation. Peter Storkerson’s article offers Brunswik’s lens model as a way to operationalise a theoretical framework to study experiential knowledge and knowing systematically. The article provides a theoretical background and discussion of knowledge and of Brunswick’s lens model, followed by an example of the potential application of the model. Tiiu Poldma investigates how tacit knowledge informs design thinking and decision making in the context of interior design. She links this to the question how meaning is made in the design process in relation to knowledge construction in traditional research paradigms, and how these can be negotiated. The article by Seymour Roworth-Stokes advances this theme by exploring how capturing and retaining knowledge through the design process is dependent on organisational contexts, both with regard to design practice and policy.
The next section on “Experiential Knowledge in Doctoral Research” opens with two articles, which examine methodological developments and methods used in design research, and especially PhD research. Joyce S. R. Yee identifies and analyses “the methodological innovation that is occurring in the field, in order to inform future provision of research training.” Mark Evans presents examples of how “researcher practice” can be embedded within doctoral projects. The final two articles of this section are concerned with the role of creative practice and visual approaches for the communication of experiential knowledge. Kaye Shumack describes ways in which the designer, positioned as a key agent within the design process, may conduct productive and creative “internal conversations” through journal writing. Lynn Butler-Kisber and Tiiu Poldma investigate “how collage making and concept mapping are useful visual approaches that can inform qualitative research.”
Together, the articles provide a rich overview over the role and significance of experiential knowledge within the field of art and design as well as for research in general. It is our hope that this issue will demonstrate that experiential knowledge, if acknowledged, can be a mediator between different approaches and schools of research because it provides a common basis. We further hope that this issue will help researchers from art and design as well as other disciplines to recognise experiential knowledge, its importance and contribution, and to integrate it within their organised inquiry to facilitate a holistic approach.

References

Arts and Humanities Research Council. (2010, October). Research funding guide (Version 1.3). Retrieved January 15, 2011, fromhttp://www.ahrc.ac.uk/FundingOpportunities/Documents/Research%20Funding%20Guide.pdf
Archer, B. (1979). The nature and role of design research. Unpublished notes.
Archer, B. (1995). The nature of research. Co-design2, 6-13. Transcribed version by Chris Rust retrieved January 15, 2011, from http://www.metu.edu.tr/~baykan/arch586/Archer95.pdf
Berliner, D. (1994). Teacher expertise. In B. Moon & A. S. Mayes (Eds.), Teaching and learning in the secondary school (pp. 107-113). Abingdon, UK: Routledge.
Coldstream, W. (1961). Coldstream report (First report of the National Council for Diplomas in Art and Design, UK). London: National Council for Diplomas in Art and Design.
Cross, N. (Ed.). (1984). Developments in design methodology. Chichester, UK: John Wiley.
Cross, N. (2001). Designerly ways of knowing: Design discipline versus design science. Design Issues17(3), 49-55.
Cross, N. (2003). Designerly ways of knowing. Basel, Switzerland: Birkhäuser.
Curtin University of Technology. (2007). Principles for doctoral coursework programs. Perth, Australia: Author. Retrieved January 15, 2011, fromhttp://research.curtin.edu.au/local/docs/graduate/GS-CWDoctorates.pdf
Dash, D. P., & Ponce, H. R. (2005). Journey of research practice [Editorial]. Journal of Research Practice1(1), Article E1. Retrieved January 15, 2011, fromhttp://jrp.icaap.org/index.php/jrp/article/view/10/21
Damasio, A. R. (1994). Descartes' error: Emotion, reason and the human brain. New York: Grosset/Putnam.
Dreyfus, H. L., & Dreyfus, S. (1988). Mind over machine: The power of human intuition and expertise in the era of the computer. New York: Free Press.
Dunne, A. (1999). Hertzian tales: Electronic products, aesthetic experience and critical design. London: Royal College of Art.
Durling, D., Friedman, K., & Gutherson, P. (2002). Editorial: Debating the practice-based PhD.International Journal of Design Sciences and Technology10(2), 7-18.
Edelman, G. M. (2006). Second nature: Brain science and human knowledge. New Haven, CT and London: Yale University Press.
Frayling, C. (1993). Research in art and design. Royal College of Art Research Papers1(1). London: Royal College of Art.
Frith, C. (2007) Making up the mind: How the brain creates our mental world. Malden, MA: Blackwell.
Grayling, A. C. (2003). Epistemology. In N. Bunnin & E. P. Tsui-James (Eds.), The Blackwell companion to philosophy (2nd ed., pp. 37-60). Malden, MA: Blackwell.
Higher Education Funding Council for England et al. (2005, June). RAE 2008 Research assessment exercise: Guidance on submissions [Ref RAE 03/2005]. Retrieved January 10, 2011, fromhttp://www.rae.ac.uk/pubs/2005/03/
Indiana University Southeast. (2005). Research policy manual (5th ed.). New Albany, IN: Author. Retrieved January 15, 2011, fromhttp://www.ius.edu/acadaffairs/pdf/ResearchPolicyManual.pdf
Johnson, M. (2007). The meaning of the body: Aesthetics of human understanding. Chicago and London: University of Chicago Press.
Jones, J. C. (n.d.). A theory of designing. Retrieved January 15, 2011, fromhttp://www.softopia.demon.co.uk/2.2/theory_of_designing.html
Lakoff, G., & Johnson, M. (1999). Philosophy in the flesh: The embodied mind and its challenge to western thought. New York: Basic Books.
Mottram, J. (2009). Researching research in art and design. In J. Elkins (Ed.), Artists with PhDs: On the new doctoral degree in studio art (pp. 3-30). Washington, DC: New Academia.
Niedderer, K. (2009, October). Understanding methods: Mapping the flow of methods, knowledge and rigour in design research methodology. Paper presented at the third international conference of the International Association of Societies of Design Research (IASDR 2009), Seoul, Korea. Retrieved January 15, 2011, fromhttp://www.iasdr2009.org/ap/navigation/byauthorname.html
Niedderer, K. (2007a, April). A discourse on the meaning of knowledge in art and design research. Paper presented at the seventh international conference of the European Academy of Design (EAD 07), Izmir, Turkey.
Niedderer, K. (2007b). Mapping the meaning of knowledge in design research. Design Research Quarterly2(2), 1 & 5-13. Retrieved January 15, 2011, fromhttps://uhra.herts.ac.uk/dspace/bitstream/2299/4406/1/903922.pdf
Niedderer, K. (2007c). Designing mindful interaction: The category of the performative object.Design Issues23(1), 3-17. Retrieved January 15, 2011, fromhttp://www.mitpressjournals.org/doi/pdfplus/10.1162/desi.2007.23.1.3
Niedderer, K., & Reilly, L. (2007). New knowledge in the creative disciplines: Proceedings of the first experiential knowledge conference 2007 [Editorial]. Journal of Visual Arts Practice,6(2), 81-88.
Niedderer, K., & Roworth-Stokes, S. (2007). The role and use of creative practice in research and its contribution to knowledge. Paper presented at the second international conference of the International Association of Societies of Design Research (IASDR 2007), Hong Kong. Retrieved January 15, 2011, fromhttp://www.sd.polyu.edu.hk/iasdr/proceeding/html/sch_day3.htm
Pedgley, O. (2007). Capturing and analysing own design activity. Design Studies28(5), 463-483.
Polanyi, M. (1967). Personal knowledge. London: Routledge & Kegan Paul.
Rust, C. (2004) Design enquiry: Tacit knowledge and invention in science. Design Issues20(4), 76-85.
Schön, D. (1991). The reflective practitioner: How professionals think in action. Aldershot, UK: Arena/Ashgate. (First published by Basic Books, New York, in 1983.)
Whiteley, G. (2000). An articulated skeletal analogy of the human upper-limb. Unpublished doctoral dissertation, Sheffield Hallam University, UK.
Williams, M. (2001). Problems of knowledge: A critical introduction to epistemology. Oxford, UK: Oxford University Press.
Wood, N. (2004, September). Unknown knowns: Knowledge elicitation for multimedia in craft learning. Paper presented at the Challenging Craft conference, Gray's School of Art, The Robert Gordon University, Aberdeen, UK. Retrieved January 15, 2011, fromhttp://www2.rgu.ac.uk/challengingcraft/ChallengingCraft/papers/nicolawood/nwoodabstract.htm


Published 26 February 2011
Copyright © 2010 Journal of Research Practice and the authors




Tidak ada komentar:

Sering dilihat, yang lain mungkin penting